Diskusi Forum A1 “Makmur dan Terhubung Berkat Infrastruktur”, 14 November 2019, di Seribu Rasa Menteng, Provinsi DKI Jakarta

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 14 November 2019
Kategori: Dialog
Dibaca: 985 Kali

Wakil Ketua Umum Inisiator Indonesia (Roby Muhamad)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera.

Terima kasih Bapak Presiden Joko Widodo atas kehadirannya, terima kasih Menteri Pak Basuki, terima kasih Pak Menteri Pak Budi, dan terima kasih Pak Iwan.

Kita langsung saja, jadi ini adalah sebuah talkshow, santai saja, ringan. Seperti sudah dibagi-bagi di undangan jadi saya membuka acara ini, Roby Muhamad, Wakil Ketua Umum Inisiator Indonesia, wakilnya Pak Iwan. Seperti ditulis di undangan, saya ini ilmuwan. Sedikit cerita dulu, waktu saya waktu kecil ditanya, mau jadi ilmuwan, itu orang sering ngetawain, “kamu ngapain jadi ilmuwan di Indonesia?” gitu, “itu enggak akan dihargai”. Terus, TK, SD, SMP, SMA gitu, sampai saya kuliah di Amerika, pulang. “Kamu ngapain pulang ke Indonesia jadi ilmuwan? Tidak dihargai”, saya dibilangin, “Emang kenapa?” “Ya hanya di negara maju katanya ilmuwan itu dihargai” katanya. Wah, jadi saya, “Indonesia kapan majunya?”

Nah, setelah menunggu empat puluh tahun, akhirnya kita mendengar sebuah genderang bahwa Indonesia akan maju tahun 2045. Nah, jadi sebagai visi-misi Presiden Bapak Joko Widodo. Tapi saya ini ilmuwan, jadi saya enggak percaya begitu saja. Karena kalau saya lihat dari Global Competitiveness Report 2018, infrastruktur Indonesia itu peringkat 71 dari 140 negara. Bahkan di ASEAN, infrastruktur Indonesia itu peringkat lima, di bawah Thailand tapi masih di atas Vietnam, jadi masih oke.

Nah, soal perhubungan, juga menurut studi dari Frost and Sullivan, ongkos kirim atau biaya logistik atau bahasa kekiniannya ongkir (ongkos kirim), di Indonesia itu masih yang termahal di Asia, 24 persen dari PDB kita. Masih jauh lebih besar daripada Malaysia yang sudah lima belas persen, apalagi jika dibandingkan dengan Jepang dan Amerika yang sudah mencapai sepuluh persen PDB.

Nah, melihat data-data ini, saya jadi bertanya mungkin sekadar, hanya bertanya, apa betul Indonesia itu bisa akan menjadi negara maju pada tahun 2045? Nah, untuk mendengar jawabannya, kita akan dengarkan langsung dari diskusi dari narasumbernya langsung, yang memulai, mencetuskan, menginisiasi, jadi ini inisiator utama di Republik ini, Bapak Presiden Joko Widodo. Bagaimana mimpi itu, bukti-bukti nyata yang nanti akan disampaikan oleh kedua Bapak Menteri Perhubungan dan PUPR.

Untuk itu saya serahkan kepada Bapak moderator, Pak Iwan Setyawan, untuk memulai diskusi.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Ini kalau di luar, manggilnya “Mas, Mas” di sini “Bapak”. Okay, everybody.

Selamat siang. Terima kasih semuanya. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Suatu penghargaan tersendiri ini akhirnya ada Presiden Jokowi hadir di sini, kemudian ada Bapak Budi Karya Sumadi dan Bapak Basuki Hadimuljono. Ini talkshow yang menurut saya akan sangat mendebarkan banget, bukan buat saya tapi buat menteri-menterinya ini karena harus bertanggung jawab ke Presiden.

Nah, salah satu kenapa saya pilih bikin talkshow ini ya, salah satunya saya mengecek data di Kementerian PUPR, saya kepoin itu Pak Bas. Ini luar biasa menurut saya dan belum pernah didengar banyak orang. Jadi saya cek satu-satu nih. Kayak misalkan jalan tol, jalan tol di era ini itu dibangun sekitar 1.500 kilometer. Habis itu kalau dibandingkan dengan periode sebelumnya, tahun ’74 sampai 2014 itu 826 kilometer. Ini memang kayak PUPR kurang kerjaan ya? Jadi bikin tol banyak banget. Habis itu, kalau rata-rata per tahun, di era sekarang jalan tol yang dibangun itu tiga ratus kilometer, sementara sebelum 2014 itu dua puluh kilometer. Itu baru jalan tol.

Jadi saya tidak mau mengungkapkan di sini karena ntar Pak Bas yang akan menyampaikan itu. Dan saya berbicara, ini tol saja segini. Habis itu ada jalan baru, ada perbatasan, ada bendungan, ada lintas batas negara. Dan saya mau bilang bahwa ini kemungkinan besar adalah the biggest infrastructure project development in Indonesian history, dalam periode lima tahun.

Tapi saya akan konfirmasi itu dengan Pak Bas, dengan Bapak Presiden, dengan Bapak Budi Karya Sumadi. Apakah fondasi ini sudah cukup kuat untuk membawa Indonesia maju?

Namun sebelum itu, saya mau laporan dulu ke Bapak Presiden terkait menteri-menterinya. Jadi saya googling nih Pak menteri-menterinya. Pertama Pak Basuki ini, Pak Basuki saya pikir beritanya itu bakal infrastruktur, bakal jembatan, tol gitu ya, karena serius dia. Ternyata, mohon izin Bapak, pakai mohon izin sekarang, yang diberitakan atau diobrolin itu seperti ini, “sering ditelepon Jokowi tengah malam”, “Bapak Infrastruktur rumahnya digusur”. Abis itu netizen bilang, “ini menteri nyentrik banget, bukan karena cara berpakaiannya tapi karena tingkah dan sikapnya, wkkwkk.” Bisa dibilang menteri era kabinet yang paling bagus, jauh dari kontroversi. Abis itu viral, “Menteri Basuki beri selamat ke diri sendiri”, “Menteri PUPR andalan Jokowi, kinerja gemilang”, “Menteri lucu itu bernama Basuki Hadimuljono”. Jadi banyak yang lucu-lucu.

Sementara Pak Budi Karya Sumadi, itu lebih serius Pak. Beritanya, dia siap untuk jual empek-empek, Pak kalau enggak di ini… Ini menteri yang cukup kasihan, mau jual empek-empek. Nah itu pembukaan dari saya.

Tapi intinya saya mau tanya ke pemerintah yang dilakukan lima tahun kemarin di bidang infrastruktur ama perhubungan ini apa? Banyak dari kita yang enggak tahu. Saya juga baru tahu ketika saya buka-buka website dari PUPR dan Perhubungan.

Pertama, pertanyaan akan saya tanyakan ke Pak Jokowi ini. Pak Jokowi kaku, tegang banget nih. Pak saya mau tanya yang santai dulu deh, tadi di mobil ngapain Pak? Biasanya di mobil ngapain?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Di mobil apa ya, ya buka-buka social media dan berita-berita online.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Widih, anak sosmed.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sambil dengerin lagu-lagu.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Waduh. Sambil telepon-telepon menteri enggak, Pak?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ndak, kalau siang-siang gini kita panggil, kita undang tapi kalau malam hari/tengah malam saya telepon.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Wah, ngeri. Paling malam telepon jam berapa?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya enggak mesti ya, bisa jam sepuluh, bisa jam dua belas, bisa jam satu, bisa setengah dua, bisa setengah tiga.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Waduh.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kalau menterinya sulit, ya ajudannya.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Wah dibangunin?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya, saya suruh bangunin. Enggak, kalau penting mesti seperti itu. Saya biasa seperti itu. Tanyakan ke menteri-menteri, atau ke Panglima, atau ke Kapolri, atau yang terakhir saya telepon KASAD itu jam berapa, setengah satu, karena demo dan lain-lain. Biasa.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Waduh, biasa keganggu menteri-menterinya, Pak ya?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya. Ya memang harus diganggu.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Oke. Yang kedua ini Pak, ini kan suasananya kabinet sudah selesai ini, perasaan Bapak gimana, Pak? Artinya kabinet selesai, Bapak bikin kabinet ini kayak gimana sih sekarang ini?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya saya ingin yang kabinet baru ini adalah kerja tim, teamwork. Karena agenda-agenda besar kita ini memerlukan sebuah kerja tim. Enggak bisa kerja sektoral, enggak bisa kerja menteri jalan sendiri, menteri jalan sendiri, enggak bisa. Harus kerja tim.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Oke. Apakah kabinet ini akan lebih kompak Pak, daripada yang sebelumnya?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Saya lihat insyaallah akan jauh lebih kompak.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Oke. Nah Pak Jokowi, ini kan sudah term pertama sudah dilewatin ini Pak, kalau dijelaskan kan panjang lebar Pak, kita enggak banyak waktu, kalau Bapak dengan tiga kata merumuskan pengalaman lima tahun kemarin itu apa saja Pak?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Tantangan, kerja keras, optimisme.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Oke. Yang terakhir, optimisme ini optimisme apa? Setelah lima tahun ngelihat optimisme, optimisme untuk apa ini

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya tadi, tantangannya besar tapi kalau dilalui dengan kerja keras, dari pengalaman kemarin, optimis itu bisa diselesaikan.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Oke. Dan ini Pak, menurut Bapak, ini, ini pertanyaan agak iseng lagi Pak, biar enggak bosan yang ini, Bapak enggak bosan nih ngelihat Pak Bas sama Pak Budi ini? Kan ikut kemana-mana terus ya?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bosan.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Ya. Atau dipilih gara-gara…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya saya kan omong apa adanya kan. Ditanya bosan, ya bosan.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Pak, kita yang ngelihat di TV saja juga bosan Pak. Jadi itu kalau dilihat di infrastruktur dan perhubungan itu kan masif, gede-gedean banget Pak di era lima tahun kemarin ya, kenapa Bapak memilih fokus infrastruktur dan perhubungan ini di lima tahun kemarin?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya yang pertama saya ini terbiasa kerja fokus. Saya enggak mau kerja semuanya dikerjain kemudian hasilnya enggak jelas. Lebih bagus fokus tapi hasilnya bisa terukur, ada angka-angkanya. Yang saya inginkan itu.

Jadi kenapa infrastruktur? Karena ini menjadi sebuah fondasi bagi negara kita untuk berkompetisi dengan negara-negara lain. Tadi sudah disampaikan oleh beliau, mengenai indeks competitiveness kita, indeks daya saing kita terhadap negara-negara lain dan kita masih pada posisi di tengah. Kita ingin berada pada posisi di depan.

Dan infrastruktur itu bukan urusan masalah membuat jalan tol, membuat airport, membuat pelabuhan, atau membuat pembangkit listrik, ndak. Infrastruktur itu, yang pertama cipta lapangan kerja, menciptakan lapangan kerja, infrastruktur.

Yang kedua, menciptakan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru. Bukan uang beredar, PDB ekonomi kita hanya di Jakarta, hanya di Jawa, ndak. Kita ingin ada titik-titik pertumbuhan ekonomi baru.

Kemudian yang ketiga, ada perbaikan jaringan logistik kita karena ini negara ini 17.000 pulau. Bapak-Ibu bisa bayangkan 17.000 pulau yang memerlukan semuanya infrastruktur sehingga jaringan logistik kita akan menjadi lebih baik. Kemudian ini juga memberikan fasilitas kepada produksi, memfasilitasi produksi sehingga infrastruktur yang sudah kita kerjakan lima tahun kemarin harus disambungkan dengan sentra-sentra produksi, baik itu produksi pertanian, produksi nelayan, produksi sentra-sentra industri kecil, kawasan industri harus terhubung ke sana semuanya.

Kemudian yang keempat, ini juga pelayanan publik. Karena apapun, ada sekolah tidak ada jalan menuju ke sekolah, bagaimana? Ada puskesmas atau rumah sakit tapi enggak ada jalan ke sana, bagaimana orang akan datang ke sebuah puskesmas? Ini pelayanan publik.

Saya berikan contoh yang paling nyata, misalnya dari Wamena ke Nduga yang sebelumnya harus jalan kaki butuh waktu empat hari empat malam. Dengan jalan yang sudah dibangun oleh Kementerian PU, dari Wamena ke Nduga sekarang hanya kira-kira lima-enam jam sudah sampai. Sehingga kalau ada yang sakit di Nduga, untuk dibawa ke rumah sakit di Wamena tidak harus kita membopong selama empat hari empat malam. Bisa dibawa dalam mobil, dengan sepeda motor ke rumah sakit. Itu hanya dalam empat, lima, atau enam jam. Ini pelayanan publik.

Kemudian yang paling penting bahwa kita membangun infrastruktur ini juga membangun peradaban. Orang sering lupa. Kita ini membangun peradaban: budaya antre, budaya disiplin. Dan itu terlihat, misalnya kita membangun MRT, kelihatan di situ orang mulai ada budaya antre, budaya disiplin untuk masuk secara berurutan. Nanti LRT jadi juga seperti itu. Ini membangun sebuah peradaban. Atau kalau kita membangun nanti airport di pulau-pulau yang belum ada airport-nya juga sama, ini membangun peradaban.

Kemudian yang terakhir, infrastruktur itu adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Tidak hanya di Jakarta yang dibangun, tidak hanya di Pulau Jawa yang dibangun tetapi juga seluruh provinsi yang ada di negara ini harus kita sentuh dengan kehadiran infrastruktur-infrastruktur yang kita bangun. Artinya, ini infrastruktur artinya banyak sekali. Dan dengan itulah kita nanti memiliki fondasi yang kuat untuk berkompetisi dengan negara lain. Lewat tadi, ukur-ukuran indeks daya saing, indeks competitiveness yang itu akan terlihat kita di urutan berapa, angkanya berapa.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Oke. Kalau saya lihat Pak, ini menantang banget ya, 17.000 pulau, mesti membangun infrastruktur dari Aceh sampai Papua, ujung utara-ujung selatan. Makanya suka telepon menteri malam-malam, itu kali Pak Ya?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya. Kalau enggak kita…, kadang-kadang saya masih tulis-menulis malam itu, ada hal yang sangat penting ya saya telepon. Saya perintahkan, “ini harus diselesaikan dengan cara ini, ini, ini, ini. Ini harus dirampungkan karena memerlukan ini.”

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Kalau orang bilang mungkin begini Pak ya, “emang enak jadi presiden!”

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Enak. Enak pusingnya maksudnya.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Enak pusingnya. Tidur berapa jam Pak jadinya, setelah ngurusin ini, itu?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kalau saya tidur itu sering sih. Di mobil dari Jakarta-Bogor saya bisa tidur, dari Bogor ke Jakarta juga bisa tidur. Di pesawat bisa tidur tiga puluh menit, dua puluh menit. Atau di helikopter pun saya itu bisa tidur. Jadi yang lain-lain enggak bisa tidur, saya tidur sendiri, sepuluh menit-lima belas menit. Kalau malamnya ya memang tidurnya mungkin dibanding yang lain saya lebih sedikit tapi saya memang bisa, ya ini alhamdulillah diberikan kenikmatan itu, gampang tidur di manapun, dengan suara apapun. Kayak heli itu suaranya seperti itu juga tidur saja.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Kalau di rumah malah enggak bisa tidur ya?

Pak, tapi saya pengin tanya, itu fondasinya sudah bagus nih, infrastruktur dan perhubungan, apalagi yang bisa membuat Bapak yakin bahwa Indonesia ini bakal menjadi negara maju? Karena kalau kita lihat setiap pemimpin itu membawa ke gerbong-gerbong yang berbeda. Soekarno membawa gerbong kemerdekaan, Soeharto membawa gerbong kemajuan, habis itu kita memasuki gerbong demokrasi, habis itu kita akan memasuki gerbong kemajuan dan itu Bapak yang merintis pembukaan gerbong itu. Seberapa yakin Bapak Indonesia akan menjadi negara maju di 2045?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ini yang saya pelajari dari negara-negara maju dan negara-negara besar yang sudah jauh mendahului kita, ya memang tahapan besarnya itu. Infrastruktur ini kita kerjakan dan nanti akan terus tetap dilanjutkan. Kemudian kita akan masuk ke agenda besar yang kedua, ini yang lebih sulit menurut saya, pembangunan sumber daya manusia. Dua hal besar ini akan menjadi sebuah fondasi kokoh bagi kita untuk menuju ke Indonesia Emas 2045. Baru masuk ke tahapan besar yang selanjutnya, yaitu di bidang inovasi dan teknologi. Silakan siapapun pemimpinnya yang akan datang, memang mau tidak mau harus kita giring untuk masuk ke agenda besar inovasi dan teknologi. Tapi sekarang ini, fondasi yang sangat diperlukan ya tadi yang saya sampaikan, infrastruktur kemudian agenda besar berikutnya sumber daya manusia.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Pak, kalau saya lihat tadi pencapaian lima tahun ke belakang kan sudah cukup masif Pak. Bisa saya katakan itu salah satu pembangunan infrastruktur terbesar sepanjang sejarah ya, kalau saya bilang. Mungkin ntar bisa dibuktikan lewat data dan angka. Untuk lima tahun ke depan perhubungan dan PUPR ini Pak, mau dikasih tugas apa?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya masih, melanjutkan infrastruktur yang ada tetapi mulai dihubungkan. Misalnya, airport jadi, contoh ini airport di Labuan Bajo jadi, ini harus dikoneksikan/dihubungkan dengan kawasan-kawasan wisata yang ada di sekitar airport itu. Lewat apa? Jalan-jalan yang diperlebar, diperbaiki menuju ke sana, airport-nya jadi, runway-nya sudah diperpanjang, harus terkoneksikan ke titik-titik yang lain.

Misalnya tol jadi, harus dihubungkan. Ini kalau hanya tol saja enggak akan sambung dengan yang namanya men-trigger pertumbuhan ekonomi, enggak mungkin. Ini harus disambungkan dengan sentra-sentra produksi, masukkan ke sentra pertanian, sentra perkebunan, sentra-sentra nelayan, ini dihubungkan lagi. Belum rampung ini infrastruktur ini. Hubungkan lagi dengan kawasan wisata. Sehingga munculkan nanti titik-titik pertumbuhan ekonomi baru. Dan itu agregatnya akan muncul di dalam PDB ekonomi kita di pertumbuhan ekonomi secara nasional, akan kelihatan nanti. Ini belum rampung. Jadi jangan…

Ini memang pekerjaan yang…, pekerjaan/agenda besar, pekerjaan besar tapi tidak langsung bisa dinikmati langsung. SDM apalagi, itu akan kelihatan sepuluh, lima belas, atau dua puluh tahun yang akan datang, tidak sekarang. Tapi risiko itu yang harus kita berani ambil. Memang tidak akan nampak tapi akan kelihatan nanti kalau sepuluh, lima belas, dua puluh tahun lagi kita melihat anak-anak kita sekarang muncul dalam level SDM yang kualitasnya lebih baik.

Karena sekarang memang disiapkan dulu. Misalnya hal-hal yang harus kita geser, ada shifting dari yang pekerjaan lama ke pekerjaan baru. Banyak sekali: teknisi coding, teknisi programming, itu baru kelihatan nanti, dan yang lain-lainnya, mungkin yang berkaitan dengan AI (Artificial Intelligence), yang berkaitan dengan ya hal-hal yang sekarang ini akan muncul pekerjaan-pekerjaan baru yang memang harus disiapkan dari sekarang. Artinya ada upscaling, artinya ada perbaikan skill, kualitas skill, semuanya memang.

Wakil Ketua Umum Inisiator Indonesia (Roby Muhamad)
Jadi ini bukan hanya menghubungkan beton Pak, ya? Tapi menghubungkan ekonomi dan ujungnya menghubungkan peradaban begitu Pak, ya?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya, betul. Pada suatu titik, nah itu peradaban baru akan muncul.

Wakil Ketua Umum Inisiator Indonesia (Roby Muhamad)
Indonesia, peradaban baru. Luar biasa itu.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Ini Pak Bas sama Pak Budi….

Wakil Ketua Umum Inisiator Indonesia (Roby Muhamad)
Tugasnya berat.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Mau bicara sekarang? Atau mau nunggu? Deg-degan…, oke.

Wakil Ketua Umum Inisiator Indonesia (Roby Muhamad)
Ngomong peradaban, berat tugasnya.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Ini sedikit saja, mumpung ada Presiden, saya mau ngetes para Menteri-Menterinya, berani enggak? Sekarang Pak Presiden saja, tanya tanggung jawab mereka selama lima tahun ngapain saja, Pak? Jadi, saya pengin tanyakan langsung saja Pak, ya.

Selama lima tahun ini ngapain saja? Kita mulai dengan Menteri… itu dulu, enak saja. Pak, ini yang datang duluan nih, datang jam dua belas sudah di sini. Eh, sebentar, Pak Bas saya mau bacain lagi nih biar…, contekan. Fakta menarik tentang Pak Bas ya, “Menteri lucu itu bernama Basuki Hadimuljono.” Sampai ada yang bikin ini, Pak, “Sembilan potret uwu Menteri PUPR Hadimuljono yang menghibur netizen”. Uwu itu apaan, Pak? Unyu, ya. Habis itu, ini banyak banget, “Viral, Menteri Basuki beri salaman ke diri sendiri”. Pak, ini ceritanya lucu semua nih, Pak. Kesannya Bapak enggak serius nih, bikin PUPR nih. Tapi kalau saya lihat, statistik PUPR itu amazing. Saya bisa bilang tadi, infrastruktur terbesar sepanjang sejarah.

Yang sudah dilakuin lima tahun, ngapain saja, Pak? Ini sudah empat puluh tahun Pak Bas ini di PUPR. Saya umur lima tahun, beliau sudah bangun jembatan. Silakan, Pak Bas. Empat puluh tahun, Pak Bas?

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Ya, pada saat saya, lima tahun ke belakang, kan? Yang lalu, kan?

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Ya, enggak empat puluh tahun Pak, kelamaan.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Bukan, apa yang sudah saya lakukan, jadi pada saat saya ditunjuk beliau untuk menjadi Menteri PUPR yang 2014, tugasnya itu, semua tugas harus…beliau ini kan bekerja detail dan target. Kalau sudah ditarget, kalau saya sudah bilang bisa, ya harus bisa. Makanya kalau yang di 2015-2019, kalau teman-teman masih ingat, kerja saya rock and roll, begitu kan. Rock and roll, jadi kalau orang biasa dengan kerja satu sif, jam tujuh/jam delapan sampai jam lima, pasti enggak akan bisa. Jam lima sampai jam sepuluh pun masih kurang. Makanya harus tiga sif, tujuh hari seminggu. Dan itu saya cek betul. Itu makanya saya bilang, ini kita enggak bisa lagi kerja dengan langgam lagu pop. Lagunya harus rock and roll supaya kita bisa….

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Ngobrol rock and roll tapi serius banget, Pak Bas.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Iki deg-degan, rek…. Jadi, tugas itu yang saya kerjakan. Saya dulu memang kalau saya ditanya, “apa misinya Pak Basuki?” Saya enggak punya misi. Misi saya melaksanakan visi Presiden. Jadi kalau visi Presiden dalam, baik yang kemarin maupun yang ke depan, enggak tercapai di bidang infrastruktur PUPR, bukan beliau yang salah. Bukan saya bicara, omong di depan beliau, tapi saya yang bersalah kalau sampai ada yang tidak tercapai dan ada yang tidak tercapai. Ya memang waktu dibahas di Sidang Kabinet, target-target kan, ya namanya target, pasti bisa ada yang tercapai, ada yang tidak tercapai. Jadi beliau juga sudah mengetahui, Pak JK juga sudah. Jangan diturunkan target, jadi tetap target yang tercapai yang mana, yang belum mana, ini yang akan kita teruskan, begitu.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Oke. Kalau, ntar kalau data statistiknya berapa kilometer jalan, jembatan, itu bisa dibagikan ntar Pak, ya?

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Jangankan statistiknya, fotonya pun saya punya, bukti kan? Bukti, kan?

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Foto uwu. Perlu bukti.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Perlu bukti, iya.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Kalau Pak Bas nih, mumpung ada Bapak Presiden. Dalam tiga kata, kerja sama Pak Jokowi itu seperti apa?

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Nikmat, walaupun beliau bosan dengan saya begitu tapi saya nikmat. Deg-degan. Terukur.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Terukur, ditarget itu soalnya Pak, ya?

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Iya. Dan nikmat karena beliau memercayai kita penuh. Jadi saya kerja dua, trust and loyalty. Beliau trust dengan saya, saya loyal pada beliau.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Oke. Ini masih banyak pertanyaan bagus, sayang waktunya Bapak enggak banyak ya. Saya akan beralih ke Pak Budi Karya Sumadi sebentar. Kalau di Kemenhub….

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Terus saja enggak apa-apa.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Ih…kayak begitu tuh, Pak. Tadi makan siang cerewet banget, di sini enggak mau omong. Kalau Pak Budi Karya Sumadi, di Perhubungan sendiri seperti apa, Pak? Lima tahun kemarin ngapain saja? Apa yang dibangun?

Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi)
Ya, saya dulu telah terbiasa atau pernah dengan Pak Presiden, ya. Jadi memang tugasnya tuh begitu menantang begitu, ya. Sehingga kalau, seperti kalau kita mau ujian itu kan, kalau menantang adrenalinnya keluar terus begitu, ya. Jadi, setiap saat adrenalin itu keluar dan ini yang menjadi modal yang paling besar bagi saya. Jadi, menantang dan karena menantang, kita harus all effort, harus serius banget begitu, untuk mengerjakan itu. Karena tugas-tugasnya selalu beyond gitu, “apa iya bisa dikerjain?” Ya, sekian bandara, waktunya Presiden selesai lho. Tahun depan 2020, lima Bali baru, apa iya? Tapi saya yakin karena kita itu adrenalinnya selalu keluar, kita semangat sekali.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Kalau tiga kata, pengalaman bekerja dengan Pak Jokowi, apa saja?

Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi)
Satu ya, menantang. Pasti menantang, selalu menjadi itu.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Ngeri ya kerja dengan Pak Jokowi?

Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi)
Ngeri, ngeri. Tapi yang kedua, gembira, ya. Karena beliau tahu persis, kita itu kerja apa enggak. Kelihatannya saja Pak Jokowi itu enggak melihat.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Kalau kerja bagus, gembira Pak, kalau enggak bagus, ngeri.

Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi)

Jadi kalau kita kerja itu, kelihatannya Pak Presiden itu enggak melihat tapi apa yang kita kerjakan, tahu. Makanya kita harus optimis. Jadi satu menantang, kedua gembira, yang ketiga adalah harus optimis.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Optimis, oke. Saya sekarang kembali ke Bapak Presiden ini. Sebentar, pertanyaannya lupa nih Pak, saya, Pak. Tadi negara maju, ini PUPR, ini… untuk ibu kota, Pak, ini bisa jadi representasi Indonesia Maju. Konsep Bapak untuk ibu kota negara baru ini seperti apa? Kalau Pak Bas tadi mau mindahin ibu (kota) negara, ke Cimahi. Pak Bas ini lumayan, ini. Bagaimana Pak, untuk bahwa ibu kota baru ini, itu representasi dari Indonesia maju juga?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)

Ya, kita ini juga ingin menunjukkan bahwa ini negara besar dan pada suatu titik nanti akan menjadi negara dengan… masuk dalam ekonomi terkuat, lima besar dunia atau empat besar dunia atau tiga besar dunia. Karena memang tantangan-tantangan yang ada menuju ke sana itu, kelihatan. Sehingga, yang pertama yang perlu saya sampaikan, di Jawa ini penduduknya kira-kira 56 persen dari seluruh penduduk yang ada di negara kita. Yang ada di Jawa, 56 persen, jumlahnya kira-kira 149 juta, kurang lebih. Kemudian, PDB ekonomi, 58 persen itu ada di Pulau Jawa juga dan paling gede itu ada di Jakarta. Sehingga ini perlu yang namanya pemerataan.

Oleh sebab itu, kita… dan ini kan memang rencana dan gagasan ini kan sudah dimulai sejak zaman presiden pertama kita, Bung Karno. Zaman Pak Harto juga ada keinginan untuk memindahkan dan kajian-kajian yang lalu-lalu kan juga sudah ada. Sehingga lima tahun yang lalu, kita memulai kajian itu lagi. Sebetulnya di mana sih tempat yang paling tepat untuk pemindahan ibu kota. Ketemu, ditemukan yaitu di Kaltim.

Kenapa di Kaltim, yang pertama memang dari sejarah itu jauh dari bencana, baik gempa bumi, tsunami, banjir. Itu sejarahnya di situ memang, hampir dikatakan belum pernah ada. Kemudian yang kedua, juga lahan yang ada tersedia. Dan itu lahannya, tanahnya adalah tanah negara sehingga tidak ada pembebasan lagi. Kemudian kita ingin nanti ini juga menjadi sebuah titik pertumbuhan baru.

Tetapi gagasan besar kita adalah, kita tidak hanya pengin pindah tempat, bukan itu, tapi kita juga ingin pindah pola pikir, kita juga ingin pindah budaya kerja, harus pindah semuanya nanti. Sehingga kultur kerja kita pindah itu harus berubah semua, sehingga kita harapkan di ibu kota baru ini sudah ter-install sistem yang baru. Oleh sebab itu, nanti birokrasi kita masuk, pemerintah kita masuk ke sana itu sistemnya sudah siap, orang mengikuti sistem. Inilah yang ingin kita bangun.

Dan kita juga, sudah saya sampaikan, karena ini dilombakan dan saya juga sangat surprise yang ikut lomba itu 755 perusahaan. Banyak sekali yang ingin ikut di dalam mendesain ide dan gagasan besarnya dulu. Yang saya sampaikan kepada mereka, bahwa kita ingin ibu kota ini adalah compact city. Yang kedua, juga tadi ter-install sebuah sistem yang baik, artinya juga smart city. Yang ketiga, green ya, artinya zero emission. Sehingga nanti kayak fasilitas infrastruktur yang paling diutamakan itu pejalan kaki. Yang kedua, kalau agak jauh berarti juga sepeda, jalur sepeda. Yang ketiga, kalau tidak bisa dua ini, masuk ke transportasi publik tetapi juga yang memakai bahan bakar yang bebas emisi. Kira-kira itu anunya, konsep besarnya.

Dan yang ingin kita bangun bukan hanya masalah gedung pemerintahan, bukan itu. Jadi yang tadi, kita ingin ada sebuah peradaban baru di ibu kota ini, sehingga nanti ada klaster-klaster. Di sini ada klaster pemerintahan, nanti di sini ada klaster untuk pelayanan pendidikan, artinya dari TK, SD, SMP, dan universitas. Kita juga ingin membangun universitas yang betul-betul yang masuk di sini adalah, kalau enggak top50 ya top40, atau yang top100. Pokoknya yang di situ punya world class university. Ini konsep besarnya.

Juga di pelayanan kesehatan juga sama, ada klaster rumah sakit. Dan juga ada klaster untuk inovasi dan teknologi. Kira-kira klasternya itu saja. Sehingga kita harapkan talenttalent global, talenttalent kita ini bisa bertemu di sini. Dan inilah ide besar, sehingga saya ingin menyambungkan misalnya, kita memang harus ini harus mulai menyiapkan bagaimana agar, baik talenttalent kita maupun talenttalent global ini mau ke sana. Ya itu, harus ada daya tarik yang kuat sehingga ibu kota ini betul-betul memang sebuah Indonesia yang baru dengan peradabannya yang baru pula.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Kalau dari paparan Bapak tadi, Pak Bas sendiri siap enggak membangun ibu kota baru?

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)

Ini saya kira nikmat saya bekerja dengan beliau. Jangan ketawa dulu, jangan ketawa dulu. Jadi begini, pada saat ditugasi untuk itu, supaya ini optimis, ”bisa enggak, Pak Bas?”, “Bisa, Pak!”. “Oke, kalau begitu, tahun 2024 yang harus pindah pertama kali adalah PUPR.” Ini nikmat ini Pak. Ini challenging, demanding.

Jadi itu yang, kalau kita tidak dipaksa gitu pasti enggak akan kerja keras. Kayak kita dulu misalnya dapat PR hari Senin, dapat PR, dikumpulkan Senin depan, kerjanya pasti Minggu malam.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Seperti itu ya?

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)

Bapak juga kan, pasti begitu. Sehingga saya kira dengan kerja beliau ini, supaya terlihat optimisme kita, kita serius untuk pindah ibu kota dengan tujuan gagasan besar tadi, tahun 2024 kalau sudah mulai ada pemindahan, dan yang pertama harus pindah adalah Kementerian PUPR.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Nikmat itu ya?

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)

Nikmat, untuk itu saya harus kerja keras.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Pak Bas, satu lagi pertanyaan buat Bapak. Tadi kan ibu kota baru nih. Lima tahun kemarin sudah dibangun besar-besaran Pak. Jalan tol saja sudah 1.500 kilometer, yang dulu per tahun cuma dibangun dua puluh kilometer sekarang tiga ratus kilometer per tahun. Kira-kira tahun ini itu akan dibangun jauh lebih besar atau masih mengikuti ritme yang sama Pak Bas?

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)

Lima tahun ke depan, sesuai dengan target beliau, sekitar 2.500 kilometer kita akan bangun. Karena Trans Sumatra Toll harus nyambung, kemudian Cigatas (Cileunyi-Garut-Tasik), kemudian Kulonprogo-Jogja-Solo, dan Bawen-Solo, belum nanti Semarang-Demak-Kudus-Pati-Rembang-Tuban. Ini nanti dari Samarinda-Balikpapan langsung ke IKN (Ibu Kota Negara) itu juga tol lagi, ke Bontang. Jadi kira-kira kami hitung harus selesai 2.500 kilometer tol (dalam) lima tahun ke depan.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Ternyata enggak berhenti ya, terus saja ini ya?

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)

Begini Bapak, jadi seperti yang beliau bilang tadi, kita ini ketinggalan. Kalau tadi dibilang kalah dengan Malaysia, dengan Thailand, tapi masih menang dengan Vietnam, kita harus ngejar terus. Stok infrastruktur kita kan paling rendah. Jadi kita mau mengejar ini, bukan mau wah-wahan atau gimana. Kita ini hanya sekadar mau mengejar, itu harus kerja kayak gitu. Iya. Jadi jangan dikira, “wah ini ugal-ugalan, apa gimana.” No, wah bahasa Inggris. Jadi ini untuk, benar-benar untuk hanya mengejar ketertinggalan kita terhadap negara-negara di sekitar kita saja. Ya.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Pak Bas, denganproject sebanyak itu ya. Pernah libur enggak, dikasih libur enggak sama Presiden? Nah, ketawanya enggak enak nih Pak.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)

Beliau sendiri enggak pernah libur, masa kita libur? Beliau ini kalau enggak ini… besok sudah ngajak pergi saya. Dulu malah kita dengan protis (Protokol Istana), “Pak Menteri, ini alhamdulillah ini. Dua minggu ini beliau akan stay di Jakarta.” Saya bilang, “emang tahan dua minggu di Jakarta?” Nah, ternyata enggak. Seminggu sudah ngajak pergi itu. Jadi saya kira kalau soal libur, saya kira buat kami, buat kabinet ini adalah cukup barang mewah untuk libur.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Lima tahun ya.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)

Bapak, kalau kita libur tiga minggu itu malah bingung, malah bingung.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Awas lho, omongnya di dekat Presiden lho.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)

Beliau tiga hari di rumah itu sudah enggak nyari mal pasti kan, sudah maunya pergi saja, karena sudah kebiasaan ritmenya gitu, body clock-nya sudah kayak gitu.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Oke, ntar akan kita tagih di lima tahun kemudian, Pak.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)

Insyaallah.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Nah sekarang ke Kementerian Perhubungan. Jadi saya pengin tahu ini, sekarang di era kan ada yang baru nih, ada MRT, LRT, ntar pengembangannya seperti apa itu di masa depan?

Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi)

Ya tadi ya, menantang dan beyond, gitu ya. Jadi Pak Presiden, saya bayangin kan waktu itu, “oh, ngembangin Jakarta saja seratus kilometer lima tahun itu,” Tiba-tiba ada ibu kota baru, gitu ya. Saya pertama kali sedikit pesimis tapi begitu tahu Pak Presiden memilih tempatnya itu indah sekali, wow, nanti sekali-kali kita lihat ke sana. Ada satu danau yang panjang, lebarnya lima kilometer panjangnya delapan puluh kilometer, dan situ ada hutan…

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)

Itu teluk itu, bukan danau. Teluk. Teluk.

Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi)

Oh, aku baru belajar.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)

Oh, gitu ya.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Pak Bas kalau bukan sesinya enggak usah omong.

Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi)

Sebenarnya Pak, saya sudah belajar cara kalau jawab interupsi itu bagaimana, tapi tetap enggak bisa. Ya dengan itu saya pastikan, apalagi ada satu ide peradaban baru. Satu contoh kota baru, ada tempat kesehatan world class, ada universitas world class. Kalau Pak Basuki pertama kali berkantor di sana, saya pertama kali naik kereta api ngajak Pak Jokowi di sana. Keretanya kereta listrik lagi, kan keren.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Kalau selain di ibu kota baru Pak, pegembangan MRT, LRT akan seperti apa? Ini kan sudah dicoba itu kemarin ya LRT di Cibubur ya.

Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi)

Jadi ide Pak Presiden, waktu itu saya cerita belakang, saya kan di DKI, itu ngomongin LRT hampir dua puluh tahun, MRT. Jadi bosan, ganti gubernur omong lagi, ganti gubernur omong lagi. Pak Presiden hanya dalam waktu mungkin dua-tiga bulan jalan, begitu. Jadi yang menginisiasi kereta api itu bukan pemerintah pusat, tapi Pak Presiden waktu itu berani. Sampai kita ketar-ketir, apa bisa itu. Tapi itu selalu menantang, beyond, dan terlaksana. Jadi MRT itu membanggakan sekali.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Oke. Nah Indonesia ini kan luas banget Pak. Daerah-daerah terpencil enggak terjangkau pun banyak banget. Ini saya dengar bikin bandara-bandara perintis gitu ya. Itu ada berapa bandara perintis yang sudah Bapak bangun di lima tahun kemarin?

Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi)

Kalau bandara perintis kira-kira kita membangun dan merenovasi kira-kira hampir lima puluh. Ya, bayangkan kalau di puncak-puncak, kemarin Pak Presiden, saya ngeri juga kemarin di Pegunungan Arfak, itu masuk sana itu kabut semuanya. Terjadi waktu itu di Maluku Utara, semua Pangdam, Kapolda enggak berani. Saya kan tahu Pak Presiden, makin ditantang makin jalan itu. Waktu di Maluku Utara saya jalan dulu walaupun ketar-ketir ya. Benar, begitu datang, Pak Panglima terpaksa ikut. Nah, ini juga kemarin di Pegunungan Arfak, kan kita enggak pernah ke sana, tiba-tiba diajak ke sana. Suatu tempat yang indah sekali, ada danau yang indah, kita juga masuk dari celah-celah awan, mendarat. Masyarakat juga antusias sekali, dan saya pikir tempat itu memang mesti jadi tempat wisata.

Nah, banyak sekali tempat-tempat seperti itu yang kita di Jakarta ini enggak ngerti. Di ujung. Dan juga dia merasa, entar dulu…

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Pak Bas mau nyolot lagi. Pak Presiden… Enggak saya kasih mic.

Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi)

Itu waktu di Miangas ya, kita sudah membangun jalan-jalan mendarat di sana. Miangas itu empat ratus kilometer dari Manado, hanya lima puluh kilometer dari Filipina. Mereka itu nyanyi Indonesia Raya, lagu kebangsaan bisa semuanya. Bayangkan kalau kita enggak kasih bandara, mereka enggak merasa Indonesia. Nah itulah tempat yang namanya Indonesia sentris di-placing oleh Pak Presiden dalam lima tahun ini. Dan itu terjadi gitu, bukan cuma cerita.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Nah saya ingin balikin lagi nih ke Pak Presiden.

Pak Ini tantangannya kan luas banget ini Pak. Mimpi Indonesia maju itu mimpi yang luar biasa besar ini. Ini closing juga buat Bapak ya, karena Bapak akan pergi dalam waktu lima menit. Bagaimana mewujudkan pemerataan pembangunan tadi Pak, kayak bandara perintis ini biar semuanya ikut maju semua?

Pak Bas tolong jangan nyela ya.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)

Enggak berani kalau yang ini.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)

Ya, satu-satu apa yang dibutuhkan oleh sudut-sudut yang ada di setiap provinsi, di setiap daerah itu yang harus dikerjakan sehingga nantinya akan terjadi sebuah pemerataan ekonomi yang sesuai dengan apa yang kita inginkan, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kalau kita tidak berani atau menunggu, menunggu pertumbuhan ekonomi di provinsi itu terlebih dahulu atau menunggu pertumbuhan ekonomi yang ada di kabupaten itu dulu, ya ini kayak ayam sama telur. Sehingga kita harus berani memutuskan. Ya ini langsung bangun airport-nya. Ya ini harus bangun jalannya. Memang harus seperti itu, mendahului dulu. Karena rumusnya itu jelas, kalau ada infrastruktur itu baik pertumbuhan ekonomi pasti akan ada, akan tumbuh. Itu sudah teori ekonomi.

Kalau kita menunggu ekonominya tumbuh dulu baru infrastruktur diberikan, ya itu sampai kapan pun kita juga hanya menunggu, tidak menyerang. Kalau ini kita kan menyerang tetapi dengan sebuah perencanaan yang baik, dengan sebuah agenda besar dengan ukuran-ukuran yang sudah kita kalkulasi, kita hitung sehingga menjadi tembakannya itu tepat dan fokus.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Oke. Karena waktunya enggak banyak ya, kita akan closing segera baik buat Pak Bas dan Pak Budi. Kayaknya harus kita lanjutkan di bikin forum kayak gini lagi Pak biar waktunya lebih panjang nanti ya. Jadi saya pengin closing dari Bapak Presiden. Tolong yakinkan saya, yakinkan para media, yakinkan publik bahwa kita bisa menuju Indonesia Maju, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)

Ya kuncinya tadi, di depan saya sampaikan. Kuncinya kalau infrastruktur ini bisa kita selesaikan secepat-cepatnya sehingga indeks daya saing kita menjadi semakin baik. Yang kedua, pembangunan sumber daya manusia itu betul-betul kita bisa laksanakan sehingga kualitas skill dari SDM-SDM kita juga meloncat naik dan kita bisa masuk ke era inovasi dan teknologi itu benar-benar SDM-nya siap, ya sudah. Itu langsung betul-betul kita bisa lepas landas pada era Indonesia negara maju.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Terima kasih. Kita berikan applause kepada ketiga pembicara. Nanti akan kita lanjutkan di forum yang lain. Sebelum Bapak pulang, saya punya satu lagi sih Pak. Pak Bas kasihan dari tadi pegang mic mau omong enggak jadi.

Bapak, saya ada pertanyaan sedikit saja Pak dan ini harus Bapak jawab cepat nih. Tadi kan dilemesin, sebagai penutup saya lemesin saya minta Pak Presiden jawab dengan cepat, pertanyaan ini.

Pilih gunung atau pantai?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)

Gunung dan pantai.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Lha, Pak pilih satu, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)

Gunung.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Gunung. Kenapa gunung?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)

Dingin.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Makan bubur diaduk atau makan bubur tidak diaduk?

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)

Ya diaduk.

 

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Wah dicampur ya.

Pakai pantofel atau pakai sneakers?

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)

Yang saya pakai ini.

 

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Habis itu saya mau tanya, ini sepatunya kok enggak ganti-ganti ya Pak ya?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)

Tapi bukan hanya satu, saya punya ini banyak banget sneakers ini. Jangan dipikir punya hanya satu, ndak. Saya kalau enggak keliru punya satu, dua, tiga, empat, lima, lima sepatu. Dengan warna yang sama, dengan ukuran yang sama, dengan merek yang sama.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Oh, maaf Bapak.

Pilih anak atau cucu?

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)

Cucu.

 

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Lha, Mas Kaesang kalau di luar sana jangan patah hati.

Masa SMA atau masa kuliah? Masa SMA atau masa kuliah?

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)

Kuliah.

 

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Kuliah. Kenapa kuliah, begitu indah atau begitu…?

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)

Gimana? Ya kan, apa ya? Mulai pacaran.

 

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

SMA enggak pernah pacaran Pak?

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)

Ya sudah tapi di kuliah kan pacarannya ya pacaran.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Terakhir sebagai penutup, mencintai atau dicintai?

 

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)

Dua-duanya, enggak bisa satu itu. Dua-duanya.

 

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)

Oke terima kasih Bapak Presiden, terima kasih Pak Basuki, terima kasih Pak Budi Karya Sumadi.

Menuju Indonesia Maju menurut saya bukan hanya impian tapi kerja keras yang akan kita tunggu bersama dan bisa dilakukan oleh kita bersama ke 2020.

Terima kasih rekan-rekan yang sudah hadir di sini. Terima kasih sekali lagi kepada narasumber. Kita akan lanjutkan di forum yang berikutnya.

Saya tutup. Langsung Pak Roby ya.

Wakil Ketua Umum Inisiator Indonesia (Roby Muhamad)

Wakil Ketua Umum Inisiator Indonesia (Roby Muhamad)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera.

Terima kasih Bapak Presiden Joko Widodo atas kehadirannya, terima kasih Menteri Pak Basuki, terima kasih Pak Menteri Pak Budi, dan terima kasih Pak Iwan.

Kita langsung saja, jadi ini adalah sebuah talkshow, santai saja, ringan. Seperti sudah dibagi-bagi di undangan jadi saya membuka acara ini, Roby Muhamad, Wakil Ketua Umum Inisiator Indonesia, wakilnya Pak Iwan. Seperti ditulis di undangan, saya ini ilmuwan. Sedikit cerita dulu, waktu saya waktu kecil ditanya, mau jadi ilmuwan, itu orang sering ngetawain, “kamu ngapain jadi ilmuwan di Indonesia?” gitu, “itu enggak akan dihargai”. Terus, TK, SD, SMP, SMA gitu, sampai saya kuliah di Amerika, pulang. “Kamu ngapain pulang ke Indonesia jadi ilmuwan? Tidak dihargai”, saya dibilangin, “Emang kenapa?” “Ya hanya di negara maju katanya ilmuwan itu dihargai” katanya. Wah, jadi saya, “Indonesia kapan majunya?”

Nah, setelah menunggu empat puluh tahun, akhirnya kita mendengar sebuah genderang bahwa Indonesia akan maju tahun 2045. Nah, jadi sebagai visi-misi Presiden Bapak Joko Widodo. Tapi saya ini ilmuwan, jadi saya enggak percaya begitu saja. Karena kalau saya lihat dari Global Competitiveness Report 2018, infrastruktur Indonesia itu peringkat 71 dari 140 negara. Bahkan di ASEAN, infrastruktur Indonesia itu peringkat lima, di bawah Thailand tapi masih di atas Vietnam, jadi masih oke.

Nah, soal perhubungan, juga menurut studi dari Frost and Sullivan, ongkos kirim atau biaya logistik atau bahasa kekiniannya ongkir (ongkos kirim), di Indonesia itu masih yang termahal di Asia, 24 persen dari PDB kita. Masih jauh lebih besar daripada Malaysia yang sudah lima belas persen, apalagi jika dibandingkan dengan Jepang dan Amerika yang sudah mencapai sepuluh persen PDB.

Nah, melihat data-data ini, saya jadi bertanya mungkin sekadar, hanya bertanya, apa betul Indonesia itu bisa akan menjadi negara maju pada tahun 2045? Nah, untuk mendengar jawabannya, kita akan dengarkan langsung dari diskusi dari narasumbernya langsung, yang memulai, mencetuskan, menginisiasi, jadi ini inisiator utama di Republik ini, Bapak Presiden Joko Widodo. Bagaimana mimpi itu, bukti-bukti nyata yang nanti akan disampaikan oleh kedua Bapak Menteri Perhubungan dan PUPR.

Untuk itu saya serahkan kepada Bapak moderator, Pak Iwan Setyawan, untuk memulai diskusi.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Ini kalau di luar, manggilnya “Mas, Mas” di sini “Bapak”. Okay, everybody.

Selamat siang. Terima kasih semuanya. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Suatu penghargaan tersendiri ini akhirnya ada Presiden Jokowi hadir di sini, kemudian ada Bapak Budi Karya Sumadi dan Bapak Basuki Hadimuljono. Ini talkshow yang menurut saya akan sangat mendebarkan banget, bukan buat saya tapi buat menteri-menterinya ini karena harus bertanggung jawab ke Presiden.

Nah, salah satu kenapa saya pilih bikin talkshow ini ya, salah satunya saya mengecek data di Kementerian PUPR, saya kepoin itu Pak Bas. Ini luar biasa menurut saya dan belum pernah didengar banyak orang. Jadi saya cek satu-satu nih. Kayak misalkan jalan tol, jalan tol di era ini itu dibangun sekitar 1.500 kilometer. Habis itu kalau dibandingkan dengan periode sebelumnya, tahun ’74 sampai 2014 itu 826 kilometer. Ini memang kayak PUPR kurang kerjaan ya? Jadi bikin tol banyak banget. Habis itu, kalau rata-rata per tahun, di era sekarang jalan tol yang dibangun itu tiga ratus kilometer, sementara sebelum 2014 itu dua puluh kilometer. Itu baru jalan tol.

Jadi saya tidak mau mengungkapkan di sini karena ntar Pak Bas yang akan menyampaikan itu. Dan saya berbicara, ini tol saja segini. Habis itu ada jalan baru, ada perbatasan, ada bendungan, ada lintas batas negara. Dan saya mau bilang bahwa ini kemungkinan besar adalah the biggest infrastructure project development in Indonesian history, dalam periode lima tahun.

Tapi saya akan konfirmasi itu dengan Pak Bas, dengan Bapak Presiden, dengan Bapak Budi Karya Sumadi. Apakah fondasi ini sudah cukup kuat untuk membawa Indonesia maju?

Namun sebelum itu, saya mau laporan dulu ke Bapak Presiden terkait menteri-menterinya. Jadi saya googling nih Pak menteri-menterinya. Pertama Pak Basuki ini, Pak Basuki saya pikir beritanya itu bakal infrastruktur, bakal jembatan, tol gitu ya, karena serius dia. Ternyata, mohon izin Bapak, pakai mohon izin sekarang, yang diberitakan atau diobrolin itu seperti ini, “sering ditelepon Jokowi tengah malam”, “Bapak Infrastruktur rumahnya digusur”. Abis itu netizen bilang, “ini menteri nyentrik banget, bukan karena cara berpakaiannya tapi karena tingkah dan sikapnya, wkkwkk.” Bisa dibilang menteri era kabinet yang paling bagus, jauh dari kontroversi. Abis itu viral, “Menteri Basuki beri selamat ke diri sendiri”, “Menteri PUPR andalan Jokowi, kinerja gemilang”, “Menteri lucu itu bernama Basuki Hadimuljono”. Jadi banyak yang lucu-lucu.

Sementara Pak Budi Karya Sumadi, itu lebih serius Pak. Beritanya, dia siap untuk jual empek-empek, Pak kalau enggak di ini… Ini menteri yang cukup kasihan, mau jual empek-empek. Nah itu pembukaan dari saya.

Tapi intinya saya mau tanya ke pemerintah yang dilakukan lima tahun kemarin di bidang infrastruktur ama perhubungan ini apa? Banyak dari kita yang enggak tahu. Saya juga baru tahu ketika saya buka-buka website dari PUPR dan Perhubungan.

Pertama, pertanyaan akan saya tanyakan ke Pak Jokowi ini. Pak Jokowi kaku, tegang banget nih. Pak saya mau tanya yang santai dulu deh, tadi di mobil ngapain Pak? Biasanya di mobil ngapain?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Di mobil apa ya, ya buka-buka social media dan berita-berita online.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Widih, anak sosmed.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sambil dengerin lagu-lagu.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Waduh. Sambil telepon-telepon menteri enggak, Pak?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ndak, kalau siang-siang gini kita panggil, kita undang tapi kalau malam hari/tengah malam saya telepon.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Wah, ngeri. Paling malam telepon jam berapa?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya enggak mesti ya, bisa jam sepuluh, bisa jam dua belas, bisa jam satu, bisa setengah dua, bisa setengah tiga.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Waduh.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kalau menterinya sulit, ya ajudannya.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Wah dibangunin?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya, saya suruh bangunin. Enggak, kalau penting mesti seperti itu. Saya biasa seperti itu. Tanyakan ke menteri-menteri, atau ke Panglima, atau ke Kapolri, atau yang terakhir saya telepon KASAD itu jam berapa, setengah satu, karena demo dan lain-lain. Biasa.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Waduh, biasa keganggu menteri-menterinya, Pak ya?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya. Ya memang harus diganggu.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Oke. Yang kedua ini Pak, ini kan suasananya kabinet sudah selesai ini, perasaan Bapak gimana, Pak? Artinya kabinet selesai, Bapak bikin kabinet ini kayak gimana sih sekarang ini?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya saya ingin yang kabinet baru ini adalah kerja tim, teamwork. Karena agenda-agenda besar kita ini memerlukan sebuah kerja tim. Enggak bisa kerja sektoral, enggak bisa kerja menteri jalan sendiri, menteri jalan sendiri, enggak bisa. Harus kerja tim.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Oke. Apakah kabinet ini akan lebih kompak Pak, daripada yang sebelumnya?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Saya lihat insyaallah akan jauh lebih kompak.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Oke. Nah Pak Jokowi, ini kan sudah term pertama sudah dilewatin ini Pak, kalau dijelaskan kan panjang lebar Pak, kita enggak banyak waktu, kalau Bapak dengan tiga kata merumuskan pengalaman lima tahun kemarin itu apa saja Pak?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Tantangan, kerja keras, optimisme.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Oke. Yang terakhir, optimisme ini optimisme apa? Setelah lima tahun ngelihat optimisme, optimisme untuk apa ini

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya tadi, tantangannya besar tapi kalau dilalui dengan kerja keras, dari pengalaman kemarin, optimis itu bisa diselesaikan.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Oke. Dan ini Pak, menurut Bapak, ini, ini pertanyaan agak iseng lagi Pak, biar enggak bosan yang ini, Bapak enggak bosan nih ngelihat Pak Bas sama Pak Budi ini? Kan ikut kemana-mana terus ya?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bosan.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Ya. Atau dipilih gara-gara…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya saya kan omong apa adanya kan. Ditanya bosan, ya bosan.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Pak, kita yang ngelihat di TV saja juga bosan Pak. Jadi itu kalau dilihat di infrastruktur dan perhubungan itu kan masif, gede-gedean banget Pak di era lima tahun kemarin ya, kenapa Bapak memilih fokus infrastruktur dan perhubungan ini di lima tahun kemarin?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya yang pertama saya ini terbiasa kerja fokus. Saya enggak mau kerja semuanya dikerjain kemudian hasilnya enggak jelas. Lebih bagus fokus tapi hasilnya bisa terukur, ada angka-angkanya. Yang saya inginkan itu.

Jadi kenapa infrastruktur? Karena ini menjadi sebuah fondasi bagi negara kita untuk berkompetisi dengan negara-negara lain. Tadi sudah disampaikan oleh beliau, mengenai indeks competitiveness kita, indeks daya saing kita terhadap negara-negara lain dan kita masih pada posisi di tengah. Kita ingin berada pada posisi di depan.

Dan infrastruktur itu bukan urusan masalah membuat jalan tol, membuat airport, membuat pelabuhan, atau membuat pembangkit listrik, ndak. Infrastruktur itu, yang pertama cipta lapangan kerja, menciptakan lapangan kerja, infrastruktur.

Yang kedua, menciptakan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru. Bukan uang beredar, PDB ekonomi kita hanya di Jakarta, hanya di Jawa, ndak. Kita ingin ada titik-titik pertumbuhan ekonomi baru.

Kemudian yang ketiga, ada perbaikan jaringan logistik kita karena ini negara ini 17.000 pulau. Bapak-Ibu bisa bayangkan 17.000 pulau yang memerlukan semuanya infrastruktur sehingga jaringan logistik kita akan menjadi lebih baik. Kemudian ini juga memberikan fasilitas kepada produksi, memfasilitasi produksi sehingga infrastruktur yang sudah kita kerjakan lima tahun kemarin harus disambungkan dengan sentra-sentra produksi, baik itu produksi pertanian, produksi nelayan, produksi sentra-sentra industri kecil, kawasan industri harus terhubung ke sana semuanya.

Kemudian yang keempat, ini juga pelayanan publik. Karena apapun, ada sekolah tidak ada jalan menuju ke sekolah, bagaimana? Ada puskesmas atau rumah sakit tapi enggak ada jalan ke sana, bagaimana orang akan datang ke sebuah puskesmas? Ini pelayanan publik.

Saya berikan contoh yang paling nyata, misalnya dari Wamena ke Nduga yang sebelumnya harus jalan kaki butuh waktu empat hari empat malam. Dengan jalan yang sudah dibangun oleh Kementerian PU, dari Wamena ke Nduga sekarang hanya kira-kira lima-enam jam sudah sampai. Sehingga kalau ada yang sakit di Nduga, untuk dibawa ke rumah sakit di Wamena tidak harus kita membopong selama empat hari empat malam. Bisa dibawa dalam mobil, dengan sepeda motor ke rumah sakit. Itu hanya dalam empat, lima, atau enam jam. Ini pelayanan publik.

Kemudian yang paling penting bahwa kita membangun infrastruktur ini juga membangun peradaban. Orang sering lupa. Kita ini membangun peradaban: budaya antre, budaya disiplin. Dan itu terlihat, misalnya kita membangun MRT, kelihatan di situ orang mulai ada budaya antre, budaya disiplin untuk masuk secara berurutan. Nanti LRT jadi juga seperti itu. Ini membangun sebuah peradaban. Atau kalau kita membangun nanti airport di pulau-pulau yang belum ada airport-nya juga sama, ini membangun peradaban.

Kemudian yang terakhir, infrastruktur itu adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Tidak hanya di Jakarta yang dibangun, tidak hanya di Pulau Jawa yang dibangun tetapi juga seluruh provinsi yang ada di negara ini harus kita sentuh dengan kehadiran infrastruktur-infrastruktur yang kita bangun. Artinya, ini infrastruktur artinya banyak sekali. Dan dengan itulah kita nanti memiliki fondasi yang kuat untuk berkompetisi dengan negara lain. Lewat tadi, ukur-ukuran indeks daya saing, indeks competitiveness yang itu akan terlihat kita di urutan berapa, angkanya berapa.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Oke. Kalau saya lihat Pak, ini menantang banget ya, 17.000 pulau, mesti membangun infrastruktur dari Aceh sampai Papua, ujung utara-ujung selatan. Makanya suka telepon menteri malam-malam, itu kali Pak Ya?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya. Kalau enggak kita…, kadang-kadang saya masih tulis-menulis malam itu, ada hal yang sangat penting ya saya telepon. Saya perintahkan, “ini harus diselesaikan dengan cara ini, ini, ini, ini. Ini harus dirampungkan karena memerlukan ini.”

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Kalau orang bilang mungkin begini Pak ya, “emang enak jadi presiden!”

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Enak. Enak pusingnya maksudnya.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Enak pusingnya. Tidur berapa jam Pak jadinya, setelah ngurusin ini, itu?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kalau saya tidur itu sering sih. Di mobil dari Jakarta-Bogor saya bisa tidur, dari Bogor ke Jakarta juga bisa tidur. Di pesawat bisa tidur tiga puluh menit, dua puluh menit. Atau di helikopter pun saya itu bisa tidur. Jadi yang lain-lain enggak bisa tidur, saya tidur sendiri, sepuluh menit-lima belas menit. Kalau malamnya ya memang tidurnya mungkin dibanding yang lain saya lebih sedikit tapi saya memang bisa, ya ini alhamdulillah diberikan kenikmatan itu, gampang tidur di manapun, dengan suara apapun. Kayak heli itu suaranya seperti itu juga tidur saja.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Kalau di rumah malah enggak bisa tidur ya?

Pak, tapi saya pengin tanya, itu fondasinya sudah bagus nih, infrastruktur dan perhubungan, apalagi yang bisa membuat Bapak yakin bahwa Indonesia ini bakal menjadi negara maju? Karena kalau kita lihat setiap pemimpin itu membawa ke gerbong-gerbong yang berbeda. Soekarno membawa gerbong kemerdekaan, Soeharto membawa gerbong kemajuan, habis itu kita memasuki gerbong demokrasi, habis itu kita akan memasuki gerbong kemajuan dan itu Bapak yang merintis pembukaan gerbong itu. Seberapa yakin Bapak Indonesia akan menjadi negara maju di 2045?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ini yang saya pelajari dari negara-negara maju dan negara-negara besar yang sudah jauh mendahului kita, ya memang tahapan besarnya itu. Infrastruktur ini kita kerjakan dan nanti akan terus tetap dilanjutkan. Kemudian kita akan masuk ke agenda besar yang kedua, ini yang lebih sulit menurut saya, pembangunan sumber daya manusia. Dua hal besar ini akan menjadi sebuah fondasi kokoh bagi kita untuk menuju ke Indonesia Emas 2045. Baru masuk ke tahapan besar yang selanjutnya, yaitu di bidang inovasi dan teknologi. Silakan siapapun pemimpinnya yang akan datang, memang mau tidak mau harus kita giring untuk masuk ke agenda besar inovasi dan teknologi. Tapi sekarang ini, fondasi yang sangat diperlukan ya tadi yang saya sampaikan, infrastruktur kemudian agenda besar berikutnya sumber daya manusia.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Pak, kalau saya lihat tadi pencapaian lima tahun ke belakang kan sudah cukup masif Pak. Bisa saya katakan itu salah satu pembangunan infrastruktur terbesar sepanjang sejarah ya, kalau saya bilang. Mungkin ntar bisa dibuktikan lewat data dan angka. Untuk lima tahun ke depan perhubungan dan PUPR ini Pak, mau dikasih tugas apa?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya masih, melanjutkan infrastruktur yang ada tetapi mulai dihubungkan. Misalnya, airport jadi, contoh ini airport di Labuan Bajo jadi, ini harus dikoneksikan/dihubungkan dengan kawasan-kawasan wisata yang ada di sekitar airport itu. Lewat apa? Jalan-jalan yang diperlebar, diperbaiki menuju ke sana, airport-nya jadi, runway-nya sudah diperpanjang, harus terkoneksikan ke titik-titik yang lain.

Misalnya tol jadi, harus dihubungkan. Ini kalau hanya tol saja enggak akan sambung dengan yang namanya men-trigger pertumbuhan ekonomi, enggak mungkin. Ini harus disambungkan dengan sentra-sentra produksi, masukkan ke sentra pertanian, sentra perkebunan, sentra-sentra nelayan, ini dihubungkan lagi. Belum rampung ini infrastruktur ini. Hubungkan lagi dengan kawasan wisata. Sehingga munculkan nanti titik-titik pertumbuhan ekonomi baru. Dan itu agregatnya akan muncul di dalam PDB ekonomi kita di pertumbuhan ekonomi secara nasional, akan kelihatan nanti. Ini belum rampung. Jadi jangan…

Ini memang pekerjaan yang…, pekerjaan/agenda besar, pekerjaan besar tapi tidak langsung bisa dinikmati langsung. SDM apalagi, itu akan kelihatan sepuluh, lima belas, atau dua puluh tahun yang akan datang, tidak sekarang. Tapi risiko itu yang harus kita berani ambil. Memang tidak akan nampak tapi akan kelihatan nanti kalau sepuluh, lima belas, dua puluh tahun lagi kita melihat anak-anak kita sekarang muncul dalam level SDM yang kualitasnya lebih baik.

Karena sekarang memang disiapkan dulu. Misalnya hal-hal yang harus kita geser, ada shifting dari yang pekerjaan lama ke pekerjaan baru. Banyak sekali: teknisi coding, teknisi programming, itu baru kelihatan nanti, dan yang lain-lainnya, mungkin yang berkaitan dengan AI (Artificial Intelligence), yang berkaitan dengan ya hal-hal yang sekarang ini akan muncul pekerjaan-pekerjaan baru yang memang harus disiapkan dari sekarang. Artinya ada upscaling, artinya ada perbaikan skill, kualitas skill, semuanya memang.

Wakil Ketua Umum Inisiator Indonesia (Roby Muhamad)
Jadi ini bukan hanya menghubungkan beton Pak, ya? Tapi menghubungkan ekonomi dan ujungnya menghubungkan peradaban begitu Pak, ya?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya, betul. Pada suatu titik, nah itu peradaban baru akan muncul.

Wakil Ketua Umum Inisiator Indonesia (Roby Muhamad)
Indonesia, peradaban baru. Luar biasa itu.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Ini Pak Bas sama Pak Budi….

Wakil Ketua Umum Inisiator Indonesia (Roby Muhamad)
Tugasnya berat.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Mau bicara sekarang? Atau mau nunggu? Deg-degan…, oke.

Wakil Ketua Umum Inisiator Indonesia (Roby Muhamad)
Ngomong peradaban, berat tugasnya.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Ini sedikit saja, mumpung ada Presiden, saya mau ngetes para Menteri-Menterinya, berani enggak? Sekarang Pak Presiden saja, tanya tanggung jawab mereka selama lima tahun ngapain saja, Pak? Jadi, saya pengin tanyakan langsung saja Pak, ya.

Selama lima tahun ini ngapain saja? Kita mulai dengan Menteri… itu dulu, enak saja. Pak, ini yang datang duluan nih, datang jam dua belas sudah di sini. Eh, sebentar, Pak Bas saya mau bacain lagi nih biar…, contekan. Fakta menarik tentang Pak Bas ya, “Menteri lucu itu bernama Basuki Hadimuljono.” Sampai ada yang bikin ini, Pak, “Sembilan potret uwu Menteri PUPR Hadimuljono yang menghibur netizen”. Uwu itu apaan, Pak? Unyu, ya. Habis itu, ini banyak banget, “Viral, Menteri Basuki beri salaman ke diri sendiri”. Pak, ini ceritanya lucu semua nih, Pak. Kesannya Bapak enggak serius nih, bikin PUPR nih. Tapi kalau saya lihat, statistik PUPR itu amazing. Saya bisa bilang tadi, infrastruktur terbesar sepanjang sejarah.

Yang sudah dilakuin lima tahun, ngapain saja, Pak? Ini sudah empat puluh tahun Pak Bas ini di PUPR. Saya umur lima tahun, beliau sudah bangun jembatan. Silakan, Pak Bas. Empat puluh tahun, Pak Bas?

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Ya, pada saat saya, lima tahun ke belakang, kan? Yang lalu, kan?

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Ya, enggak empat puluh tahun Pak, kelamaan.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Bukan, apa yang sudah saya lakukan, jadi pada saat saya ditunjuk beliau untuk menjadi Menteri PUPR yang 2014, tugasnya itu, semua tugas harus…beliau ini kan bekerja detail dan target. Kalau sudah ditarget, kalau saya sudah bilang bisa, ya harus bisa. Makanya kalau yang di 2015-2019, kalau teman-teman masih ingat, kerja saya rock and roll, begitu kan. Rock and roll, jadi kalau orang biasa dengan kerja satu sif, jam tujuh/jam delapan sampai jam lima, pasti enggak akan bisa. Jam lima sampai jam sepuluh pun masih kurang. Makanya harus tiga sif, tujuh hari seminggu. Dan itu saya cek betul. Itu makanya saya bilang, ini kita enggak bisa lagi kerja dengan langgam lagu pop. Lagunya harus rock and roll supaya kita bisa….

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Ngobrol rock and roll tapi serius banget, Pak Bas.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Iki deg-degan, rek…. Jadi, tugas itu yang saya kerjakan. Saya dulu memang kalau saya ditanya, “apa misinya Pak Basuki?” Saya enggak punya misi. Misi saya melaksanakan visi Presiden. Jadi kalau visi Presiden dalam, baik yang kemarin maupun yang ke depan, enggak tercapai di bidang infrastruktur PUPR, bukan beliau yang salah. Bukan saya bicara, omong di depan beliau, tapi saya yang bersalah kalau sampai ada yang tidak tercapai dan ada yang tidak tercapai. Ya memang waktu dibahas di Sidang Kabinet, target-target kan, ya namanya target, pasti bisa ada yang tercapai, ada yang tidak tercapai. Jadi beliau juga sudah mengetahui, Pak JK juga sudah. Jangan diturunkan target, jadi tetap target yang tercapai yang mana, yang belum mana, ini yang akan kita teruskan, begitu.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Oke. Kalau, ntar kalau data statistiknya berapa kilometer jalan, jembatan, itu bisa dibagikan ntar Pak, ya?

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Jangankan statistiknya, fotonya pun saya punya, bukti kan? Bukti, kan?

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Foto uwu. Perlu bukti.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Perlu bukti, iya.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Kalau Pak Bas nih, mumpung ada Bapak Presiden. Dalam tiga kata, kerja sama Pak Jokowi itu seperti apa?

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Nikmat, walaupun beliau bosan dengan saya begitu tapi saya nikmat. Deg-degan. Terukur.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Terukur, ditarget itu soalnya Pak, ya?

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Iya. Dan nikmat karena beliau memercayai kita penuh. Jadi saya kerja dua, trust and loyalty. Beliau trust dengan saya, saya loyal pada beliau.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Oke. Ini masih banyak pertanyaan bagus, sayang waktunya Bapak enggak banyak ya. Saya akan beralih ke Pak Budi Karya Sumadi sebentar. Kalau di Kemenhub….

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Terus saja enggak apa-apa.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Ih…kayak begitu tuh, Pak. Tadi makan siang cerewet banget, di sini enggak mau omong. Kalau Pak Budi Karya Sumadi, di Perhubungan sendiri seperti apa, Pak? Lima tahun kemarin ngapain saja? Apa yang dibangun?

Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi)
Ya, saya dulu telah terbiasa atau pernah dengan Pak Presiden, ya. Jadi memang tugasnya tuh begitu menantang begitu, ya. Sehingga kalau, seperti kalau kita mau ujian itu kan, kalau menantang adrenalinnya keluar terus begitu, ya. Jadi, setiap saat adrenalin itu keluar dan ini yang menjadi modal yang paling besar bagi saya. Jadi, menantang dan karena menantang, kita harus all effort, harus serius banget begitu, untuk mengerjakan itu. Karena tugas-tugasnya selalu beyond gitu, “apa iya bisa dikerjain?” Ya, sekian bandara, waktunya Presiden selesai lho. Tahun depan 2020, lima Bali baru, apa iya? Tapi saya yakin karena kita itu adrenalinnya selalu keluar, kita semangat sekali.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Kalau tiga kata, pengalaman bekerja dengan Pak Jokowi, apa saja?

Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi)
Satu ya, menantang. Pasti menantang, selalu menjadi itu.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Ngeri ya kerja dengan Pak Jokowi?

Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi)
Ngeri, ngeri. Tapi yang kedua, gembira, ya. Karena beliau tahu persis, kita itu kerja apa enggak. Kelihatannya saja Pak Jokowi itu enggak melihat.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Kalau kerja bagus, gembira Pak, kalau enggak bagus, ngeri.

Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi)
Jadi kalau kita kerja itu, kelihatannya Pak Presiden itu enggak melihat tapi apa yang kita kerjakan, tahu. Makanya kita harus optimis. Jadi satu menantang, kedua gembira, yang ketiga adalah harus optimis.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Optimis, oke. Saya sekarang kembali ke Bapak Presiden ini. Sebentar, pertanyaannya lupa nih Pak, saya, Pak. Tadi negara maju, ini PUPR, ini… untuk ibu kota, Pak, ini bisa jadi representasi Indonesia Maju. Konsep Bapak untuk ibu kota negara baru ini seperti apa? Kalau Pak Bas tadi mau mindahin ibu (kota) negara, ke Cimahi. Pak Bas ini lumayan, ini. Bagaimana Pak, untuk bahwa ibu kota baru ini, itu representasi dari Indonesia maju juga?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya, kita ini juga ingin menunjukkan bahwa ini negara besar dan pada suatu titik nanti akan menjadi negara dengan… masuk dalam ekonomi terkuat, lima besar dunia atau empat besar dunia atau tiga besar dunia. Karena memang tantangan-tantangan yang ada menuju ke sana itu, kelihatan. Sehingga, yang pertama yang perlu saya sampaikan, di Jawa ini penduduknya kira-kira 56 persen dari seluruh penduduk yang ada di negara kita. Yang ada di Jawa, 56 persen, jumlahnya kira-kira 149 juta, kurang lebih. Kemudian, PDB ekonomi, 58 persen itu ada di Pulau Jawa juga dan paling gede itu ada di Jakarta. Sehingga ini perlu yang namanya pemerataan.

Oleh sebab itu, kita… dan ini kan memang rencana dan gagasan ini kan sudah dimulai sejak zaman presiden pertama kita, Bung Karno. Zaman Pak Harto juga ada keinginan untuk memindahkan dan kajian-kajian yang lalu-lalu kan juga sudah ada. Sehingga lima tahun yang lalu, kita memulai kajian itu lagi. Sebetulnya di mana sih tempat yang paling tepat untuk pemindahan ibu kota. Ketemu, ditemukan yaitu di Kaltim.

Kenapa di Kaltim, yang pertama memang dari sejarah itu jauh dari bencana, baik gempa bumi, tsunami, banjir. Itu sejarahnya di situ memang, hampir dikatakan belum pernah ada. Kemudian yang kedua, juga lahan yang ada tersedia. Dan itu lahannya, tanahnya adalah tanah negara sehingga tidak ada pembebasan lagi. Kemudian kita ingin nanti ini juga menjadi sebuah titik pertumbuhan baru.

Tetapi gagasan besar kita adalah, kita tidak hanya pengin pindah tempat, bukan itu, tapi kita juga ingin pindah pola pikir, kita juga ingin pindah budaya kerja, harus pindah semuanya nanti. Sehingga kultur kerja kita pindah itu harus berubah semua, sehingga kita harapkan di ibu kota baru ini sudah ter-install sistem yang baru. Oleh sebab itu, nanti birokrasi kita masuk, pemerintah kita masuk ke sana itu sistemnya sudah siap, orang mengikuti sistem. Inilah yang ingin kita bangun.

Dan kita juga, sudah saya sampaikan, karena ini dilombakan dan saya juga sangat surprise yang ikut lomba itu 755 perusahaan. Banyak sekali yang ingin ikut di dalam mendesain ide dan gagasan besarnya dulu. Yang saya sampaikan kepada mereka, bahwa kita ingin ibu kota ini adalah compact city. Yang kedua, juga tadi ter-install sebuah sistem yang baik, artinya juga smart city. Yang ketiga, green ya, artinya zero emission. Sehingga nanti kayak fasilitas infrastruktur yang paling diutamakan itu pejalan kaki. Yang kedua, kalau agak jauh berarti juga sepeda, jalur sepeda. Yang ketiga, kalau tidak bisa dua ini, masuk ke transportasi publik tetapi juga yang memakai bahan bakar yang bebas emisi. Kira-kira itu anunya, konsep besarnya.

Dan yang ingin kita bangun bukan hanya masalah gedung pemerintahan, bukan itu. Jadi yang tadi, kita ingin ada sebuah peradaban baru di ibu kota ini, sehingga nanti ada klaster-klaster. Di sini ada klaster pemerintahan, nanti di sini ada klaster untuk pelayanan pendidikan, artinya dari TK, SD, SMP, dan universitas. Kita juga ingin membangun universitas yang betul-betul yang masuk di sini adalah, kalau enggak top50 ya top40, atau yang top100. Pokoknya yang di situ punya world class university. Ini konsep besarnya.

Juga di pelayanan kesehatan juga sama, ada klaster rumah sakit. Dan juga ada klaster untuk inovasi dan teknologi. Kira-kira klasternya itu saja. Sehingga kita harapkan talenttalent global, talenttalent kita ini bisa bertemu di sini. Dan inilah ide besar, sehingga saya ingin menyambungkan misalnya, kita memang harus ini harus mulai menyiapkan bagaimana agar, baik talenttalent kita maupun talenttalent global ini mau ke sana. Ya itu, harus ada daya tarik yang kuat sehingga ibu kota ini betul-betul memang sebuah Indonesia yang baru dengan peradabannya yang baru pula.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Kalau dari paparan Bapak tadi, Pak Bas sendiri siap enggak membangun ibu kota baru?

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Ini saya kira nikmat saya bekerja dengan beliau. Jangan ketawa dulu, jangan ketawa dulu. Jadi begini, pada saat ditugasi untuk itu, supaya ini optimis, ”bisa enggak, Pak Bas?”, “Bisa, Pak!”. “Oke, kalau begitu, tahun 2024 yang harus pindah pertama kali adalah PUPR.” Ini nikmat ini Pak. Ini challenging, demanding.

Jadi itu yang, kalau kita tidak dipaksa gitu pasti enggak akan kerja keras. Kayak kita dulu misalnya dapat PR hari Senin, dapat PR, dikumpulkan Senin depan, kerjanya pasti Minggu malam.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Seperti itu ya?

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Bapak juga kan, pasti begitu. Sehingga saya kira dengan kerja beliau ini, supaya terlihat optimisme kita, kita serius untuk pindah ibu kota dengan tujuan gagasan besar tadi, tahun 2024 kalau sudah mulai ada pemindahan, dan yang pertama harus pindah adalah Kementerian PUPR.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Nikmat itu ya?

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Nikmat, untuk itu saya harus kerja keras.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Pak Bas, satu lagi pertanyaan buat Bapak. Tadi kan ibu kota baru nih. Lima tahun kemarin sudah dibangun besar-besaran Pak. Jalan tol saja sudah 1.500 kilometer, yang dulu per tahun cuma dibangun dua puluh kilometer sekarang tiga ratus kilometer per tahun. Kira-kira tahun ini itu akan dibangun jauh lebih besar atau masih mengikuti ritme yang sama Pak Bas?

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Lima tahun ke depan, sesuai dengan target beliau, sekitar 2.500 kilometer kita akan bangun. Karena Trans Sumatra Toll harus nyambung, kemudian Cigatas (Cileunyi-Garut-Tasik), kemudian Kulonprogo-Jogja-Solo, dan Bawen-Solo, belum nanti Semarang-Demak-Kudus-Pati-Rembang-Tuban. Ini nanti dari Samarinda-Balikpapan langsung ke IKN (Ibu Kota Negara) itu juga tol lagi, ke Bontang. Jadi kira-kira kami hitung harus selesai 2.500 kilometer tol (dalam) lima tahun ke depan.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Ternyata enggak berhenti ya, terus saja ini ya?

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Begini Bapak, jadi seperti yang beliau bilang tadi, kita ini ketinggalan. Kalau tadi dibilang kalah dengan Malaysia, dengan Thailand, tapi masih menang dengan Vietnam, kita harus ngejar terus. Stok infrastruktur kita kan paling rendah. Jadi kita mau mengejar ini, bukan mau wah-wahan atau gimana. Kita ini hanya sekadar mau mengejar, itu harus kerja kayak gitu. Iya. Jadi jangan dikira, “wah ini ugal-ugalan, apa gimana.” No, wah bahasa Inggris. Jadi ini untuk, benar-benar untuk hanya mengejar ketertinggalan kita terhadap negara-negara di sekitar kita saja. Ya.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Pak Bas, denganproject sebanyak itu ya. Pernah libur enggak, dikasih libur enggak sama Presiden? Nah, ketawanya enggak enak nih Pak.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Beliau sendiri enggak pernah libur, masa kita libur? Beliau ini kalau enggak ini… besok sudah ngajak pergi saya. Dulu malah kita dengan protis (Protokol Istana), “Pak Menteri, ini alhamdulillah ini. Dua minggu ini beliau akan stay di Jakarta.” Saya bilang, “emang tahan dua minggu di Jakarta?” Nah, ternyata enggak. Seminggu sudah ngajak pergi itu. Jadi saya kira kalau soal libur, saya kira buat kami, buat kabinet ini adalah cukup barang mewah untuk libur.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Lima tahun ya.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Bapak, kalau kita libur tiga minggu itu malah bingung, malah bingung.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Awas lho, omongnya di dekat Presiden lho.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Beliau tiga hari di rumah itu sudah enggak nyari mal pasti kan, sudah maunya pergi saja, karena sudah kebiasaan ritmenya gitu, body clock-nya sudah kayak gitu.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Oke, ntar akan kita tagih di lima tahun kemudian, Pak.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Insyaallah.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Nah sekarang ke Kementerian Perhubungan. Jadi saya pengin tahu ini, sekarang di era kan ada yang baru nih, ada MRT, LRT, ntar pengembangannya seperti apa itu di masa depan?

Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi)
Ya tadi ya, menantang dan beyond, gitu ya. Jadi Pak Presiden, saya bayangin kan waktu itu, “oh, ngembangin Jakarta saja seratus kilometer lima tahun itu,” Tiba-tiba ada ibu kota baru, gitu ya. Saya pertama kali sedikit pesimis tapi begitu tahu Pak Presiden memilih tempatnya itu indah sekali, wow, nanti sekali-kali kita lihat ke sana. Ada satu danau yang panjang, lebarnya lima kilometer panjangnya delapan puluh kilometer, dan situ ada hutan…

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Itu teluk itu, bukan danau. Teluk. Teluk.

Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi)
Oh, aku baru belajar.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Oh, gitu ya.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Pak Bas kalau bukan sesinya enggak usah omong.

Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi)
Sebenarnya Pak, saya sudah belajar cara kalau jawab interupsi itu bagaimana, tapi tetap enggak bisa. Ya dengan itu saya pastikan, apalagi ada satu ide peradaban baru. Satu contoh kota baru, ada tempat kesehatan world class, ada universitas world class. Kalau Pak Basuki pertama kali berkantor di sana, saya pertama kali naik kereta api ngajak Pak Jokowi di sana. Keretanya kereta listrik lagi, kan keren.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Kalau selain di ibu kota baru Pak, pegembangan MRT, LRT akan seperti apa? Ini kan sudah dicoba itu kemarin ya LRT di Cibubur ya.

Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi)
Jadi ide Pak Presiden, waktu itu saya cerita belakang, saya kan di DKI, itu ngomongin LRT hampir dua puluh tahun, MRT. Jadi bosan, ganti gubernur omong lagi, ganti gubernur omong lagi. Pak Presiden hanya dalam waktu mungkin dua-tiga bulan jalan, begitu. Jadi yang menginisiasi kereta api itu bukan pemerintah pusat, tapi Pak Presiden waktu itu berani. Sampai kita ketar-ketir, apa bisa itu. Tapi itu selalu menantang, beyond, dan terlaksana. Jadi MRT itu membanggakan sekali.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Oke. Nah Indonesia ini kan luas banget Pak. Daerah-daerah terpencil enggak terjangkau pun banyak banget. Ini saya dengar bikin bandara-bandara perintis gitu ya. Itu ada berapa bandara perintis yang sudah Bapak bangun di lima tahun kemarin?

Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi)
Kalau bandara perintis kira-kira kita membangun dan merenovasi kira-kira hampir lima puluh. Ya, bayangkan kalau di puncak-puncak, kemarin Pak Presiden, saya ngeri juga kemarin di Pegunungan Arfak, itu masuk sana itu kabut semuanya. Terjadi waktu itu di Maluku Utara, semua Pangdam, Kapolda enggak berani. Saya kan tahu Pak Presiden, makin ditantang makin jalan itu. Waktu di Maluku Utara saya jalan dulu walaupun ketar-ketir ya. Benar, begitu datang, Pak Panglima terpaksa ikut. Nah, ini juga kemarin di Pegunungan Arfak, kan kita enggak pernah ke sana, tiba-tiba diajak ke sana. Suatu tempat yang indah sekali, ada danau yang indah, kita juga masuk dari celah-celah awan, mendarat. Masyarakat juga antusias sekali, dan saya pikir tempat itu memang mesti jadi tempat wisata.

Nah, banyak sekali tempat-tempat seperti itu yang kita di Jakarta ini enggak ngerti. Di ujung. Dan juga dia merasa, entar dulu…

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Pak Bas mau nyolot lagi. Pak Presiden… Enggak saya kasih mic.

Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi)
Itu waktu di Miangas ya, kita sudah membangun jalan-jalan mendarat di sana. Miangas itu empat ratus kilometer dari Manado, hanya lima puluh kilometer dari Filipina. Mereka itu nyanyi Indonesia Raya, lagu kebangsaan bisa semuanya. Bayangkan kalau kita enggak kasih bandara, mereka enggak merasa Indonesia. Nah itulah tempat yang namanya Indonesia sentris di-placing oleh Pak Presiden dalam lima tahun ini. Dan itu terjadi gitu, bukan cuma cerita.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Nah saya ingin balikin lagi nih ke Pak Presiden.

Pak Ini tantangannya kan luas banget ini Pak. Mimpi Indonesia maju itu mimpi yang luar biasa besar ini. Ini closing juga buat Bapak ya, karena Bapak akan pergi dalam waktu lima menit. Bagaimana mewujudkan pemerataan pembangunan tadi Pak, kayak bandara perintis ini biar semuanya ikut maju semua?

Pak Bas tolong jangan nyela ya.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Basuki Hadimuljono)
Enggak berani kalau yang ini.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya, satu-satu apa yang dibutuhkan oleh sudut-sudut yang ada di setiap provinsi, di setiap daerah itu yang harus dikerjakan sehingga nantinya akan terjadi sebuah pemerataan ekonomi yang sesuai dengan apa yang kita inginkan, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kalau kita tidak berani atau menunggu, menunggu pertumbuhan ekonomi di provinsi itu terlebih dahulu atau menunggu pertumbuhan ekonomi yang ada di kabupaten itu dulu, ya ini kayak ayam sama telur. Sehingga kita harus berani memutuskan. Ya ini langsung bangun airport-nya. Ya ini harus bangun jalannya. Memang harus seperti itu, mendahului dulu. Karena rumusnya itu jelas, kalau ada infrastruktur itu baik pertumbuhan ekonomi pasti akan ada, akan tumbuh. Itu sudah teori ekonomi.

Kalau kita menunggu ekonominya tumbuh dulu baru infrastruktur diberikan, ya itu sampai kapan pun kita juga hanya menunggu, tidak menyerang. Kalau ini kita kan menyerang tetapi dengan sebuah perencanaan yang baik, dengan sebuah agenda besar dengan ukuran-ukuran yang sudah kita kalkulasi, kita hitung sehingga menjadi tembakannya itu tepat dan fokus.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Oke. Karena waktunya enggak banyak ya, kita akan closing segera baik buat Pak Bas dan Pak Budi. Kayaknya harus kita lanjutkan di bikin forum kayak gini lagi Pak biar waktunya lebih panjang nanti ya. Jadi saya pengin closing dari Bapak Presiden. Tolong yakinkan saya, yakinkan para media, yakinkan publik bahwa kita bisa menuju Indonesia Maju, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya kuncinya tadi, di depan saya sampaikan. Kuncinya kalau infrastruktur ini bisa kita selesaikan secepat-cepatnya sehingga indeks daya saing kita menjadi semakin baik. Yang kedua, pembangunan sumber daya manusia itu betul-betul kita bisa laksanakan sehingga kualitas skill dari SDM-SDM kita juga meloncat naik dan kita bisa masuk ke era inovasi dan teknologi itu benar-benar SDM-nya siap, ya sudah. Itu langsung betul-betul kita bisa lepas landas pada era Indonesia negara maju.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Terima kasih. Kita berikan applause kepada ketiga pembicara. Nanti akan kita lanjutkan di forum yang lain. Sebelum Bapak pulang, saya punya satu lagi sih Pak. Pak Bas kasihan dari tadi pegang mic mau omong enggak jadi.

Bapak, saya ada pertanyaan sedikit saja Pak dan ini harus Bapak jawab cepat nih. Tadi kan dilemesin, sebagai penutup saya lemesin saya minta Pak Presiden jawab dengan cepat, pertanyaan ini.

Pilih gunung atau pantai?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Gunung dan pantai.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Lha, Pak pilih satu, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Gunung.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Gunung. Kenapa gunung?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dingin.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Makan bubur diaduk atau makan bubur tidak diaduk?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya diaduk.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Wah dicampur ya.
Pakai pantofel atau pakai sneakers?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Yang saya pakai ini.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Habis itu saya mau tanya, ini sepatunya kok enggak ganti-ganti ya Pak ya?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Tapi bukan hanya satu, saya punya ini banyak banget sneakers ini. Jangan dipikir punya hanya satu, ndak. Saya kalau enggak keliru punya satu, dua, tiga, empat, lima, lima sepatu. Dengan warna yang sama, dengan ukuran yang sama, dengan merek yang sama.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Oh, maaf Bapak.
Pilih anak atau cucu?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Cucu.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Lha, Mas Kaesang kalau di luar sana jangan patah hati.
Masa SMA atau masa kuliah? Masa SMA atau masa kuliah?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kuliah.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Kuliah. Kenapa kuliah, begitu indah atau begitu…?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Gimana? Ya kan, apa ya? Mulai pacaran.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
SMA enggak pernah pacaran Pak?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya sudah tapi di kuliah kan pacarannya ya pacaran.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Terakhir sebagai penutup, mencintai atau dicintai?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dua-duanya, enggak bisa satu itu. Dua-duanya.

Ketua Umum Inisiator Indonesia (Iwan Setyawan)
Oke terima kasih Bapak Presiden, terima kasih Pak Basuki, terima kasih Pak Budi Karya Sumadi.

Menuju Indonesia Maju menurut saya bukan hanya impian tapi kerja keras yang akan kita tunggu bersama dan bisa dilakukan oleh kita bersama ke 2020.

Terima kasih rekan-rekan yang sudah hadir di sini. Terima kasih sekali lagi kepada narasumber. Kita akan lanjutkan di forum yang berikutnya.

Saya tutup. Langsung Pak Roby ya.

Wakil Ketua Umum Inisiator Indonesia (Roby Muhamad)
Ya, terima kasih atas kerja samanya. Terima kasih Bapak Presiden dan Bapak Menteri.

Selamat siang.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dialog Terbaru