Terus Diburu, Populasi Bekantan di Kotawaringin Timur Makin Terancam
Populasi satwa khas Kalimantan bekantan (Nasalis Larvatus) di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, makin terancam karena masih maraknya perburuan dan pengrusakan hutan.
“Perburuan bekantan masih terjadi. Informasi yang kami dapat, bekantan diburu bukan untuk diperdagangkan, tetapi untuk dipelihara dan ada juga yang untuk dikonsumsi, tapi kami belum pernah menemukan kasus ini secara langsung,” kata Komandan Pos Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sampit Muriansyah di Sampit, Kalteng, Rabu (11/1).
Pada Selasa (10/1) sore, BKSDA mengevakuasi dan melepaskan seekor bekantan ke Desa Mentaya Seberang Kecamatan Seranau. Bekantan berusia sekitar 10 tahun itu hanyut di dekat Pelabuhan Sampit dan diselamatkan warga. Kondisi bekantan sempat terlihat lemas karena kelelahan menyeberangi Sungai Mentaya.
Pada pertengahan November 2016, warga juga menyelamatkan bekantan yang hanyut di Sungai Mentaya. Satwa dilindungi itu diduga hanyut ketika hendak menyisir anak sungai mencari lokasi baru karena mulai kesulitan mendapatkan tempat di habitat aslinya.
Makin menipisnya hutan akibat alih fungsi, pembalakan liar maupun kebakaran, membuat habitat satwa turut rusak. Akibatnya hewan seperti bekantan, orangutan, beruang dan satwa lainnya makin sering muncul di kawasan permukiman warga karena kelaparan dan mencari makan.
Bekantan biasa hidup di hutan-hutan yang dekat dengan sungai. Satwa dengan ciri khas fisik memiliki hidung panjang dan besar itu cenderung pemalu namun bisa berubah ganas ketika merasa terancam.
“Populasi bekantan di Kotawaringin Timur diperkirakan berada di Kecamatan Pulau Hanaut, Seranau, Telawang dan Mentaya Hulu. Kami tidak berani memprediksi berapa jumlahnya tapi yang jelas satwa ini dilindungi karena terancam punah,” kata Muriansyah.
Masyarakat diminta turut melindungi satwa yang hampir punah itu. Muriansyah memuji kepedulian warga yang dengan sukarela menyelamatkan bekantan yang hanyut di sungai dan membantu melepaskannya kembali ke hutan.
Sementara itu, kemunculan bekantan di Kotawaringin Timur mengagetkan warga karena satwa itu lebih banyak ditemukan dan menjadi maskot Provinsi Kalimantan Selatan.
“Pas lihat fotonya, saya kira itu foto patung bekantan di Banjarmasin (Kalimantan Selatan). Ternyata itu bekantan hidup. Saya baru tahu di daerah kita juga ada bekantan,” kata salah seorang warga Intan.
Intan mendukung pelestarian satwa langka dan keseimbangan ekosistem dan berharap pemerintah lebih serius menyalamatkan flora dan fauna, khususnya yang terancam punah. (ANT/ES)