Transkripsi Arahan Presiden Joko Widodo saat Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2017, 29 Desember 2017 Pukul 16.00 WIB di Main Hall Gedung Bursa Efek Indonesia

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 29 Desember 2017
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 7.994 Kali
Logo-Pidato2-8Bismillahirahmanirahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat sore, salam sejahtera bagi kita semuanya.
 
Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian, alhamdulillah telah kita tutup pada sore hari ini Indeks Harga Saham Gabungan dengan angka 6,355.65. Ini angka yang di luar perkiraan kita semuanya.

Dulu banyak yang menyampaikan, bisa 6000 saja kita sudah untung, sudah senang, nah kalau sekarang 6,355, gimana?
Saya kira kerja keras dari Bursa Efek Indonesia patut kita apresiasi dan juga patut kita syukuri bersama. Kalau kita lihat, 12 bulan terakhir, tahun 2017. Hampir semua risiko yang di awal tahun kita wanti-wanti akan meledak ternyata bisa kita lewati dengan baik semuanya.
Kita ini senang kalau ada kabar-kabar yang mengkhawatirkan, menikmati, terus menjadikan kita pesimis. Ini yang dari dulu saya paling enggak senang ini.
Angka-angkanya tadi sudah disampaikan, baik oleh Pak Dirut Bursa maupun oleh Bapak Ketua OJK jelas semuanya. Kenapa momentum yang sangat bagus ini tidak digunakan secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya.
Dulu tahun 2015, ngomongnya wait and see karena ada pilkada. Tahun 2016 ada lagi pilkada, wait and see lagi. Tahun 2017 ada pilkada, wait and see. Tahun depan ada pilkada lagi kan, wait and see. Tahun depannya lagi ada pilpres, wait and see. Apa kita mau seperti itu terus. Sudahlah. Yang politik silakan politik, yang ekonomi kita garap bersama-sama urusan ekonomi.
Memang untuk jualan, untuk dapat lebih banyak klik di situs internet lebih seru, lebih asik kalau yang dijual itu berita yang nakut-nakutin. Semuanya kan senengnya seperti itu, kalau nakut-nakuti ngikuti terus. Tapi masalahnya kalau kita sampai terjebak pada ketakutan terhadap risiko-risiko, kita akan kehilangan peluang.
Kita akan kehilangan kesempatan, kita akan kehilangan opportunity secara cepat. Padahal kesempatan itu kadang datangnya hanya sekali. Momentum-momentum seperti ini yang harus kita gunakan.
Di awal tahun semua analis wanti-wanti soal kenaikan suku bunga Dolar di Amerika. Saya ingat betul, semuanya wanti-wanti, hati-hati, hati-hati. Banyak kalangan mengatakan dengan kenaikan suku bunga Dolar oleh Bank Sentral Amerika, The Fed, semua mata uang yang lain akan rontok.
Semua kan ngomong seperti itu semuanya. Kemudian banyak kalangan khawatir akan adanya stimulus fiskal besar-besaran oleh Presiden Amerika terpilih, Presiden Trump, semuanya juga berbicara mengenai itu.
Banyak orang bilang, arus modal akan berbondong-bondong pulang kampung lari kembali ke Amerika. Banyak orang menyampaikan itu. Sehingga semua deg-degan, khawatir, dan kita senang yang seperti itu.
Kemudian juga banyak analis di awal tahun juga wanti-wanti mengenai naiknya sentimen proteksionisme di seluruh dunia mengenai risiko yang akan terjadinya perang dagang.
Apalagi, ada beberapa pemilu di beberapa negara Eropa dimana tokoh-tokoh garis keras dikhawatirkan bisa menjadi presiden atau perdana menteri, baik pemilu legislatif di Belanda, pilpres dan pemilu legislatif di Perancis, dan pemilu legislatif di Jerman.
Tapi apa yang terjadi akhirnya? USD melemah sepanjang tahun 2017. Bahkan sudah kembali di bawah titik saat kemenangan Presiden Trump di pemilu Amerika tahun lalu. Arus modal ke negara-negara berkembang, termasuk ke Indonesia juga mencapai sebuah rekor.
Jangan lupa hal seperti ini. yang terpilih di Eropa malah pemimpin-pemimpin yang sudah ada terpilih kembali, bahkan di Perancis yang terpilih adalah tokoh reformis, yaitu Presiden Emmanuel Macron.
Ekspor negara-negara berkembang, khususnya di Asia malah melonjak. Tahun 2017 adalah tahun dimana laju pertumbuhan perdagangan dunia kembali di atas laju pertumbuhan ekonomi dunia.
Pertama kalinya dalam 7 tahun. Angka-angka seperti ini harus kita ikuti terus, sehingga memberikan rasa optimisme kita untuk menyampaikan hal-hal yang positif, menyampaikan hal-hal yang optimis.
Ekspor Indonesia tahun ini naik doubel digit, sekitar 15-17 persen. Investasi internasional ke Indonesia tahun ini juga double digit, di sekitar 13-14 persen, ini juga angka yang sangat baik.
Tadi sudah disampaikan oleh Bapak Ketua OJK, rating Indonesia mendapatkan upgrade. Yang pertama, SMI kembali ke layak investasi, saya kira kita tahu semuanya atau investment grade. Terakhir dari Fitch rating juga BBB- menjadi BBB, ini juga sangat bagus.
Saya kira hal yang optimis ini harus terus disampaikan. Jangan yang enggak baik enggak baik terus disampaikan, enggak, agar ada keseimbangan. Dan yang kita inginkan rasa optimisme sehingga menanamkan modal itu menjadi sebuah semangat kita semuanya.
Coba kita bayangkan andaikata di awal tahun karena kita ketakutan menghadapi risiko-risiko yang digambarkan tadi, kemudian semua saham, semua properti kita jual, kita hanya pegang cash, berapa keuntungan yang hilang? Berapa keuntungan kita yang gagal?
Coba, tadi Pak Tito juga menyampaikan, Pak Dirut BEI, tahun ini indeks saham naik double digit juga ya Pak Tito ya? Berapa persen tadi Pak? 20 persen. Ini kan juga angka yang tidak kecil. Saya kira kita semuanya harus memberikan tepuk tangan kepada bursa efek Indonesia.
Jadi kalau kita jual semua saham kita di awal tahun karena khawatir tadi supaya aman pegang cash, ya itulah keuntungan yang gagal kita dapat. Hilang, hilang deh. Oleh sebab itu, jangan sekali-sekali keseringan baca di medsos analisa-analisa yang kadang-kadang enggak ngerti sumbernya dari mana.
Kesimpulannya apa? Yang penting adalah jangan takut. Risiko selalu ada tapi justru itulah peluangnya.
Terima kasih. Wassalaualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Transkrip Pidato Terbaru