Tol Laut Mulai Dimanfaatkan Pedagang, Mendag: Harga Pangan di Indonesia Timur Turun

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 29 Maret 2016
Kategori: Berita
Dibaca: 26.062 Kali
Mendag menjelaskan hasil rapat Terbatas di Kantor Presiden, Jakarta (29/3). (Foto: Humas/Jay)

Mendag menjelaskan hasil rapat Terbatas di Kantor Presiden, Jakarta (29/3). (Foto: Humas/Jay)

Tol laut, yang merupakan salah satu kunci Program Nawacita Presiden Joko Widodo untuk mengurangi disparitas harga yang luar biasa, khususnya di Indonesia bagian timur telah mulai dimanfaatkan oleh para pedagang atau pengusaha untuk mengangkut komoditas perdagangan ke daerah tersebut.

Menteri Perdagangan Thomas Lembong usai mengikuti Rapat Terbatas (ratas) mengenai dwelling time dan tol laut di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (29/3) sore mengungkapkan pemanfaatan tol laut yang telah diluncurkan sejak empat bulan yang lalu itu, berdampak pada penghematan-penghematan ongkos angkut sehingga harga-harga barang pangan terutama di wilayah Papua mengalami penurunan yang cukup signifikan.

“Sejak diluncurkannya tol laut dan digunakan oleh pedagang, harga kedelai turun 14%, harga minyak goreng turun 21%, dan harga daging ayam misalnya turun sampai 35%,” ujar Mendag.

Thomas Lembong mengungkapkan kementerian yang dipimpinnya memiliki program Gerai Maritim untuk mengoordinasikan pedagang untuk memanfaatkan sarana tol laut untuk mengangkut barang-barang ke Indonesia bagian timur.

“Sudah mulai kelihatan pembenahan disparitas harga,” kata Thom sapaan Mendag terkait pemanfaatan Gerai Maritim ini.

Kepastian Jadwal Pelayaran

Menteri Perdagangan memaparkan, yang dibutuhkan oleh pedagang dan pengusaha terkait dengan tol laut ini adalah kepastian jadwal pelayaran.

“Ongkos sebetulnya sangat-sangat secondary, karena disparitas harganya begitu luar biasa. Jadi dengan mudah sebetulnya pedagang/pengusaha bisa membiayai ongkos tambahan asal ada kepastian,” terang Mendag.

Thomas mengungkapkan perdagangan atau usaha itu merupakan upaya berkala bukan sporadis sehingga para pedagang mempunyai omzet yang konsisten.

“Yang dibutuhkan pedagang/pengusaha adalah kepastian jadwal bahwa pasti ada kapal yang berlayar dan itu dampaknya sekarang sudah mulai kelihatan diharga-harga pangan di bagian Papua,” pungkas Thom. (UN)

Berita Terbaru