Transkripsi Pidato Presiden RI pada Peringatan KAA ke-60, di Gedung Merdeka, Bandung, 24 April 2015
Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera bagi kita semuanya.
Selamat datang di Bandung, kota dimana api terhadap penjajahan dan ketidakadilan digelorakan.
Yang mulia,dahulu di dalam ruangan ini hadir para pendahulu kita yang menginspirasi dunia. Di ruangan ini, semangat sang inisiator pemimpin besar Soekarno, Bung Karno, masih menggema. Di ruangan ini, gelora perjuangan pemimpin besar Jawaharlal Nehru terasa masih menyala. Di ruangan ini, semangat soliaritas pemimpin besar Mohammad Ali Bogra terasa belumlah padam. Di ruangan ini, cita-cita suci pemimpin besar Sir John Kotelawala untuk memakmurkan kehidupan rakyatnya terasa masih menggema. Di ruangan ini, kesadaran revolusioner pemimpin besar U Nu terasa masih menyentuh dinding-dinding hati kita.
India adalah sebuah cita-cita. Pakistan adalah sebuah cita-cita, Sri Lanka adalah sebuah cita-cita, Myanmar adalah sebuah cita-cita, Indonesia adalah juga sebuah cita-cita. Cita-cita tentang sebuah kehidupan merdeka, adil dan sejahtera, cita-cita yang menginspirasi lahirnya semangat Bandung.
Dari kota ini, mereka menggelorakan perjuangan kemerdekaan, memperjuangkan kesejahteraan, dan memperjuangkan keadilan bagi bangsa Asia Afrika. Begitulah sikap luhur para negarawan pendahulu kita. Cita-cita mereka lebih besar dari zamannya.
Yang mulia, para hadirin yang saya hormati,
Enam puluh tahun lalu, hanya tiga negara Afrika yang menghadiri Konferensi Asia Afrika, bahkan Sudan hadir dengan kain putih bertuliskan negaranya “Sudan”. Ia belum merdeka dan belum mempunyai bendera. Kini peta dunia telah berubah. Konferensi Asia Afrika ini dihadiri oleh 91 negara dengan semangat yang sama dalam tantangan yang berbeda, semangat untuk memakmurkan rakyat kita.
Kita menyadari bahwa cita-cita kita harus diraih melalui kerja sama, harus bermitra secara sejajar dengan negara lain. Sekali lagi, kerja sama secara sejajar dengan sahabat-sahabat dari negara-negara lain.
Sebagai Presiden Indonesia yang memimpin lebih dari 200 juta penduduk, saya menyadari bahwa Indonesia belum terbebas dari kemiskinan. Kami masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara maju di belahan bumi lain. Permasalahan ini juga masih dihadapi oleh negara-negara sahabat di Asia dan Afrika.
Oleh sebab itu, pada peringatan Konferensi Asia Afrika ke-60 ini, saya menyerukan mari kita gelorakan kembali semangat Bandung. Mari kita lanjutkan perjuangan para pemimpin kita 60 tahun yang lalu. Kita harus meningkatkan saling pengertian dan mewujudkan perdamaian dunia. Segala bentuk kekerasan harus dihentikan. Kemerdekaan Palestina harus terus diperjuangkan.
Selain itu, kita harus bahu membahu meningkatkan kemakmuran rakyat kita melalui kerja sama ekonomi dan perdagangan. Kita harus bahu membahu supaya bangsa kita sejajar dengan bangsa-bangsa maju di belahan dunia yang lain. Saya berharap semangat Konferensi Asia Afrika akan terus kita perjuangkan secara bersama-sama dan di masing-masing negara kita.
Terima kasih atas partisipasi aktif Yang Mulia dan para hadirin semua di Konferensi Asia Afrika kali ini. Sampai jumpa kembali pada Konferensi Asia Afrika yang akan datang.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
(Humas Setkab)