Transkripsi Pengantar Presiden Joko Widodo pada acara Peletakan Batu Pertama pada Bendungan Keureuto, di Aceh Utara, Nangroe Aceh Darussalam, 9 Maret 2015
Assalamualaikum Wr. Wb.
Bismillahirrohmanirrohim.
Yang saya hormati, menteri yang hadir
Yang saya hormati Gubernur Zaini, bupati, walikota, seluruh ulama, bapak, ibu, hadirin, hadirot, undangan yang berbahagia, khususnya masyarakat warga NAD, lebih khusus lagi di Kabupaten Aceh Utara.
Bendungan Kreung Keureto ini adalah bendungan yang terbesar yang akan kita bangun dalam lima tahun ini. Anggarannya, habisnya Rp 1,7 triliun digelontorkan ke Aceh, akan selesai dalam waktu empat tahun. Tadi yang menjadi MC tadi Pak Menteri PU, kalau ada yang belum tahu.
Jadi Rp 1,7 triliun diselesaikan dalam waktu empat tahun, saya harap nanti bisa tepat waktu. Itu nanti akan bisa mengairi sawah yang tidak sedikit, sangat luas sekali kurang lebih 9500 hektar sawah yang akan selalu terairi, dan juga bisa mengendalikan banjir di Lhok Sukon dan sekitarnya, plus juga bisa memberikan tambahan aliran listrik kurang lebih 6 MW, juga air baku yang tidak sedikit yaitu 500 liter/detik. Ini adalah sebuah bendungan yang dibuat dengan fungsi yang bermacam-macam. Saya titip, nanti kalau sudah jadi, dirawat.
Di provinsi-provinsi yang lain, saya lihat bendungan yang ada, waduk yang ada itu menjadi kapasitasnya tidak maksimal hanya terpakai 30-40% karena di atasnya rupanya sudah dibabat, digunduli. Yang saya lihat, tadi saya lihat airnya seperti itu artinya hutannya masih sangat bagus.
Kalau yang di Jawa, hampir semua sungai airnya sudah kayak coklat kayak apa ya…hampir semuanya coklat. Di sini alhamdulilah masih kita lihat sungai yang masih jernih artinya memang di atasnya belum dibabat, belum digunduli. Saya mohon agar diatas-diatas dijaga semuanya.
Ini ke atas lagi masuk ke Bener Meriah, saya dulu tinggal di sana lama. Kita ke sini tadi, ini perlu saya informasikan lagi memang banyak sekali yang minta dibangun pemerintah pusat. Tadi Bapak Bupati menyampaikan, “Pak, bandara di Lhokseumawe diperpanjang, jangan 1.400 meter.” Berapa? Saya tanya. “Minimal 2.400 meter, Pak.”
Saya telepon langsung ke Menteri Perhubungan, tahun ini juga akan dimulai. Nanti pesawat besar akan bisa masuk ke Aceh Utara, Lhokseumawe. Kemudian juga, ini yang dari Bener Meriah ada nggak? Bupati, yang di Rembele juga mau dimulai, ditambah terus mau ditambah runway-nya dipanjangin lagi karena saya berasal dari Bener Meriah.
Kemudian ada beberapa airport yang juga ditambah runway-nya di Sabang ditambah, kemudian di Cut Nyak Dien, sama satu lagi di Aceh Tenggara ditambah. Jadi, nggak tau ini pemerintah pusat baru senang-senangnya membangun di Aceh. Moga-moga nanti ada beberapa jalan yang juga nanti akan dibangun di seluruh provinsi Aceh dan banyak sekali, tadi list-nya satu lembar ini.
Jadi artinya kan banyak jalan-jalan yang diperbaiki, dikerjakan dibangun di Provinsi Aceh. Juga rel kereta api yang dari Bireun menuju Lhokseumawe sama ke Meulaboh juga akan dimulai karena nanti kita juga akan sambungkan nanti bulan April ini untuk tol Trans Sumatran akan dimulai dulu dari Lampung. Nanti Lampung dimulai, yang dari Barat nanti juga dimulai, ketemunya di tengah.
Ada yang bertanya ke saya “Pak, duitnya dari mana? Kok perintah-perintah bangun Tol Sumatra?”
Saya sampaikan, saya jawab, urusan anggaran urusan duit itu urusan Presiden. Yang penting kalau bekerja, saya beri waktu, saya beri target. Selesaikan sesuai target, kalau nggak, menterinya diganti. Tapi menteri yang ada sekarang ini kerja siang malam, siang malam. Insya Allah, apa yang kita berikan target betul-betul bisa dicapai.
Saya berikan contoh saja, swasembada beras dulu. Baru nanti swasembada gula, jagung, dan berikut-berikutnya. Untuk beras, memang kemarin ada gejolak. Kalau saya mau, gampang sekali menyelesaikan itu. Apa? Impor.
Tapi nggak, saya meyakini Insya Allah, saya nggak mendahului, nggak ada dia tahun kita swasembada. Oleh sebab itu, saya tahan terus. Jangan impor! Meskipun ada yang mendesak dari kiri, dari kanan, “Pak, impor! Silusinya impor supaya stoknya tambah, Pak.”
Saya buka gudang-gudang Bulog masih ada stok, coba dihitung. Hitung di sini, hitung di sini, masih ada 1,7 juta. Memang untuk mengubah melakukan sesuatu hal yang sudah terbiasa berpuluh-puluh tahun pasti ada resikonya dan itu kita terima. Ngak masalah, saya tanggung jawab. Dari kemarin kok naik, naik, stoknya kita hitung lagi. Ini pertengahan Maret sudah panen raya di beberapa provinsi, sudah lepas stoknya di Bulog. Lepas semuanya.
Saya perintahkan kemarin 400.000 ton dilepas, coba pasar bereaksi apa dengan lepasan stok itu? Ternyata langsung Pasar Induk di Cipinang langsung drop, sampai sekarang sudah Rp 1.400 turun dan kita harapkan nanti turunnya sampai Rp 2000 lebih dan posisi normal kembali. Tapi yang paling penting kita tidak impor meakipun posisinya seperti itu, dan itu kita yakini bahwa meraih sesuatu pasti ada tantangan-tantangannya. Kalau mau cari gampang, impor saja. Itu paling mudah, dan itu tidak kita lakukan.
Kita harapkan juga, saya tadi dapat laporan dari Pak Gubernur bahwa Aceh juga surplus, alhamdulilah tetapi nanti dengan dibangunnya bendungan ini, Keurung Keureto ini saya juga meyakini produksi pasti akan naik. Kita sudah habis Rp 1,7 triliun pasti produksinya juga akan naik lebih dari itu. Kita harus meyakini pembangunan ini pasti ada manfaatnya dan akan memberikan sumbangan kepada daerah-daerah yang lain yang masih defisit, masih kurang produksinya.
Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini dan dengan mengucap bismilahirahmanirahim Bendungan Kreung Keureto pada sore hari ini pengerjaannya saya nyatakan dimulai.
Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
(Humas Setkab)