Terima Dirjen WIPO, Presiden Jokowi: Pengembangan Ekonomi Ke depan Berbasis Inovasi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi oleh Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, dan Wakil Menteri Luar Negeri A.M. Fachir menerima kunjungan kehormatan atau Courtesy Call Direktur Jenderal (Dirjen) World Intellectual Property Organization (WIPO) Francis Gurry disertai dua pejabat WIPO, di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (19/9) siang.
Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna H. Laoly menjelaskan, Dirjen WIPO itu datang ke Jakarta atas undangan Pemerintah RI untuk peningkatan hubungan yang lebih erat antara WIPO dengan Pemerintah RI, khususnya dukungan WIPO kepada IP National strategy.
Selama ini hubungan kita dengan WIPO sangat erat, sangat baik. Oktober tahun lalu, kami menetapkan MoU dengan Pak Dirjen di Genewa tentang IP National Strategy-nya, kata Yasonna kepada wartawan, di ruang konferensi pers, kantor Presiden, Jakarta, Senin (19/9) siang.
Dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi itu, menurut Menkumham Yasonna H. Laoly, dibicarakan upaya peningkatan inovasi agar kita bergerak lebih dari resources base economy menuju pada innovation base economy, knowledge base economy.
Kita harus mendorong inovasi untuk pertumbuhan ekonomi, termasuk di dalamnya dengan bantuan WIPO dan perlindungan terkait intelektual, mendorong juga biodiversity untuk diakui, termasuk geographycal indication, yang barangkali juga akan bermanfaat bagi usaha kecil dan menengah, terang Yasonna.
Inovasi
Sementara Menteri Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengemukakan, dalam pertemuan itu, Presiden Jokowi menggarisbawahi bahwa pengembangan ekonomi ke depan yang berbasis digital berperan dalam pengembangan ekonomi Indonesia yang ke depan yang berbasis kepada inovasi.
Dan untuk berbasis inovasi tentunya intellectual property menjadi hal yang sangat utama, ujarnya.
Sedangkan mengenai pengembangan industri yang e-market place berbasis business to business, consumer to consumer, menurut Menperin, pengembangan industri yang berbasis robotik itu membutuhkan inovasi dan intellectual property di mana WIPO bisa menjadi salah satu pilar.
Kemudian juga berikutnya juga untuk bio-industri yang nilai tambahnya tinggi, bio atau industri kesehatan, dimana kita mempunyai bahan baku yang sangat luas, menurut Airlangga, bahan baku ini yang nanti di-recognize dalam bentuk sumber aslinya dari kewilayahan maupun sumber bio-nya dari mana.
Dengan demikian, potensi yang bisa kita sebut dengan unlock, ini bisa dibuka. Dari sini akan menjadi besar dan banyak sekali, pungkas Airlangga Hartarto. (FID/AGG/ES)