Transkripsi Arahan Presiden pada Peresmian Pelabuhan Perikanan Untia di Makassar, Sulawesi Selatan 26 November 2016
Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
Bismillahhirrahmannirrahim, alhamdulillahi rabbil alaamiin, sholawatu wassaalamu ala robbihi anbiya iwal mursaliin wa habibina wa syafiina wa maulana muhammaddin wa ala alahi wa ala abdihi ajmaiin amma ba’du.
Yang saya hormati para menteri Kabinet Kerja khususnya Menteri KKP,
Yang saya hormati Gubernur Sulawesi Selatan beserta Ibu.
Yang saya hormati wali kota yang hadir,
Bapak/Ibu sekalian yang mulia.
“Apa Kareba, apa kareba? Baji, baji, baji, baji, baji, baji ya.
Ya, kalau menterinya, Menteri Kelautan dan Perikanan kayak Bu Susi siapa yang berani lagi nyuri ikan langsung di-blow kapalnya. Itulah Bu Susi. Siapa yang berani coba? Enggak ada sekarang yang berani nyuri ikan.
Sebelumnya coba lebih dari 7 ribu kapal asing mondar mandir ngabisin ikan kita. Kok pada diam? Semuanya juga diam. Sekarang silakan kalau berani.
Pertama tama sebelum masuk ke hal yang berkaitan dengan masalah ikan, saya ingin mengingatkan mengenai keberagaman kita, mengenai kemajemukan kita. Bangsa kita ini bermacam macam, beragam, sukunya ada lebih dari 600, 626 dari Sabang sampai Merauke, bahasa lokalnya ada 1100-an bermacam-macam.
Inilah anugerah Allah yang diberikan kepada bangsa kita. Beragam, bermacam macam. Jadi, marilah kita jaga dan kita rawat bersama sama, berbeda beda memang.
Di Sumatera Utara saja saat saya ke Sumut, ke Sumatera Utara, di selatan, di tengah, di utara bahasa salamnya berbeda-beda semua padahal 1 provinsi. Setelah assalamualaikum, salamnya kalau di pulau Nias bahasanya “Ya hawu, berbeda lagi agak ke tengah beda lagi Majuah juah, agak ke sini lagi juah juah, ke utara”.
Saya itu pikir kalau Batak ya tahu saya hanya horas. Ternyata beda beda. Ini anugerah Allah yang diberikan kepada kita. Marilah kita jaga dan kita rawat bersama.
Yang kedua, tadi yang berkaitan dengan asuransi. Jadi, Pemerintah telah memberikan kurang lebih 1 juta asuransi kepada nelayan. 1 juta nelayan yang sudah diberikan asuransi dari Sabang sampai Merauke. Ini jumlah yang tidak sedikit. Preminya 1 orang 170 ribu, 175 ribu per tahun.
Untuk apa? Nantinya setiap tahunnya kita naikkan 1 juta nanti ada anggaran bisa dinaikkan 2 juta, ada anggaran lagi dinaikkan 3 juta nelayan terus akan dinaikkan. Untuk apa ini? Untuk memberikan jaminan agar kalau terjadi sesuatu di laut yang ditinggalkan, keluarga yang ditinggalkan itu mendapatkan jaminan kehidupan untuk masa depan istri dan anak anaknya.
Tadi sudah diterangkan oleh Bu Susi kalau meninggal di laut mendapatkan 200 kita. Kita enggak ingin ada kecelakaan atau yang meninggal tapi banyak kejadian meninggal di darat dapat 160 juta. Kalau cacat, tetap dapat 80 juta.
Gunanya asuransi itu dan yang menanggung adalah dari Kementerian KKP. Ini akan kita, akan kita teruskan. Jangan sampai suaminya meninggal di laut yang di darat menjadi sangat menderita.
Yang ketiga, kenapa hari ini akan kita Resmikan pelabuhan perikanan Untia di Makassar. Memang kalau kita lihat pelabuhan di Paotere yang selama ini menampung aktivitas kapal tangkap perikanan di daerah ini sudah sangat padat sekali sehingga ini dibangun dan akan terus dikembangkan.
Jadi, kalau tadi masalah yang kurang jalan jalannya kurang bagus nanti setelah saya telpon Menteri PU untuk segera diperbaiki. sekarang ini sudah padat sekali.
Jadi, dengan pelabuhan Untia ini kita memberikan solusi dalam rangka meningkatkan produksi perikanan Sulawesi Selatan khususnya di makassar karena lokasinya sangat strategis di kawasan industri makanya dekat dengan ekspor. Wong dia perlu diingat bahwa target ekspor perikanan Sulawesi Selatan ini sangat besar sekali, 10 persen dari total sekali, sangat gede sekali dan pengembangan pelabuhan mutia ini diharapkan menjadi sentra pengembangan dengan pelabuhan pelabuhan perikanan lainnya antara lain banyak sekali laporan sampai ini baji (baik, bahasa makassar) ya betul ya baji nih baji Pak Gub. Dari Bone, Paotere, pelabuhan di Bentenge, di Kajang, Tongke tongke, di lapak, banyak sekali.
Oleh sebab itu, ini akan kita buat pengembangan yang baik bagi produksi perikanan kita.
Coba satu nelayan ke depan. Ya, kamu sudah. Sini, sini sini. Coba dikenalkan namanya.
Nama saya ( nelayan): Muhajirin.
Presiden: yang keras
( nelayan): Muhajirin.
Presiden: pak muhajirin, kalau melaut ke mana arahnya?
Nelayan: sekitar Makassar
Presiden: sekitar Makassar. Ini untuk mengingatkan kembali, tadi yang disampaikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan. Sebutkan 3, sebutkan 3 yang tidak boleh dilakukan saat kita mencari ikan. Tadi apa tiga kalau benar nanti saya beri sepeda. Yang ringan semuanya.
Nelayan: ngebom ikan.
Presiden: ya enggak boleh ngebom ikan satu terus. Yang kedua.
Nelayan: bius ikan.
Presiden: enggak boleh bius ikan. Yang ketiga.
Nelayan: throll
Presiden: throll enggak boleh? Betul? Karena bisa merusak karang dan lingkungan ikan kita. Baiklah tadi betul tidak boleh ngebom, tidak boleh bius, dam tidak boleh pakai throll. kalau bius ikan pakai apa? Pakai obat bius?
Nelayan: pakai portas.
Presiden; baik ya biar pada ingat Isemuanya kalau enggak diingatkan kembali Bu susi sudah sampai kan.
Terima kasih Pak Muhajirin. Ini sepedanya nanti jadi beneran sepedanya. Ini sepeda nya itu.
Ya, satu lagi ada enggak. Tapi ini maju silakan. Ini nelayan muda ini. Ini benar nelayan?
Nelayan: iya pak nelayan, asli nelayan.
Presiden: asli, benar? Ini sudah benar kalau asli nelayan pasti mudah
sebutkan nama ikan 10, sudah
Nelayan: ikan sunu. (Iya) apa tadi ikan kerapu, ikan tuna ( ikan tuna)
Presiden: ikan tuna apalagi saya tanya cumi cumi tadi sudah baru tiga 10 lho.
Nelayan: kita di sini baru lab., ikan baronang, kepeting.
Presiden: iya saya tahu kepiting tapi bukan ikan itu. Kepiting itu.
Nelayan : ikan bete-bete,
Presiden: apa itu ikan bete bete, ada itu ikan bete bete ya .
Nelayan: ikan tuwing-tuwing.
Presiden: apalagi itu ikan tuwing tuwing.
Nelayan: itu bahasanya ikan terbang.
Presiden: ikan tuwing tuwing itu apa?
Nelayan: bahasa makasarnya ikan terbang itu Pak.
Presiden: benar ikan tuwing tuwing? Ya sudah itu boleh. Ikan tuwing tuwing sudah.
Nelayan: kakap merah
Presiden: ikan kakap merah boleh saya tahu, delapan. Masak nelayan enggak tahu ikan.
Nelayan: ikan liaran.
Presiden: ikan liaran, benar ada? Ikannya kayak apa itu?
Nelayan: ya itu ikan marlin.
Presiden: oh ikan liaran itu ikan marlin, sembilan ikan apa lagi sembilan, sembilan.
Nelayan: ikan apa itu.
Presiden: masak nelayan enggak hapal ikan sih.
Nelayan: ikan tawasan, ikan tawasan
Presiden: ikan tawasan.
Nelayan: saya enggak tahu bahasa Indonesia nya apa itu.
Presiden: bahasanya saya enggak ngerti semua. Ikan tawasan apa itu ada. apa itu ikan tawasan, gede atau kecil?
Nelayan: macam macam Pak, macam macam ukurannya itu.
Presiden: terus apa lagi terakhir sepuluh, apa ikan apa sepuluh kurang satu.
Nelayan: ikan kerong-kerong.
Presiden: apa?
Nelayan: ikan kerong kerong.
Presiden: ikan kerong kerong lagi ini. Bu Susi tahu ndak apa itu ikan kerong-kerong. Benar ada? Ikan kerong kerong. Sudah daripada pusing ini, kasih (Presiden sambil memberikan hadiah).
Presiden: ikan kerong kerong itu ikan apa?
Yang terakhir, saya minta pelayanan nantinya di Pelabuhan Untia ini terus dijaga, terus dirawat dan hati hati jangan ada pungli di sini. Itu tidak boleh. Ini pelabuhan pelabuhan baru kita bersihkan tidak ada pungli.
Jadi, jangan sampai pelabuhan baru nongol pungli tidak boleh. Kalau ada pungli segera dilaporkan ke Tim Saber Pungli, Tim Sapu Bersih Pungli supaya semua mendapatkan pelayanan yang baik.
Saya kira itu yang dapat saya sampaikan pada saat yang baik ini. Maka dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, saya resmikan pelabuhan perikanan Untia di Makassar.
Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.