Tinggalkan Inggris, Presiden Jokowi Lanjutkan Kunjungan Kerja ke Belgia

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 21 April 2016
Kategori: Berita
Dibaca: 27.535 Kali
Presiden Jokowi sebelum terbang menuju Belgia di bandara London (20/4). (Foto: Humas/Nia)

Presiden Jokowi sebelum terbang menuju Belgia di Bandara Stansted, London (20/4). (Foto: Humas/Nia)

Setelah menyelesaikan berbagai agenda di Inggris, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melanjutkan kunjungan kerjanya berangkat menuju ke Belgia. Pesawat kepresidenan yang ditumpangi oleh Presiden beserta rombongan meninggalkan Bandar Udara Stansted, London, Inggris sekitar pukul 17.00 waktu setempat (20/4).

Presiden Jokowi dan rombongan dilepas oleh Duta Besar (dubes) RI untuk Inggris Rizal Sukma, Dubes Inggris  untuk Indonesia Moazzam Malik, dan Atase Pertahanan Rui Duarte, pihak Kementerian Luar Negeri Inggris serta pihak KBRI London.Beberapa agenda kegiatan yang telah dilakukan oleh Presiden Jokowi selama di Inggris, antara lain:
– Pertemuan dengan Sektor Finansial Internasional di Hotel Grosvenor House;
– Pertemuan dengan PM David Cameron di Kantor PM Inggris, Downing Street 10;
– Pidato di Forum Marine Environment Protection Committee(MEPC) di Gedung International Maritime Organization (IMO);
– Pidato di Parlemen Inggris di Palaceof  Westminster;
– Silaturahmi dengan warga Indonesia di Wisma Nusantara;
Roundtable dengan CEO Perusahaan Inggris di Hotel Grosvenor House;
– Forum Bisnis Indonesia-Inggris di Hotel Mandarin Oriental;
– Peninjauan ke Fenwick; dan
– Peninjauan ke Queen Elizabeth Olympics Park.

Pujian PM David Cameron

Sebelumnya, Menlu menyampaikan bahwa isu mengenai counter extremism dan terrorism muncul dan dibahas cukup panjang dalam pertemuan Presiden Joko Widodo dan PM David Cameron.

Dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi itu, menurut Menlu, PM Cameron memuji Indonesia dalam memberantas terorisme dan ekstremisme karena karakteristiknya yang sangat khas, dimana sebagai negara muslim yang paling besar tetapi pada saat yang sama Indonesia adalah negara demokratis, dan juga negara yang plural dan toleransi.

Dalam masyarakat yang seperti itu, lanjut Menlu, bisa muncul satu stabilitas politik yang bagus dan pertumbuhan ekonomi yang di atas rata-rata dunia. “Jadi, satu laboratorium hidup yang dilihat oleh negara lain, dan negara lain menilai ini sebagai aset, dan tidak banyak negara yang memiliki aset seperti ini. Pesan itu jelas sekali kita,” papar Menlu.

Menlu menegaskan, Presiden selalu mengatakan Indonesia siap untuk memberikan kontribusi. “Jadi kita akan meningkatkan peran kita di dalam upaya dunia memerangi extremism, radicalism, dan terrorism,” ujarnya Rabu (20/4) pagi. (UN/EN)

Berita Terbaru