Tren Kasus COVID-19 Menurun, Menkes: Tetap Harus Hati-Hati dan Waspada
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengingatkan semua pihak untuk tetap berhati-hati dan waspada meskipun sejumlah indikator penanganan COVID-19, seperti kasus konfirmasi dan tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit, telah menunjukkan perbaikan. Hal tersebut sejalan dengan arahan yang disampaikan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam Rapat Terbatas (Ratas) mengenai Evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), Senin (30/08/2021)
“Di Ratas tadi Bapak Presiden memberikan pesan agar kita mensyukuri turunnya semua kasus konfirmasi dan juga BOR [bed occupancy rate] rumah sakit. Beliau juga memastikan agar dipesankan kita semua harus hati-hati, tetap eling lan waspada,” ungkap Menkes dalam keterangan pers mengenai perkembangan PPKM terkini, Senin (30/08/2021) malam, secara virtual.
Kewaspadaan tersebut, imbuh Menkes, juga ditekankan Presiden karena melihat peningkatan kasus COVID-19 yang terjadi di negara lain.
Selain itu, Indonesia juga harus belajar dari data dan pengalaman sebelumnya. Budi memaparkan, lonjakan kasus yang terjadi pada awal Januari dan Juli tahun ini semuanya disebabkan karena adanya peningkatan mobilitas masyarakat.
“Peningkatan mobilitas yang luar biasa, yang selalu diikuti seminggu atau dua minggu sesudahnya dengan kenaikan jumlah kasus yang nanti akan sampai di puncaknya dalam 4-8 minggu,” ujarnya.
Oleh karena itu, Menkes mengingatkan agar pelonggaran kegiatan masyarakat dilakukan dengan penuh kehati-hatian.
“Kita harus eling lan waspada, begitu [kasus] sudah turun jangan grusah-grusuh, kemudian mengendorkan semuanya, sehingga akibatnya naik lagi mobilitasnya dan kita alami lagi kenaikan, lonjakan gelombang berikutnya,” tegasnya.
Seperti diungkapkan Menkes, Presiden Joko Widodo juga meminta jajarannya untuk menyusun strategi untuk menghadapi pandemi dalam jangka panjang, terutama terkait penerapan protokol kesehatan (prokes)
“Beliau juga menekankan bahwa harus ada strategi transisi yang jelas dari pandemi dan endemi terutama dengan sosialisasi prokes. Dan juga vaksinasi harus dipercepat dan kalau bisa bisa mencapai angka 100 juta [dosis] di dalam akhir bulan ini,” tandasnya.
Peningkatan Genome Sequencing untuk Deteksi Varian Baru
Lebih lanjut Budi menyampaikan, kehadiran varian Delta di sejumlah negara di dunia telah menyebabkan kenaikan kasus yang cukup tinggi, baik dari kasus konfirmasi maupun perawatan dan kematian. Ini terjadi bahkan di negara-negara dengan cakupan vaksinasi lengkap yang sudah cukup tinggi.
“Hampir semua negara yang kenaikannya tinggi termasuk di Indonesia itu disebabkan karena adanya mutasi baru varian Delta yang sekarang sudah hampir tersebar di seluruh dunia. Ini yang sulit ditebak. Karena semakin lama dunia menunda vaksinasi, pasti di satu daerah terjadi penularan dan varian baru itu timbul karena adanya penularan,” ujarnya.
Selain itu, imbuh Budi, terdapat beberapa varian baru yang juga tengah diselidiki, seperti varian Lamda yang ada di Amerika Selatan.
Untuk mengantisipasi varian baru tersebut, Menkes menegaskan bahwa pihaknya juga terus meningkatkan kapasitas dari tes genome sequencing.
“Tes genome sequensing untuk mengetahui varian baru ini di tahun 2020 kita lakukan sembilan bulan [sebanyak] 140 tes, yang sekarang dalam waktu delapan bulan kita sudah melakukan 5.788 tes atau sekuens,” tuturnya.
Menkes menambahkan, pihaknya memiliki kapasitas pengetesan sejumlah 1.700-1.800 per bulan yang akan dimaksimalkan untuk bisa melakukan monitoring seperti apa penyebaran varian baru tersebut dan bagaimana cara mengantisipasinya.
“Memang sulitnya varian baru ini di luar kemampuan kita untuk mencegah agar tidak terjadi, yang penting kita bagaimana kita bisa bereaksi kalau ini ada,” pungkasnya. (RF/UN)