Tidak Berpotensi Tsunami, Gempa Bumi Guncang Yogyakarta dan Nias
Dua gempa bumi berkekuatan di atas 5 Scala Richter (SR), Jumat (30/11) mengguncang wilayah Indonesia. Satu di Yogyakarta pada pukul 03:42 WIB, dan satu lagi terjadi di Nias pada pukul 03:21 WIB.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan, gempa di Yogyakarta dengan magnitudo 5,1 SR berpusat di koordinat 8,84?LS dan 109,74?BT (124 km sebelah Barat Daya Kabupaten Bantul, Yogyakarta), pada kedalaman 18 km.
Sementara pusat gempa bumi kedua berada pada koordinat 0,13?LU dan 96,85?BT (120 km sebelah barat daya Kep. Nias), dengan magnitudo 5.9 SR di kedalaman kedalaman 10 km.
PVMBG meminta masyarakat untuk tenang dan mewaspadai terjadinya gempa susulan yang energinya diperkirakan lebih kecil dari gempa utama.
“Telah terjadi gempa bumi di Yogyakarta dan Nias dini hari tadi, masyarakat dihimbau untuk tetap tenang dan mengikuti arahan serta informasi dari pemerintah daerah dan BPBD setempat. Jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami,” kata Kepala PVMBG, Kasbani, di Jakarta, Jumat (30/11) pagi.
Menurut Kasbani, wilayah yang berdekatan dengan pusat gempa bumi di wilayah selatan Provinsi DI Yogyakarta umumnya tersusun oleh batuan karbonat, batuan sedimen dan batuan gunungapi berumur Tersier serta batuan sedimen dan batuan gunungapi berumur Kuarter. Batuan berumur Tersier yang telah terlapukan serta batuan berumur muda pada umumnya bersifat urai dan dapat mengamplifikasi guncangan gempa bumi.
Sementara wilayah yang berdekatan dengan gempa di Nias, berdasarkan tatanan tektoniknya, daerah pusat gempa dipengaruhi oleh zona penunjaman lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia, sehingga memberikan kontribusi tektonik di laut maupun di daratan Pulau Sumatera.
Secara geologi, daerah sekitar pusat gempa bumi tersusun oleh alluvium dan endapan pantai, serta batuan sedimen berumur Tersier dan batuan Pra-Tersier. Jenis batuan berumur muda seperti alluvium dan batuan Kuarter biasanya bersifat lepas dan akan memperkuat guncangan gempa bumi, ungkap Kasbani.
Ditegaskan Kepala PVMBG itu, gempa yang mengguncang kedua lokasi tersebut tidak akan memicu terjadinya gelombang tsunami karena meski berpusat di laut dan berada di kedalaman yang dangkal namun energi yang dikeluarkan tidak cukup kuat untuk memicu terjadinya gelombang tsunami.
“Gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta dan Nias tidak menyebabkan tsunami, karena meskipun berpusat di laut namun energinya tidak cukup kuat untuk menyebabkan deformasi di bawah laut. Hingga tanggapan ini dibuat, belum ada informasi kerusakan yang diakibatkan gempa bumi ini,” ujar Kasbani. (Humas Kementerian ESDM/ES)