Wamenkes: Keterisian Tempat Tidur Perawatan COVID-19 di Jakarta Mulai Flat

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 18 Juli 2021
Kategori: Berita
Dibaca: 1.008 Kali
Dante Saksono Harbuwono

Wamenkes Dante Saksono Harbuwono pada Keterangan Pers Bersama mengenai Evaluasi Pelaksanaan PPKM Darurat, Sabtu (17/07/2021) malam, secara virtual. (Sumbe: Tangkapan Layar YouTube Kemenko Marinves)

Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan bahwa keterisian tempat tidur perawatan pasien COVID-19  mulai flat.

Hal tersebut diungkapkan Dante dalam Keterangan Pers Bersama mengenai Evaluasi Pelaksanaan PPKM Darurat, Sabtu (17/07/2021) malam, secara virtual.

“Ada kabar baik tentang belakangan ini bahwa BOR (Bed Occupancy Rate) rumah sakit sudah mulai flat di Jakarta. Ini mungkin akibat penambahan dari tempat tidur yang cukup signifikan. Dan angka yang masuk ke rumah sakit mudah-mudahan kita harapkan untuk beberapa hari ke depan tidak terlalu masif lagi,” ujarnya.

Dengan adanya RS Asrama Haji serta penambahan tempat tidur di RS lainnya, terdapat total tambahan sekitar 2.000 tempat tidur di DKI Jakarta. Selain itu, Kemenkes bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat juga membangun RS lapangan di beberapa wilayah di Tanah Air.

Dalam keterangan persnya, Wamenkes juga mengungkapkan bahwa pemerintah terus berupaya menjamin ketersediaan obat terapi COVID-19 baik dengan mengoptimalkan suplai dari industri farmasi yang ada di dalam negeri maupun mendatangkan pasokan dari luar negeri. Terdapat tiga jenis obat yang diupayakan melalui impor agar stoknya tetap aman untuk Indonesia, yaitu Remdesivir, Actemra, dan Gammaraas.

“Obat bisa saya laporkan bahwa di dalam negeri relatif terkontrol pasokannya. Kami menyadari bahwa ada obat-obat impor yang memang secara global pasokannya sangat ketat dan obat-obat tersebut antara lain ada Remdesivir, Actemra, Gammaraas (IVig),” ujarnya.

Dante menjelaskan, Remdesivir akan diimpor dari India, Pakistan, dan Cina. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama Kementerian Luar Negeri telah melakukan negosiasi agar India bisa membuka kembali ekspor untuk obat tersebut.

“Sudah mulai masuk sekitar 50 ribu vial dan nanti akan bertambah lagi menjadi 50 ribu vial lagi per minggu. Kami juga sudah membuka akses ke Cina supaya obat-obat yang mirip dengan Remdesivir bisa masuk,” jelasnya.

Untuk Actemra, pemerintah telah menjalin komunikasi langsung dengan Roche, perusahaan obat asal Swiss, untuk mendatangkan salah satu obat terapi COVID-19 yang cukup sulit didapatkan ini.

Sedangkan untuk Gammaraas, pemerintah Indonesia sudah mendapatkan impor dari Cina sebanyak 30 ribu vial. Namun masih butuh stok lebih banyak lagi untuk mencukupi kebutuhan di Indonesia.

Untuk obat-obat yang pasokannya dikategorikan masih cukup dan kelihatan masih jarang untuk masyarakat, tutur Dante, sudah dilakukan pertemuan dengan Gabungan Perusahaan Farmasi agar distribusi obat tersebut semakin merata di seluruh Indonesia.

Terkait oksigen, Wamenkes menyampaikan, dengan adanya peningkatan kasus COVID-19 secara eksponensial kebutuhan oksigen meningkat lima kali lipat hingga mencapai sekitar 400 ton per hari. Sejumlah upaya juga telah dilakukan Kemenkes untuk menjamin suplai untuk kebutuhan tersebut.

“Bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian, kami sudah melakukan rekonversi dari penggunaan industri yang tadinya besar menjadi sekitar 90 persen digunakan untuk kebutuhan oksigen medis, sehingga sekarang hanya tinggal 10 persen lagi kebutuhan yang digunakan untuk kebutuhan industri,” ujarnya.

Kemenkes juga terus bekerja sama dengan pihak terkait untuk menjamin pendistribusian oksigen tersebut. “Hampir setiap hari kami bertemu dan melakukan pendistribusian oksigen dengan prioritas yang kami lakukan secara digital. Penambahan oksigen yang tersalurkan secara digital ini sangat membantu, karena itu kami mohon kepada semua rumah sakit untuk mengisi SIRS online oksigen,” ungkap Dante.

Dijelaskan Wamenkes, SIRS online oksigen adalah format digital yang digunakan untuk memprediksi berapa kebutuhan oksigen untuk tiap RS sehingga bisa dilakukan pendistribusian secara maksimal dan terencana.

Selain itu, Kemenkes juga mengupayakan suplai oxygen concentrator berjumlah sekitar 20-30 ribu. “Oxygen concentrator ini akan menyuplai kira-kira 600 ton oksigen per hari akan dibutuhkan. Oxygen concentrator ini bisa menyuplai kira-kira 10 liter oksigen per menit untuk kebutuhan tempat-tempat di kamar isolasi maupun di tempat-tempat rawat di rumah sakit isolasi tersentral,” terang Dante.

Menutup keterangannya, Wamenkes kembali mengimbau masyarakat untuk tetap disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.

“Saya menekankan kembali agar masyarakat memakai masker dan menghindari kerumunan. Apapun yang terjadi, kita harapkan bahwa apa yang kita kerjakan dalam PPKM ini akan menjadi suatu hal yang merupakan integrasi  peran serta masyarakat dan komitmen dari pemerintah,” pungkasnya. (FID/UN)

Berita Terbaru