Transkripsi Sambutan Presiden Joko Widodo meresmikan Penutupan Rapat Koordinasi Nasional (RAKORNAS) Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Tahun 2017 di Ballroom, Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa, 3 Oktober 2017

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 4 Oktober 2017
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 9.905 Kali
Logo-Pidato2Bismillahirahmanirahim,
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat sore, salam sejahtera bagi kita semuanya, Om Swastiastu Namo Buddhaya Salam Kebajikan.
 
Yang saya hormati Ketua Umum Kadin beserta seluruh jajaran dan pengurus, dan para anggota Kadin. Ketua-ketua Kadin Provinsi, Kabupaten dan Kota yang pada sore hari ini hadir, senior-senior Kadin yang juga pada sore hari ini hadir.
Yang saya hormati Para Menteri Kabinet Kerja. Bapak, Ibu, hadirin yang berbahagia.

 
Sore hari ini saya sangat senang karena tadi begitu sangat semangatnya Ketua Kadin-nya sangat semangat, tadi yang berenam menyampaikan masalah dan juga solusi-solusinya juga dengan sangat semangat. Oleh sebab itu, saya akan menyediakan waktu saya full setengah hari, akan saya atur waktunya untuk lebih mendetilkan tadi yang disampaikan.
 
Untuk diingat, saya ini juga businessman. Tapi sudah saya tinggalkan.
 
Sehingga waktu tadi himne Kadin saya disuruh duduk saya justru enggak mau. Saya tetap berdiri.
Ya sekarang masuk ke masalah-masalah yang tadi disampaikan. Tapi saya ingin menyampaikan beberapa hal, agar apa, timbul sebuah optimisme dunia usaha.
Tadi Pak Raden Pardede menyampaikan, kita ini sebetulnya angka-angkanya jelas, kenapa kita enggak confident gitu loh. Kepercayaan itu sudah ada. Contoh investment grade, sudah jelas. Moody’s ada, First rating ada, Standard and poor’s ada, apa lagi?
 
Kenaikan negara tujuan investasi dari 8 ke 4, ini juga kepercayaan. Ease of doing business dari yang sebelumnya  120 sekarang 91. Inikan juga kepercayaan. Nah kalau angka-angka seperti ini diragukan, ini yang meragukan sebetulnya bukan dunia usaha saya yakin ini orang politik. Atau, politikus yang menyambi dengan dunia usaha.
Ya apa, gitu loh.
 
Bapak, Ibu, Saudara-saudara semuanya, kalau pertumbuhan ekonomi juga tadi Raden Pardede menyampaikan, kalau dibandingkan dengan negara-negara lain, coba di G20 saja kita ini masuk 3 besar kok. Dengan kesulitan ekonomi global yang masih tidka menentu seperti ini kita masih, coba tetangga-tetangga kita. Dari 5,8 anjlok jadi 8,4, banyak yang anjlok seperti itu, kita masih seger-seger saja. Inflasi kita ini 3 tahun ini 3,35, 3,02, tahun ini pasti saya pastikan di bawah 4.
Tapi ini kan indikator-indikator makronya. Kalau pengusaha itu biasanya, lapangannya gimana Pak, ya kan?  Yang di anu, pasti yang dikejar kan lapangannya. Tapi saya kan juga tiap hari di lapangan.
 
Saya berikan contoh, isu-isu mengenai daya beli. Pak ini daya beli sekarang menurun, anjlok. Saya berikan angka-angka sekarang. Angka-angka, ini, coba, saya ambil dari (jeda) ini swifting, ada pergeseran dari offline ke online. Banyak orang yang enggak melihat itu. Ya kalau ada toko yang tutup ya karena ini. Salahnya sendiri enggak mengikuti zaman.
 
Sekarang lihat, karena saya lihat, coba kita lihat angkanya. Jasa kurir, baru tadi pagi saya terima angkanya, naik 130 persen diakhir September ini. Angka ini didapat dari mana? Ya kita ngecek. DHL cek, JNE cek, Kantor Pos cek, saya kan juga orang lapangan, jangan ada yang bantah. Saya da angka-angka.
PPN, PPN naik 12,14 persen, naik 12,14 persen. Naik 12 persen artinya apa? PPN itu artinya di situ ada aktivitas ekonomi kan, kalau enggak ada motongnya dari mana PPn-nya? Naik 12 persen. Baru pagi tadi angka ini saya terima, 12,14 persen.
Kenapa enggak confident sih? Angka-angka ini angka-angka real. Kalau tidak ada angka kegiatan ekonomi yang menghasilkan nilai tambah enggak mungkin muncul angka ini, gitu lho. Jelas ada kegiatan ekonomi  yang menghasilkan daya tambah.
Apa lagi? Saya tambah lagi, sebentar.
Kemudian growth, pertumbuhan penerimaan pajak. Memang angka-angkanya paling cepet di situ, dilihat. Industri naik 16,63 persen dibanding tahun lalu. Naik, ini gede sekali angka seperti ini. Industri naik 16,6 persen. Perdagangan naik 18,7 persen. Pertambangan, nah ini pertambangan ini, eksport saya kira sudah mulai merangkah dan mulai akan pulih, ini naiknya 30,1 peresen. Terserah percaya atau tidak, tapi angka ini saya peroleh.
Kalau masih ada yang ngotot, ya silakan maju. Gampang sekarang, silakan maju, kita bicara atau nanti pas ketemu harinya saya aturnya.
Pertanian, 23 persen dibanding tahun yang lalu. Angka-angka seperti ini gimana. Masa angka saya enggak percaya. Nah, konstruksi, konstruksi memang hanya 2,4 persen. Kenapa bisa turun? Ya karena dulu kan saya sudah menurunkan pajak final dari 5 ke 2,5 persen, ya karena persoalan diturunkan aja.
 
Angka-angka seperti ini kalau enggak saya sampaikan nanti isunya hanya isu daya beli turun-daya beli turun. Say alihat yang ngomong siapa? Oh orang politik, ya udah enggak papa. Tapi kalau yang ngomong pengusaha murni, saya ajak diskusi pasti. Kalau orang politik memang tugasnya seperti itu kok. Membuat isu-isu untuk 2019. Yaudah kita blak-blakan saja, wong 2019 tinggal setahun.
 
Coba, ada yang menyampaikan banyak toko yang tutup. Ya, toko yang tutup, iya. Tokonya tutup, tapi sewa gudang itu meningkat. Jasa perusahaan di bidnag sewa gudang ini meningkat 14,7 persen. Artinya apa, ada swifting pergeseran dari offline ke online. Sama ini, di China juga sama yang sekarang tutup sudah lebih dari 30 persen, sama.
Kalau kita menghitungnya dari online yang gede-gede, misalnya dari BukaLapak, dari Blibli, atau Matahari.com, enggak muncul karen aonline ini sekarang di Indoensia Instagram ini dipakai jualan sekarang. Pribadi-pribadi jualan dengan Instagram, jualan dengan Facebook pasang gambar di situ sudah jualan. Ini angka yang tidak bisa dilacak dengan baik. Lacak dimana? Jasa kurir.
 
Kalau saya, ya sama dengan Bapak, Ibu dan Saudara-saudara sekalian, ya praktis-praktis saja. Makronya saya harus tahu, ya. Tapi mikronya memang harus juga dikejar.
Tapi saya tahu, memang ini adalah masa transisi. Transisi yang tadi sudah disampaikan oleh Pak Ketua Kadin, Pak Rosan ada transisi yang memang betul-betul harus kita cermati secara detil. Oleh sebab itu, saya setuju yang pertama setuju mengenai BUMN. Kemarin di Rapat Paripurna sudah saya perintahkan. Pak Rosan belum ngomong di sini sudah saya perintahkan di Paripurna kemarin. Silakan tanya ke menteri-menteri yang sekarang hadir, kemarin saya marahi ndak. Iya, betul bahwa BUMN itu sekarang ada 118 BUMN, tapi anak dan cucunya hampir 800. Tapi yang buat anak dan cucu-cicit itu bukan saya,kan sudah ada dari dulu. Kenapa ngomongnya baru sekarang, Bapak, Ibu , semuanya?
 
Kenapa ngomongnya baru sekarang? Jangan-jangan juga ada yang mau main politik?
Saya sudah perintahkan kemarin, udahlah itu yang 800 itu dimerger atau perlu dijual. Ngapain itu BUMN ngurusi katering, ngurusi baju. Iya, saya tahu, saya sudah denger kok. Kemarin, coba tanyakan yang ke paripurna kemarin, langsung saya tunjuk langsung kayak-kayak gitu. Saya terbiasa blak-blakan seperti  itu. Iya, ntuk apa, gitu.
Yang kedua, saya sudah perintahkan juga untuk yang berkaitan dengan BUMN yang ada di daerah di subkan ke pengusaha-pengusaha di daerah. Termasuk PU juga.
Saya nanti, pada saat pertemuan berikut saya minta masukan, daerahnya problemnya di  setiap daerah apa mengenai hal-hal yang berkaitan dengan, apa, kenapa enggak ngesubkan misalnya PU- BUMN. Apakah karena pengusaha daerah enggak siap, misalnya, ataukah memang itu tadi, dikerjakan oleh anak dan cucu.
Ya emang ini semuanya harus jelas, sekarang semuanya terbuka kok blak-blakan kok.
Dalam seminggu dua minggu ini lah saya akan sediakan waktu untuk Kadin untuk kita bicara blak-blakan. Sudahlah, enggak apa-apa, bicara-blak-blakan saja dengan saya. Yang sakit-sakit enggak apa-apa tapi untuk kebaikan negara.
Ada yang baik-ada yang baik tetapi masih banyak yang jelek yang harus kita perbaiki. Kita juga blak-blakan saja, belum semeuanya baik, masih banyak yanng harus kita benahi dan kita ingin bersama-sama dengan Kadin memperbaiki ini.
Karena kalau nanti yang mengerjakan pemerintahan/ birokrasi ini beda, gitu lho, sentuhannya beda. Tapi kalau masukannya konkret, misalnya perintah, saya juga sudah perintah ini dikerjakan, ini dikerjakan, sudah, jangan dari bawah karena enggak sambung lagi sudah.
Saya ingin sedikit berbicara mengenai masalah era komoditas. Era komoditas sudah lewat karena memang pestanya sudah yang kemarin. Terus eranya kita mau kemana ke depan? Apakah kita sudah siap semuanya? Di samping era digital/digital economy, kita juga memasuki yang namanya lifestyle era, era gaya hidup. Ini sekarang banyak yang enggak sadar ini sudha bergerak ke sana. Sekali lagi, memasuki life stye era atau era gaya hidup.
Dan ditengah-tengah era digital saya kira kita sudah mengetahui semuanya, dari Google, Youtube, Twitter, Facebook, Instagram, sampai Gojek, Tokopedia, Traveloka. Kita semuanya paham bahwa sekarang memang eranya ekonomi digital. Tapi jangan lupa masih ada perkembangan yang lain yang saya kira tidak akan kalah bagusnya kalau kita mau melihat kesempatan dan opportunity yang ada, yaitu beberapa ratus juta penduduk di Tiongkok, di India, di Asia Tenggara, di Amerika Selatan, di Afrika saat ini dalam proses naik kelas untuk menjadi atau sedang dalam proses naik kelas menjadi konsumen golongan menengah atau middle class.
 
Contohnya misalnya di Tiongkok. Penduduk 1,4 miliar, pertumbuhan ekonominya di atas 6 persen. India penduduk 1,3 miliar, pertumbuhan ekonominya juga di atas 6 persen. Di Asia tenggara penduduk kita lebih dari 600 juta,pertumbuhan ekonominya lebih dari 5 persen. Dan yang membedakan kelas menengah dari kelas bawah, ya itu tadi gaya hidup, life style.
Istilah middle class life style ini harus bener-bener kita cermati betul. Ini mau kemana dan mereka harus kita apain? Ini kan masalah peluang. Dan ratusan juta penduduk sedang dalam proses bergabung, sekali lagi kepada yang anamnya global middle class. Termasuk banyak yang tidak jauh dari negara kita.  Inilah saya kira peluang bisnis besar. Jangan sampai dilewatkan, jangankita gagal menggarapnya karena kita punya potensi punya kekuatan ini. UKM kita punya, pengusaha-pengusaha besar kita punya kekuatan di sini. Sekali lagi, jangan sampai negara-negara tetangga kita justru yang emnggarap dan menjadi saingan kita. Ini cepet-cepetan. Ini siapa yang duluan yang dapat. Jadi kita harus tahu life style industry ini apa.
 
Pertama, saya ingin menekankan satu bagian penting dari life style industry adalah life style comodity. Sekarang kita punya kopi, kita punya kakao, kita punya. Dan pertumbuhan demand permintaan untuk kopi, untuk kakao ini betul-betul gede sekali.  Dan kita sekarang berada pada posisi nomor 4. Brazil, Vietnam, Kolombia, baru Indonesia. Padahal kita kalau mau jadi nomor 1 bukan hal yang sulit. Setelah saya pelajari detil, enggak sulit. Karena lahan kita masih banyak. Pak Franki, jangan ditanami sawit terus.
 
Ada lah ya, kakao, ada kopi, ada lada. Karena Brazil nomor 1 produksinya hanya 2,8 juta ton. Vietnam, nomor dua ini 1,8 juta ton. Kolombia 900 ribu ton per tahun. Indonesia 800 ribu ton per tahun. Menaikan 2-3 kali lipat ini gampang. Dan pertumbuhan permintaan itu di atas 20 persen sekarang ini. Harganya juga baik.
Nanemnya diseluruh Indonesia ini mau semuanya, dari sabang sampai merauke, mau. Kopi di Aceh mau. Di Jawa Barat bisa. Di Jawa Tengah bisa, Jawa Timur bisa, Bali ada, Sulawesi ada, papua ada, semuanya. Lahannya bisa semuanya. Dan pertumbuhannya luar biasa. Saya kemarin dapat laporan dari Pecinta, pegiat yang berkaitan dengan kopi, pertumbuhan warung kopi di Indonesia ini cepet banget, cepet sekali. Warung-warung kopi kecil cepet sekali. Ini permintaannya di Indoensia saja naik sampai 20 persen, dunia juga sama naik terus. Tapi kualitas enggak ada yang ngerjain. Peremajaan kopi enggak ada yang ngerjain. Sekolah mengenai kopi enggak ada. Pasca panen enggak ada. Yang mendidik barista enggak ada. Kecepatan permintaan dengan ini enggak sambung.
Ini sayakira tugas bapak ibu dan saudara-saudara semuanya. Ini peluang besar.
Sekali lagi ini berbicara kopi, kakao belum kelapa. Kelapa juga saya kira yang sudah ekspor tau semuanya. Kelapa sekarang ini coconuts sekarang ini betul-betul sangat dicari airnya. Dulunya saya enggak pernah minum yang namanya kelapa, saya sekarang seminggu minum 3 kali. Ya karena setelah kita tahu, setelah pulang dari negara lain kok pada minum air kelapa ini kenapa sih, saya lihat oo memang sangat bermanfaat untuk terutama kelapa hijau. Jadi kalau mau keliahatn seger terus minum kelapa hijau, silakan.
Kita ini kesempatannya ada. Belum lagi teh enggak pernah kita apa-apain sudah berpuluh-puluh tahun. Kayu manis atau cinnamons, enggak pernah. Gula aren in permintaannya pas gede-gedenya. Saya datanya ada semuanya. Tapi memang memulainya ini yang harus dikerjakan oelh profesianl-profesional kita di bidnag-bidang ini. Pala, vanila enggak pernah ini dikerjakan secara besar-besaran.
 
Dulu pala itu Vietnam belajar dari kita, sekarang dia lebih gede dari kita. Ini ada yang keliru ini kita.
 
Yang terakhir saya ingin berbicara hal berkaitan dengan pariwisata. Ini juga sama. Industri ini dari dulu enggak pernah kita kerjakan secara serius secara baik. Padahal semau ada juga di sini. Produknya ada, tapi memang perlu waktu. Saya kira kita semua paham bahwa bertahun-tahun wisatawan internasional kita enggak pernah tembus ke angka 10 juta, padahal thailand di atas 30 jut, malaysia di atas 24 juta lebih. Produk kita 10 kali mereka yang mereka punya, mungkin 15 kali dari yang mereka punya.
Thailand terus berkembang, malaysia terus berkembang, singapura terus berkembang. Dan thailand denger terkahir sudah tembus ke 35 juta per tahun. In ada paa ini, kita ini ada apa?
Ini saya ingin menggugah pada dunia usaha agar peluang-peluang seperti ini, kita punya labuhan bajo, tinggal jual saja. Kita punya danau toba, kita punya wakatobi, kita punya borobudur, kita punya bromo, tapi enggak, enggak pernah kita perbaiki bersama-sama.
Kita ini sekarang mau memperbaiki produk atau membangun brand dan memasarkan dulu, ini dua-duanya harus jalan. Kalau ndak ya kita terlanjur gembar-gembor mebangun brand-nya produknya tidak dikerjakan, orangnya datang, kecewa, enggak balik lagi.
Ini pekerjaan besar dunia usaha. Itu kalau mengejar. Saya sudah sampaikan ke menteri pariwisata target 2019 20 juta harus ketemu. Taruhannya jabatan. Ya enak aja enggak diberi target, jadi menteri enggak diberi target terlalu enak buat saya.
Oleh sebab itu, 2 tahun yang lalu kitamembikin program bebas visa. Saya dulu melihat lho kok singapur malaysia sudah bebas visanya 170 negara. Kita saat itu baru 14 seinget saya, 14. Langsung meloncat sekarang kita sudah 140 negara. Sudahlah ngapain sih harus, negara lain gitu kenapa kita tidak, gitu lho. Pak ini ada teroris ini. Teroris di Malaysia juga sudah enggak masuk, di sana buka juga (bebas visa). Alesannya ada saja kadang kita ini mau buka. Nakut-nakuti presiden seringnya. Ya saya ini enggak punya takut, gitulho. Kalau negara lain buka negara kita juga harus berani buka, gitu loh. Mereka 170 di kanan-kiri kita, 170 dibuka bebas visa, kita baru 14, gimana mau bisa bersaing. Kita cegah sendiri, kita stop sendiri, gimana?
Saya perintah saat itu juga, alasan saja. Saya sudah minta Malaysia negara mana yang sudah dibuka, Singapura mana yang sudah dibuka, sudah langsung saya perintah ini langsung buka, ini buka semuanya, buka, sudah.
Ya perintahnya yang simple seperti itu. Kalau perintah, ini dibuka yaaa paling-paling 20. Sekarang sudah 140, tapi ini akan kelihatan nanti, saudara-saudara akan lihat nanti 2019 pada angka berapa kita, dari 7 juta akan meloncat ke berapa. Ini negara-negara gini-gini ini, bebas visa, ya negara lain dibuka kok kita enggak berani buka. Katanya teroris masuk. Teroris kan dari kita.
 
Kemudian industri maritim. Marine industri kita saya setuju tadi pak Ketu aKadin, setuju bahwa parisiwata kita ini negara kepulauan meiliki 17.000 pulau tapi kita enggak punya yang namanya terminal cruise nggak punya, yacht enggak punya, ya gimana kapal pesiar mau datang ke kita, suruh parkir di mana? Di Ciliwung? Lucu sekali kita ini.
Saya kemarin wwaktu di singapura, coba saya mau lihat terminal cruise-nya kayak apa. Sayamelihat bikin kayak gitu bikin setahun bisa 10 ya bisa. Ini sangat simple sekali gitu lho. Kemarin di paripurna saya sudah perintah berapa dibangun? Saya sudah sampaikan, dalam 2 tahunini bangun 10.
 
 
 ya saya kira itu yang bisa saya sampaikan. say akira ini bisa kita lanjutkan nanti pada saat pertemuan berikutnya. say aminta nanti ada jajaran kadin dipilih ada yang dari daerah juga diikutkan, menteri-menteri yang terkait semuanya akan saya ajak sehingga kita buka semuanya kekurangan kita apa, apa yang harus kita benahi, mana yang harus kita perbaiki. untuk siapa? untuk negara dan rakyat yang kita cintai Indonesia.
Wasssalamualikum warahmatullahi wabarakatuh,
Transkrip Pidato Terbaru