Transkripsi Sambutan Presiden Joko Widodo dalam Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi Tahun 2017 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Kamis, 27 Juli 2017
Oleh Humas    
Dipublikasikan pada 27 Juli 2017
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 6.439 Kali
assalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuh,
Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om swasiastu Namo Budhaya,
Salam kebajikan.
Yang saya hormati seluruh pimpinan lembaga negara yang hadir, yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja, yang saya hormati Gubernur Bank Indonesia dan ketua OJK, yang saya hormati para anggota PPID di tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota, hadirin tamu undangan yang berbahagia.
Kunci mengelola ekonomi, baik di kabupaten, baik itu di kota, baik itu di provinsi, baik itu di skup negara, dua hal yang sangat penting adalah pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Bagaimana meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan bagaimana menekan inflasi serendah-rendahnya.
Dan Alhamdulillah, tadi sudah disampaikan oleh Gubernur BI, 2015 inflasi kita berada pada angka 3,53. Kemudian, di 2016, 3,02. Oh, yang 2015 3,35 yang 2016 3,02. Dan di kuartal I berada pada angka kisaran 4 persen. Artinya kita sudah mulai masuk ke era inflasi rendah di negara kita. Ini berkat Saudara-saudara semuanya yang tahu betul apa itu fungsi inflasi.
Kembali ke pengelolaan ekonomi yang pertama yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi kita, kalau bandingkan dengan negara-negara lain dengan keadaan ekonomi global yang sekarang ini masih sangat berat sekali, masih sangat berat sekali. Semua negara mengalami tekanan ekonomi, tekanan pertumbuhan ekonomi. Negara kita di G20, berada pada posisi 3 besar, di bawah India dan RRC. Ini patut kita syukuri.
Pertumbuhan ekonomi sangat tergantung, memang negara kita ini masih sangat tergantung pada konsumsi. Oleh sebab itu, daya beli rakyat harus diikuti terus, agar konsumsi ini tetap berada pada posisi yang kita inginkan.
Yang kedua, juga berkaitan dengan belanja pemerintah. Ini hati-hati. Kita sering terlambat mengeluarkan uang dari APBD. Ini perlu saya ingatkan. Biasanya daerah, baik di kabupaten, baik di kota, baik di provinsi, maupun di pemerintah pusat, itu mengeluarkan uang itu paling kebut-kebutan itu pada bulan-bulan di akhir tahun. Itu sudah bertahun-tahun berjalan seperti itu.
Kalau sudah masuk ke November atau Desember, sudah, grojok-grojokan uang bayar ini, bayar ini, bayar ini. Harusnya itu kan dimulai pengaturannya pada bulan-bulan awal, misalnya uang muka, di bulan Januari sudah harus mulai keluar. Jangan kita ini memiliki budaya seneng naroh uang APBD kita di bank dan idel selama berbulan-bulan, sehingga keadaan peredaran uang menjadi kering.
Harus kita bangun sebuah budaya kerja uang APBD itu segera dikeluarkan. Jangan sampai sudah ditransfer dari pusat, DAU-nya misal, tidak segera digunakan. Sehingga peredaran uang di daerah menjadi sedikit dan tidak banyak.
Yang kedua, kunci kita selain belanja konsumsi dan belanja pemerintah, kunci yang paling penting ini yang harus betul-betul seluruh gubernur, bupati, walikota itu pahami, pentingnya dua hal ini. Yang pertama sangat penting sekali, masalah investasi, yang kedua masalah ekspor. Ini Tolong dua hal kunci ini diperhatikan betul.
Karena kita tidak mungkin mendongkrak yang namanya pertumbuhan ekonomi itu dari loncatan APBD, enggak mungkin. Loncatan APBN juga tidak mungkin. Kuncinya dari luar dari mana? Ya dari dua ini, bagaimana menggenjot ekspor dan bagaimana menggenjot investasi. Dua ini kunci yang harus betul-betul kita pahami, dua ini kunci tolong diperhatikan betul.
Ekspor memang, komoditas kita sekarang ini mengalami penurunan ekspor. Karena apa? Ya karena pasarnya baru lesu. Negara-negara lain pertumbuhan ekonominya baru lesu, baik di Amerika, di Uni Eropa, di Amerika Latin, semuanya memang mengalami kelesuan, sehingga ekspornya ini juga, memang kita genjot, memang tidak mudah.
Tetapi saya lihat ada beberapa provinsi yang bisa menaikkan ekspornya, seperti di Sulawesi Selatan saya lihat bisa. Peluang itu bisa diambil. Oleh sebab itu, kalau ekspor sulit digenjot yang satunya kita masih punya peluang, yaitu di investasi. Mendatangkan investor dan investasi di daerah kita, di provinsi, di kabupaten, dan di kota, ini menjadi kunci pertumbuhan ekonomi.
Oleh sebab itu, perlu saya ingatkan lagi, yang namanya urusan perizinan itu betul-betul diperbaiki total agar kecepatan itu ada. Jangan sampai masih saya dengar mengurus izin itu berbulan-bulan dan masih lebih dari setahun. Ada saya dengar. Sudah, jangan diterus-teruskanlah mengurus izin bulan itu sudah ndak. Minggu saja ndak, harusnya sudah endak. Hari saja harusnya juga sudah tidak. Sudah jaman IT kaya gini mengurus-urus kaya gitu masih minggu, masih bulan, apalagi tahun, sangat memalukan. Urusannya harusnya sudah jam kalau urusan izin itu, jam.
Bagaimana membuat sistem agar izin itu bisa keluar dalam kurun jam. Di pemerintah pusat sekarang ini, perlu saya informasikan, di BKPM yang namanya mengurus izin itu 3 jam untuk 9 izin. 3 jam untuk 9 izin dan sudah berjalan pebih dari setahun.
Jadi datang dengan syarat, izin keluar maksimal 3 jam untuk 9 izin. Izin investasi, akte perusahaan dan NPWP, TDP, rencana penggunaan tenaga kerja asing, kemudian yang keenam izin memperkerjakan tenaga asing, kemudian yang ketujuh angka pengenal importir dan produsen, yang kedelapan nomor induk kepabeanan, yang ke sembilan surat keterangan peta informasi ketersediaan lahan. Ini selesai dalam kurun tidak lebih dari 3 jam, ini bisa kita selesaikan.
Daerah harusnya bisa selesai lebih cepet dari ini. Dengan skup yang lebih kecil harusnya bisa. Kalau masih saya dengar izin-izin itu keluar masih minggu, masih bulan, masih tahun, ditertawakan kita nanti. Ini perlu saya titipkan pesan ini, karena kunci tadi. Kunci kita ekspor dan investasi.
Ekspornya memang sulit karena pasar, ya investasi ini sebetulnya kita ini di depan pintu kita ini ngantri berbondong-bondong akan investasi di negara kita. Problem-nya adalah di dalam kita sendiri. Masalahnya ada di dalam kita sendiri. Yang ruwet karena banyaknya peraturan, yang ruwet karena kita tidak bisa membuat sistem yang cepat untuk melayani investasi. Ini saya titip. Sehingga kita harapkan nantinya pertumbuhan ekonomi, ini semua daerah, provinsi itu pada posisi yang baik.
Saya senang, setelah muter di beberapa provinsi, misalnya yang baik memang di Sulawesi Selatan, saya lihat pertumbuhan ekonomi 7,4 persen. Di Makassar, ada Pak Walikota Makassar? 7,9 persen. Ini mungkin di dunia paling tinggi.
Sangat sulit sekali, karena yang di Amerika, di Eropa, pertumbuhan ekonomi itu paling 1 persen, 2 persen, angkanya hanya itu-itu saja. Kita ini bisa ada yang tumbuh 7,9 ini luar biasa. Inilah saya kira seluruh kabupaten dan kota, provinsi untuk berlomba-lomba bagaimana menumbuhkan pertumbuhan ekonomi yang baik.
Kemudian yang kedua, yang berkaitan dengan inflasi. Kita berbicara yang kedua, inflasi. Sejak Rakornas TPID tahun lalu, tadi sudah saya sampaikan angka final untuk inflasi 2016 3,02. Terendah dalam 7 tahun ini. 3,02 persen.
Apa yang memungkinkan hasil itu demikian baik? Tadi sudah disampaikan oleh Pak Gubernur BI. Yang pertama masalah informasi. Beberapa tahun ini telah banyak sekali dibangun jaringan-jaringan, sarana-sarana, dan prosedur-prosedur untuk menyebarkan luaskan informasi.
Saya lihat di Jawa Tengah memiliki. Sehingga semua pasar bisa melihat harga-harga, saya kira sangat bagus sekali. Ini harga-harga sembako, sehingga petani tahu harga di sebuah pasar itu berapa, pasar satu tahu pasar lain saling mengetahui informasi. Ini sangat penting sekali untuk menyebarluaskan informasi mengenai harga-harga diberbagai daerah.
Yang kedua, saya melihat informasi yang semkain akurat dan semakin tepat waktu, semakin real-time yang memungkinkan respon cepat apabila ada keadaan-keadaan satu harga begitu cepatnya, kita sekarang menjadi tahu.
Sehingga kalau ada barang tertentu mahal di suatu tempat tapi lebih murah di tempat lain, barang itu bisa cepat dikirimkan dari daerah yang murah ke tempat daerah yang mahal itu. Sehingga harga akan menjadi stabil kembali. Artinya tadi mengenai distribusi, kuncinya di situ mengenai pasokan itu sangat penting sekali.
Kemudian yang ketiga yang saya lihat budaya organisasi. Budaya organisasi di berbagai instansi pemerintah sekarang ini semakin memberikan perhatian yang intensif terhadap inflasi, terhadap stabilitas harga. Sudah mulai membudaya di daerah-daerah bahwa lonjakan harga adalah sesuatu yang tidak bisa ditolerir oleh kita semuanya.
Dulu kalau harga naik, sudah, dianggap biasa saja. Sekarang harga naik, harus itu kita anggap sebagai hal yang tidak biasa. Ini menjadi sebuah budaya organisasi yang saya lihat sangat baik untuk kita teruskan. Ini masalah orientasi mental, masalah orientasi mindset, masalah manajemen. Saya kira kalau kita semuanya sadar akan itu, enak kita menyelesaikan masalah-masalah.
Karena kita lama, sering ini, sudah lama kita ini budaya kita ini pasrah soal inflasi. Pasrah ada inflasi berapa ya sudah pasrah.
Sudah menjadi persepsi publik, waktu itu bahwa inflasi kisaran 8, kisaran 9, kisaran 10 persen itu sesuatu yang wajar, sesuatu yang biasa. Dianggap sesuatu yang wajar, dianggap sesuatu yang biasa yang tidak dapat di apa-apakan. Padahal bisa kita kerjain.
Kenapa di negara lain, misalnya kaya di Eropa inflasi bisa sangat rendah sekali, bisa 1 persen, bisa ditekan 2 persen. Ya karena mereka melakukan sesuatu.
Dan kita juga sudah menyadari bahwa kalau inflasi ini bisa menyebabkan banyak hal. Bunga bank tinggi ini salah satunya karena inflasi yang tidak bisa kita tekan. Tetapi begitu nanti inflasi ini kita tekan terus dalam kurun 4 tahun, 5 tahun, 6 tahun, 7 tahun, terusss, otomatis bunga bank pasti turun. Otomatis itu. Betul Pak Gub? Saya konfirmasi ke sana karena bagian moneter ada di Pak Gubernur BI.
Kalau Inflasi terus kita tekan, juga rakyat akan merasakan gitu lo. Percuma pertumbuhan ekonomi, misalnya 6, tapi inflasinya 9, rakyat tekor. Rakyat menjangkau sebuah harga itu menjadi berat, gitu. Tapi kalau pertumbuhan ekonomi misalnya 5 tetapi inflasinya berada pada angka 4 atau 3, rakyat enteng untuk menjangkau sebuah harga. Itu perlu kita pahami bersama betapa pentingnya yang namanya inflasi.
Hal-hal seperti ini yang perlu terus kita lakukan sehingga betul-betul inflasi itu berada pada posisi yang sangat rendah dan kita harapkan kita tekan terus. Dan kita harapkan nantinya ini step by step bisa di bawah 3, bisa di bawah 2, terus. Karena itu akan mempengaruhi lebih banyak hal.
Sekali lagi bahwa di negara-negara berkembang memang kita biasanya males untuk mengurusi hal yang kecil seperti itu.
Ah, bedanya cuma nol koma saja kok diurus. Banyak yang seperti itu saya dengar.
Itulah bagian dari etos kerja, bagian dari disiplin, menghargai hal-hal yang kecil-kecil, menghargai uang kecil-kecil, dan itu merupakan sebuah tabungan efisiensi yang lama kelamaan manfaatnya bisa sangat besar, sangat dramatis pada basis daya dan akhirnya masuk kepada basis harga. Itulah bagian yang sangat penting pada struktur biaya sebuah perekonomian yaitu cost structure.
Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi saya sangat menghargai acara tahunan Rakornas pengendalian inflasi yang diadakan oleh Bank Indonesia setiap tahunnya sehingga kita bisa memahami semuanya betapa sangat pentingnya inflasi bagi daerah, kabupaten, kota, provinsi maupun negara.