Tidak Saling Mencela, Presiden Jokowi: Teladani Persahabatan Johanes Leimena dan M. Natsir

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 15 Oktober 2018
Kategori: Berita
Dibaca: 16.437 Kali
Presiden Jokowi menyampaikan orasi ilmiah dalam rangka Dies Universitas Kristen Indonesia ke-65, di Lapangan Bola, Kampus UKI, Cawang, Jakarta Timur, Senin (15/10) pagi. (Foto: JAY/Humas)

Presiden Jokowi menyampaikan orasi ilmiah dalam rangka Dies Natalis Universitas Kristen Indonesia ke-65, di Lapangan Bola, Kampus UKI, Cawang, Jakarta Timur, Senin (15/10) pagi. (Foto: JAY/Humas)

Menyambut kontestasi politik di tanah air, baik dalam pemilihan Bupati/Wali kota, pemilihan Gubernur, dan pemilihan Presiden yang akan berlangsung April 2019, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak masyarakat untuk meneladani persahabatan dua tokoh nasional yang berbeda agama, yaitu Johanes Leimena dan Mohammad Natsir.

“Meskipun mereka berasal dari partai yang berbeda, Partai Kristen Indonesia dan Partai Masyumi, tetapi mereka sangat bersahabat, sangat bersaudara dalam visi kebangsaan, dan sahabat sejati dalam pergaulan sehari-hari,” kata Presiden Jokowi saat menyampaikan orasi ilmiah dalam rangka Dies Natalis Universitas Kristen Indonesia (UKI) ke-65, di Lapangan Bola, Kampus UKI, Cawang, Jakarta Timur, Senin (15/10) pagi.

Menurut Kepala Negara, tidak ada saling mencela, tidak ada saling mencomooh, tidak ada saling memfitnah. “Inilah keteladanan-keteladanan yang harus kita ambil, kita pakai,” ujarnya.

Sebelumnya Presiden Jokowi mengingatkan, bahwa negara kita ini negara besar, dengan perbedaan-perbedaan yang sangat banyak, perbedaan suku, agama, tradisi, adat, bahasa daerah, semuanya berbeda.

Indonesia, lanjut Presiden, sekarang memiliki 714 suku, 1.100 lebih bahasa daerah, memiliki adat yang berbeda, memiliki tradisi yang berbeda. Presiden membandingkan dengan Singapura yang hanya memiliki 4 suku, atau Afganistan yang memiliki 7 suku.

“Negara mana yang memiliki perbedaan-perbedaan seperti yang tadi saya sampaikan, tidak ada,” tegas Presiden.

Oleh sebab itu, Presiden Jokowi berpesan jangan sampai karena pilihan Bupati, Wali kota, Gubernur, Presiden, kita menjadi seolah-olah sepertinya terbelah-belah, terpecah-pecah.

“Silakan mau pilih Bupati A, B, C dalam kontestasi politik di daerah, silakan. Silakan pilih Gubernur  A, B, atau C kalau kandidatnya 4, D. Pilih yang terbaik. Ada pilihan Presiden, A dan B, silakan pilih A atau B,” ujar Presiden seraya menambahkan, ini adalah kontestasi politik.

Adu Ide

Menurut Presiden Jokowi, mestinya dalam kontestasi politik itu adalah adu ide, adu gagasan, adu program. Karena itu, Presiden meminta masyarakat adalah dilihat juga di dalam pilihan Bupati, pilihan Gubernur, pilihan  Wali kota, pilihan Presiden, prestasinya seperti apa, rekam jejaknya, track record-nya seperti apa.

“Jangan adu celaan, saling mencela, saling memaki, saling menghujat, saling memfitnah. Itu bukan tata krama Indonesia, itu bukan etika Indonesia,” tutur Presiden Jokowi.

Presiden mengingatkan mengenai tantangan-tantangan besar yang dihadapi Bangsa Indonesia di hadapan mata, yaitu ketidakpastian ekonomi global, perubahan iklim, terorisme, dan radikalisme.

“Itu tantangan-tantangan yang akan kita hadapi ke depan,” tukasnya.

Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Menteri Ristek Dikti M. Nasir, Rektor UKI dan seluruh civitas akademika UKI. (DNA/JAY/ES)

 

 

 

 

Berita Terbaru