Tingkatkan Daya Saing, Menkop UKM Dorong Pelaku UMKM Bangun Brand Bersama

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 14 Juni 2021
Kategori: Berita
Dibaca: 1.232 Kali

Menkop UKM didampingi Stafsus Presiden Putri Tanjung saat berdiskusi dengan Komunitas Kuliner Bandung, di Orbital Dago, Bandung, Jabar, beberapa waktu lalu. (Foto: Humas Kemenkop UKM)

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki menekankan pentingnya sebuah bisnis masuk ke dalam skala ekonomi agar lebih memiliki daya saing.

Hal tersebut disampaikannya saat berdiskusi dengan Komunitas Kuliner Bandung, di Orbital Dago, Kota Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu Dalam kesempatan itu Menkop UKM didampingi Staf Khusus (Stafsus Presiden) Putri Tanjung.

“Di era digital ini dengan pasar terbuka lebar, kita harus siap bersaing dalam arti unggul produknya dan meningkat kapasitas usaha agar sanggup memenuhi permintaan pasar,” tuturnya.

Oleh sebab itu, Teten mendorong industri kreatif Bandung melakukan konsolidasi dalam satu payung brand bersama.

“Kalau bergabung dalam satu brand bersama akan memiliki kekuatan lebih dalam bersaing. Ketimbang jalan sendiri-sendiri dengan brand kecil,” ujarnya.

Menkop UKM mencontohkan, di Payakumbuh, Sumatra Barat, terdapat Dapur Bersama (Rumah Produksi Bersama) dalam memproduksi rendang yang merupakan makanan khas Sumatra Barat.

“Bila seperti itu, otomatis konsolidasi usaha dan brand akan tercipta. Dan merger usaha akan menghasilkan kekuatan besar dalam bisnis modern seperti sekarang ini,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Teten juga menegaskan bahwa  pemerintah terus menyiapkan ekosistem bisnis agar para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah [UMKM] memiliki akses ke pasar digital dan pembiayaan.

“Porsi kredit perbankan untuk UMKM akan ditingkatkan hingga 30 persen hingga akhir 2024 mendatang. Begitu juga dengan KUR [Kredit Usaha Rakyat] terus dipermudah untuk perkuatan permodalan UMKM,” ujarnya.

Selain itu, imbuh Teten, pemerintah juga mempunyai kebijakan bahwa 40 persen belanja pemerintah harus menyerap produk UMKM yang nilainya mencapai Rp460 triliun per tahun.

“Kami juga mendorong produk UMKM untuk bisa masuk rantai pasok industri,” imbuhnya.

Senada dengan Teten, Stafsus Presiden Putri Tanjung juga menekankan mengenai pentingnya kolaborasi untuk keberhasilan para pelaku usaha.

“Kondisi saat ini, langkah kolaborasi merupakan kunci keberhasilan bisnis di era sekarang,” ujar Putri.

Putri juga menyebutkan bahwa kunci sukses seorang creativepreneur adalah inovatif dan adaptif.

“Di tengah pandemi ini, demand market sudah berubah. Kita harus mampu menciptakan bisnis model yang sesuai dengan kebutuhan pasar,” ujar Putri.

Lebih dari itu, imbuh Putri, seorang creativepeneur juga harus mampu melihat masalah atau kendala menjadi sebuah peluang usaha serta terbuka akan perubahan zaman.

“Kita harus siap dengan lanskap usaha yang baru dan ekosistem bisnis yang terus berkembang, agar sustainable,” pungkasnya.

Inisiasi Wadah Koperasi untuk Permudah Pembiayaan
Dalam diskusi, Meizan (Ican) seorang pelaku usaha kreatif kuliner mengungkapkan, para pelaku industri kreatif kuliner Bandung yang tergabung dalam Komunitas Kuliner Bandung tengah menginisiasi pendirian wadah usaha bersama berbadan hukum koperasi. Tujuan berkoperasi adalah untuk mempermudah pembiayaan usaha para anggota.

“Ide mendirikan koperasi sudah lama tercetus. Saat ini, kita sudah ada di tahap pembenahan dan manajemen koperasi yang akan kita bangun,” ujar pemilik brand Keukeun, House The House, dan Rotor ini.

Pembentukan koperasi, lanjut Ican, ibarat gayung bersambut saat pihaknya mendapat kepercayaan untuk mengelola Teras Cihampelas, yang kini vakum terdampak pandemi.

“Ada sekitar 162 kios di sana namun tidak berjalan. Ini langkah konkret kami untuk meningkatkan kapasitas usaha pelaku usaha mikro yang ada di Teras Cihampelas,” tuturnya.

Senada dengan Ica, Arifin Windarman, pemilik merek Parti Gastronomi, Cupola.id, dan 347 juga menekankan pentingnya wadah koperasi bagi pengembangan usaha kuliner di Bandung.

“Kita membangun Laboratorium Kuliner, semacam satu kolektif kuliner. Namun output-nya bukan produk kuliner, melainkan berupa riset dan literasi dalam bentuk buku dan film,” ungkap Arifin.

Pelaku usaha lainnya, yaitu Rizka Ramadhana dari Sapapreneur dan pemilik produk Kripik Jamanow dalam diskusi mengungkapkan bahwa pihaknya menghadapi tantangan dalam bersaing dengan produk luar di marketplace.

“Kami memiliki 100 ribu pelaku usaha yang menjadi member, dengan berjualan secara online. Masalahnya, kami tidak bisa bersaing dengan harga produk luar di marketplace kita,” jelas Rizka.

Saat ini, imbuh Rizka, pihaknya sudah memiliki 450 outlet di seluruh Indonesia dalam bentuk franchise. Bahkan, produknya sudah mampu ekspor hingga ke Hongkong dan Malaysia.

Sementara Rezha, pemilik Soto Sedari, yang tergabung dalam Bandung Food Truck Community menyampaikan harapannya agar kondisi dapat kembali normal seperti 3-4 tahun lalu.

“Berharap kembali banyak event di Bandung, yang terintegrasi dengan usaha Food Truck. Saat ini, kami masih vakum,” ungkap Rezha. (HUMAS KEMENKOP UKM)

Kunjungi laman resmi Kemenkop UKM melalui tautan ini.

Berita Terbaru