Pengarahan Presiden kepada Pejabat Kotama TNI-Polri di Istana Negara, Ibu Kota Nusantara (IKN), Provinsi Kalimantan Timur, 12 September 2024

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 12 September 2024
Kategori: Sambutan
Dibaca: 461 Kali

Pengarahan Presiden Joko Widodo kepada Pejabat Kotama TNI-Polri, 12 September 2024

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Syalom,
Om swastiastu,
Namo buddhaya,
Salam Kebajikan.

Yang saya hormati presiden terpilih Republik Indonesia tahun 2024-2029 dan sekaligus Menteri Pertahanan Republik Indonesia Bapak Jenderal Purn. Prabowo Subianto;
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju yang tidak bisa saya sebut satu per satu, Panglima TNI, Kapolri, Kepala Staf Angkatan; Pak KSAD, KSAL, dan KSAU, para pejabat TNI dan Polri dari seluruh tanah air Indonesia, Bapak-Ibu hadirin dan undangan yang berbahagia.

Saya melihat yang hadir di sini wajahnya cerah semuanya. Selamat datang di Ibu Kota Negara Nusantara [IKN]. Tiga minggu yang lalu Panglima TNI dan Kapolri menyampaikan, Pak kami ingin mengumpulkan Pangdam, Kapolda, Danrem, Dandim, dan Kapolres dari seluruh tanah air. Saya sampaikan, saya tanya, di Jakarta? Ndak Pak, kalau bisa di IKN. Kenapa harus di IKN? Karena anu Pak, banyak yang belum tahu Pak IKN, hanya lihat di TV, lihat di YouTube, lihat di video, saya pengin ngeliat aslinya seperti apa. Sebentar, IKN ini belum jadi, masih dalam proses pembangunan, mungkin bisa memakan waktu 10 tahun, 15 tahun, dan bahkan 20 tahun. Meskipun saya meyakini Bapak Presiden terpilih pernah menyampaikan kepada saya, “akan saya percepat, Pak.”

Bapak-Ibu, kenapa saya mengajak untuk pertemuannya di IKN. Yang pertama memang saya ingin Saudara-saudara semuanya melihat IKN, melihat progres kota masa depan itu seperti apa, melihat semangat transformasi itu seperti apa. Agar apa? Agar semangat transformasi yang ada itu bisa Bapak-Ibu bawa pulang ke daerah, ke wilayah untuk dikembangkan di daerah masing-masing, baik karena di sini gedungnya harus green building, di sini transportasinya nanti harus transportasi hijau, pemakaian listrik yang kita ada sekarang ini juga dari energi hijau. Itulah masa depan dunia, dunia semuanya menuju ke sana semuanya. Dan kita ingin juga menuju ke sana tetapi mendahului dari yang lain.

Dan kita tahu setiap pemimpin pasti memiliki cita-cita, pasti memiliki visi, pasti memiliki mimpi besar yang ingin diraih. Misalnya mewujudkan pembangunan Indonesia sentris dalam rangka pemerataan dan keadilan. Bukan hanya Jawa sentris, tapi Indonesia sentris. Kemudian juga mewujudkan Indonesia Emas di 2045. Dua puluh tahun yang akan datang target kita, kita sudah mencapai GDP per kapita USD23 ribu. Untuk apa mewujudkan Indonesia Emas 2045? Untuk kemajuan dan kemakmuran bangsa.

Dan, di mana untuk menggapai itu tidak jarang kita mempertaruhkan banyak hal, karena keputusan-keputusan besar apapun itu pasti ada risiko, pasti ada tantangan. Dan Bapak-Ibu sebagai pemimpin, sesuai dengan tugas dan wewenangnya, sesuai dengan jenjang kepemimpinan di TNI dan Polri dalam lingkup baik kabupaten, kota, provinsi maupun nasional, ya harus berani memutuskan, berani mengambil langkah, baik langkah kecil, langkah besar, maupun langkah sedang. Semuanya harus berani untuk hal-hal yang berdampak besar bagi negara kita. Mulai dari kabupaten, kota, provinsi, naik ke atas menjadi sebuah agregat nasional.

Dan juga perlu saya sampaikan bahwa kepindahan IKN (Ibu Kota Nusantara) ini bukan sekadar pindah gedung, bukan sekadar pindah istana, bukan sekadar pindah lokasi atau berubah tempat kerja, bukan itu. Tapi yang kita inginkan, keinginan besar kita adalah ada perubahan pola pikir kita, mindset kita, ada perubahan pola kerja kita, ada perubahan budaya kerja kita, yang kita inginkan itu. Dari yang tidak efisien menjadi efisien, dari yang muter-muter menjadi cepat, ada target waktu. Dari yang berbelit-belit menjadi simpel dan sederhana. Karena sudah sering saya sampaikan, ke depan negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat, bukan negara besar mengalahkan negara yang kecil. Ndak, negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat.

Untuk apa tadi perubahan pola pikir, perubahan pola kerja, perubahan budaya kerja, ya untuk membentuk karakter kepribadian Indonesia maju, untuk membentuk mental bangsa yang maju. Kalau kita enggak mengarah ke sana, sulit kita bersaing dengan negara-negara lain.

Semangat ini yang saya harapkan bisa Saudara-saudara bawa sekembalinya dari IKN Nusantara. Semangat memperbaiki tata kelola, semangat memperbaiki manajemen birokrasi, baik yang ada di TNI maupun yang ada di Polri, agar TNI dan Polri semakin profesional. Sehingga rakyat makin merasa terlindungi, sehingga rakyat semakin merasa diayomi, sehingga apapun status sosialnya, baik itu pejabat, baik itu pengusaha, baik itu tukang gorengan, baik itu sopir, semuanya merasa diberi prioritas oleh kerja-kerja kita. Itu yang harus selalu Saudara-saudara briefing kepada anak buah, agar ada perubahan-perubahan besar dari cara-cara melayani, tata kelola, manajemen, yang ada di lingkup Saudara-saudara.

Semangat untuk memperbaiki citra diri, semangat untuk memperbaiki citra institusi, agar TNI dan Polri semakin dicintai dan dipercaya oleh rakyat. Meskipun sekarang ini memang ranking-nya sudah tinggi, tetapi kalau kita perbaiki terus itu akan bisa naik lagi. Karena seragam yang Saudara-saudara kenakan itu dampaknya sangat besar sekali.

Jika melakukan hal yang baik, jika melakukan hal yang baik, Saudara-saudara semuanya akan dicintai dan dihormati rakyat. Saya berikan contoh. Ini hal-hal yang kecil-kecil, tapi menjadi hal-hal yang humanis. Polisi ngambil rapor anak yatim, ini di Bandung. TNI membantu motor mogok seorang Ibu di Pontianak. Ini hal-hal seperti ini, hal-hal yang humanis, humanis. Polisi membekuk oknum bersenjata di Jakarta. Ini sekali lagi, hal-hal yang humanis, di mana masyarakat merasa diayomi dan dilindungi. Dan kalau sudah ada yang ngambil, klik, naik, ini akan menjadi hal-hal kalau ini tadi yang saya berikan contoh tiga hal tadi, semakin banyak itu dinaikkan, akan semakin baik bagi citra institusi dan kepercayaan terhadap institusi.

Tapi sebaliknya jika Saudara-saudara melakukan hal yang dinilai buruk, maka dampak negatifnya juga akan besar. Hati-hati mengenai ini. Misalnya ketahuan atau terlibat judi online, ada yang terlibat penganiayaan, ada yang terlibat narkoba, terlibat pelecehan. Ini akibatnya terhadap institusi juga akan kepercayaan akan turun. Karena apa? Ya sekarang ini zaman keterbukaan, kita semua harus sadar, sekarang ini adalah zaman keterbukaan. Hal-hal yang Saudara-saudara anggap itu sepele, itu kecil, bisa menjadi sesuatu yang sangat besar, bisa menjadi sesuatu yang mengganggu stabilitas, bila kita salah mengelola. Sehingga saya minta hati-hati betul mengenai soal-soal seperti yang tadi saya sampaikan. Karena negara kita, karena Indonesia butuh stabilitas untuk tetap tumbuh.

Perlu kita tahu semuanya, negara-negara lain sekarang ini pada posisi yang masih sangat berat sekali, struggle, berjuang untuk bisa keluar dari krisis ekonomi. Satu-satu sudah mulai masuk pada posisi krisis karena dampak dari COVID-19 itu sampai sekarang belum berhenti terhadap growth (pertumbuhan), terhadap inflasi, terhadap pengangguran, terhadap lapangan kerja. Dampaknya sampai sekarang di negara lain masih berdampak dan dirasakan langsung oleh rakyat, betapa sangat beratnya. Saudara-saudara bisa buka di Google kondisi sekarang di Eropa seperti apa, di Amerika seperti apa, kondisi di beberapa negara di Afrika seperti apa, tidak mudah, 96 negara masuk menjadi pasiennya IMF.

Sekali lagi, negara kita Indonesia butuh stabilitas untuk tumbuh, butuh stabilitas untuk melakukan pembangunan. Enggak mungkin negara yang berkonflik bisa membangun, enggak mungkin. Coba saja lihat di negara-negara di Timur Tengah yang konflik, sudah berapa tahun mereka berkonflik, apa bisa membangun? Ndak mungkin bisa, enggak mungkin tumbuh dan enggak mungkin bisa membangun. Di mana untuk menjaga stabilitas itu butuh TNI dan Polri yang profesional, butuh TNI dan Polri yang dipercaya oleh rakyat. Sekali lagi, apalagi di tengah dunia yang sedang tidak baik-baik saja. Rivalitas, geopolitik yang memanas, perang dagang, perlombaan senjata, menambah ketidakpastian dunia dan membuat tantangan-tantangan saat ini menjadi sangat kompleks, sulit diselesaikan dalam lingkup global. Juga sangat sulit dikalkulasi kalau keadaan enggak normal seperti sekarang ini, keadaan global enggak normal seperti sekarang ini, sulit dikalkulasi, sulit dihitung. Mau ngitung kurs dolar ke rupiah sulit, mau berhitung harga minyak tahun depan berapa atau tahun ini diperkirakan, sangat sulit kalkulasinya. Enggak kayak keadaan normal itu kalkulasinya selalu hampir tepat meskipun enggak bisa tepat, tapi hampir tepat. Tapi sekarang ini penuh dengan ketidakpastian sehingga kalkulasinya sangat sulit.

Dan saat ini negara kita berada dalam fase yang sangat penting. Supaya kita tak sadar semuanya Oktober bulan depan itu ada pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih. Satu bulan lebih sedikit akan ada pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih. November akan ada pemilihan serentak Pilkada Serentak Kepala Daerah, baik itu gubernur, bupati, dan wali kota. Sehingga saya minta TNI dan Polri harus betul-betul menjaga stabilitas yang sudah terjaga sampai saat ini. Hal-hal yang kecil-kecil segera selesaikan, jangan menjadi sebuah persoalan yang membesar, segera secepatnya.

Sekali lagi, sehingga saya minta TNI dan Polri harus menjaga betul stabilitas, mendukung penuh transisi pemerintahan agar mulus. Pemerintahan yang saya pimpin akan dilanjutkan oleh pemerintahan baru yang dipimpin oleh Bapak Jenderal TNI Purn. Prabowo Subianto. Pastikan proses transisi ini berjalan dengan baik dan lancar. Jangan sampai ada riak-riak yang berpotensi mengganggu. Juga dukung penuh penyelenggaraan Pilkada, jaga netralitas, jaga situasi agar tetap kondusif.

Terakhir, saya ingin mengingatkan kembali terkait dengan kekerasan kepada perempuan dan anak. Saya minta TNI dan Polri bisa menjadi institusi yang pertama, sekali lagi, saya minta TNI dan Polri bisa menjadi institusi yang pertama bagi perempuan dan anak dalam mencari perlindungan. Di dalam pikiran para perempuan dan anak mikirnya kalau minta perlindungan itu di sini, TNI dan Polri, baik dari KDRT, dari kekerasan seksual, dari kekerasan fisik, dari bully-bully-an, dari penganiayaan. Oleh sebab itu, berdayakan yang namanya Babinsa, berdayakan yang namanya  Bhabinkamtibmas sebagai ujung tombak dalam pertolongan pertama.

Sebelum menutup, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dedikasi, atas kerja keras Saudara-saudara selama ini. Pencapaian bangsa kita pada hari ini tentu tidak lepas dari peran, dari kerja keras seluruh TNI dan Polri, seluruh anggota TNI dan Polri. Dan saya berharap TNI dan Polri ke depan bisa terus mempertahankan kekompakannya, mempertahankan sinergitasnya dalam menjaga dan melindungi negara kita Indonesia.

Dan saya mohon maaf jika dalam sepuluh tahun ini, selama memimpin ada hal-hal yang dirasa kurang berkenan, ada hal-hal yang dirasa belum maksimal, baik dalam kebijakan maupun dalam kita berinteraksi. Karena saya kalau ke daerah itu pasti ketemu kapolres, pasti ketemu dandim,  pasti ketemu danrem, pasti ketemu pangdam, pasti ketemu kapolda. Kadang-kadang ada yang saya salami, ada yang enggak saya salami, ada yang luput enggak salaman, “waduh masa saya enggak disalami sama  presiden, padahal saya pangdam”. Ya saya kan enggak hafal yang pangdamnya yang mana, kapoldanya yang mana, kalau enggak ngenalin. Kapolresnya yang mana, dandimnya yang mana, danremnya yang mana. Jadi kalau luput nyalami saja bisa masalah, gitu. “Wah presiden enggak mau nyalami saya”.

Sekali lagi, saya mohon maaf jika sepuluh tahun selama memimpin ada hal yang kurang berkenan, ada hal yang belum maksimal dan belum baik, baik dalam kebijakan maupun dalam berinteraksi. Dan mumpung masih berada di IKN, setelah kegiatan nanti kita akan foto bersama, tapi nanti Saudara-saudara juga akan saya ajak keliling. Saya tahu enggak mungkin kalau di TNI dan Polri kan enggak mungkin ada yang satu-dua tahu-tahu ke Sumbu Kebangsaan sendiri. Tapi pengin, tapi enggak berani ke sana, nanti saya ajak. Dan saya izinkan Bapak-Ibu untuk berkeliling sendiri untuk melihat.

Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini.
Terima kasih.
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru