Tidak Jawa Sentris, Seskab: Presiden Jokowi Ingin Seluruh Rakyat Indonesia Nikmati Pembangunan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 9 Desember 2017
Kategori: Berita
Dibaca: 26.634 Kali
Seskab pada acara Indonesianisme Summit 2017 yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB), di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Sabtu (9/12) pagi. (Foto: Humas/Rahmat).

Seskab pada acara Indonesianisme Summit 2017 yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB), di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Sabtu (9/12) pagi. (Foto: Humas/Rahmat).

Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung memaparkan konsep Presiden Joko Widodo (Jokowi) tentang Indonesianisme.

“Beliau membahasakan dengan sederhana dalam sambutan Presiden di dalam Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-72, yaitu menginginkan seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai Pulau Rote menikmati pembangunan secara merata, tidak lagi menjadi Jawa sentris,” kata Pramono Anung pada acara Indonesianisme Summit 2017 yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB), di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Sabtu (9/12) pagi.

Maka apa yang dilakukan dengan Papua sebagai salah satu contoh, lanjut Seskab, yaitu membuat harga bahan bakar minyak (BBM) di Papua menjadi sama dengan harga di Jawa, Jakarta dan dimana-mana.

“Tujuannya cuma satu, adalah pemerataan,” tegas Pramono Anung.

Seskab Pramono Anung mengingatkan, berulang kali Presiden mengatakan, di Jawa ini BBM naik dari Rp6.500 misalnya menjadi Rp7000 saja, demonya itu berbulan-bulan. Sementara di Papua, menurut Seskab, bertahun-tahun harga BBM 60.000 bahkan di Puncak Jaya bisa sampai 100.000, mereka tidak pernah demo.

“Itulah yang kemudian menjadi spirit Presiden untuk melakukan pemerataan pembangunan. Bahkan di Papua juga dibangun jalan 4.300 km, untuk membuka Papua,” terang Seskab.

3 Hal

Lebih lanjut Seskab Pramono Anung menjelaskan, Presiden Jokowi menerjemahkan Indonesiaisme ini ke dalam 3 hal, yaitu pertama konektivitas dengan membangun infrastruktur yang ada dan menjadi prioritas utama, kedua membangun sumber daya manusia (SDM) yang saat ini sedang dilakukan dan menjadi prioritas utama, serta ketiga mengatasi ketimpangan baik dalam gini ratio hingga kemiskinan.

“Sekarang ini, kemiskinan Indonesia masih di 10 koma atau hampir 11 persen dan Presiden menginginkan bahwa kemiskinan kita harus turun di bawah 10 persen, maka pekerjaan seperti itu bukan pekerjaan yang mudah, tidak ringan, harus kerja keras,” jelas Pramono.

Seskab juga menyebutkan, baru pertama kali dalam hampir 15 tahun, Indonesia mendapatkan peringkat Investment grade, walau masih BBB-, dari 3 lembaga rating dunia yang utama. “Ini baru pertama kali, tahun 2017 ini,” ujarnya.

Ketika pertemuan Bank dunia dengan Presiden Jokowi, lanjut Seskab Pramono Anung, Bank Dunia memperkirakan pada akhir 2017 kita sudah pada tingkat BBB+.

Ditegaskan Pramono Anung, kalau itu terjadi artinya biaya kita yang selama ini mahal untuk membangun bisa menjadi lebih murah.

Kepercayaan publik dunia, sambung Seskab, juga menjadi meningkat, bahkan Indonesia sekarang menjadi ranking nomor 4 Investasi dunia. Ia menambahkan sebagai negara besar dengan penduduk besar, Indonesia sudah ranking 2 setelah AS dalam hal perbaikan peringkat kemudahan berusaha.

Tentunya, lanjut Seskab, ini tidak datang dengan sendirinya, kerja keras dilakukan. “Walaupun kalau kita lihat di sosial media bagaimana kerasnya kritik terhadap Presiden, tetapi tetap fokus untuk bekerja, bekerja, bekerja untuk memperbaiki hal yang ada,” kata Seskab.

Kegiatan Indonesianisme Summit 2017 ini diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB) dan mengangkat tema besar “Mengangkat Industri Indonesia”.

Tampak hadir dalam acara ini Menko Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan, Seskab Pramono Anung, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Wakil Menteri ESDM Archandra Tahar, Rektor ITB Prof. Kadarsah Suryadi, Ketua Umum IA ITB Ridwan Djamaluddin, serta para alumni ITB. (FID/RAH/ES

Berita Terbaru