Presiden: Indonesia Harus yang Terdepan dalam Kemajuan Ekonomi Digital
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa Indonesia tidak boleh tertinggal dalam kemajuan ekonomi digital bahkan harus berada di depan atau yang terdepan.
”Kita telah merasakan berkah dari ekonomi digital ini, tidak hanya dari platform digital marketplace konvensional. Siapa sangka masyarakat kita mampu melihat celah dari berbagai kanal media dan komunikasi digital yang kita miliki,” ujar Presiden Jokowi saat menyampaikan Keynote Speech pada Indonesia Digital Economy Summit 2020, Kamis (17/2), di Ballroom 2 & 3, Ritz Carlton Pacific Place, Provinsi DKI Jakarta.
Lebih lanjut, Presiden Jokowi mengajak untuk melihat akun media sosial (medsos) masing-masing seperti Facebook, Twitter, Instagram, maupun WA (Whatsapp) group karena dirinya yakin banyak lapak-lapak penjual yang berseliweran di kanal medsos tersebut, yang menawarkan berbagai produk kebutuhan sehari-hari.
”Saya lihat ada yang jualan pakaian, ada yang jualan makanan, ada yang jualan obat peninggi badan, dan akhir-akhir ini saya lihat banyak yang jualan krim pemutih kulit. Saya kadang-kadang lihat, “ini apa”, tapi inilah sebuah kreativitas,” kata Presiden.
Bahkan, lanjut Presiden, di Instagram miliknya sendiri banyak yang menawarkan obat penggemuk badan dan meski sempat terpikir apakah laku atau tidak, tetapi karena marketing-nya begitu gencar kemungkinan barang tersebut ada peminatnya.
”Ini adalah sebuah kreativitas yang luar biasa. Mungkin tidak banyak masyarakat negara lain yang cara-cara berjualan di pasar-pasar digital seperti kita di Indonesia. Dalam lingkup yang kecil-kecil, mungkin juga dalam kapasitas yang kecil-kecil, tapi banyak yang melakukan,” imbuhnya.
”Sampai saat ini Indonesia juga merupakan negara dengan nilai ekonomi digital terbesar di kawasan ASEAN, dengan pertumbuhan yang paling cepat. Coba kita lihat, 2015 nilai ekonominya USD8 miliar,” tambah Presiden.
Kepala Negara mengalkulasi kira-kira USD8 miliar ini kalau dijadikan rupiah berarti sekitar Rp120-an triliun ya. Ia menambahkan bahwa pada tahun 2019 sebesar USD40 miliar atau sekitar Rp560 triliun, dan diprediksi di tahun 2025 Indonesia akan memiliki USD133 miliar.
”Indonesia juga tercatat memiliki ekosistem startup yang paling aktif di Asia Tenggara, nomor 5 di dunia, nomor 5 di dunia setelah Amerika (Serikat), setelah India, setelah Inggris dan Kanada. Kita nomor 5. Ini supaya dimengerti betul, kita nomor 5 setelah Amerika (Serikat), India, Inggris, dan Kanada. Dan kita memiliki 2.193 startup, ada 1 decacorn, ada 4 unicorn, dan salah satunya saya jadikan menteri founder-nya,” Presiden menjelaskan.
Hal itu belum cukup, menurut Presiden, Indonesia masih memiliki potensial pasar digital karena dengan jumlah penduduk 267 juta yang merupakan sebuah pasar yang sangat besar dan populasi terbesar keempat di dunia.
”Penetrasi pasar internet 65 persen di tahun 2019, naik 10 persen dibandingkan tahun 2018 yang 55 persen. Besar sekali, hati-hati besar sekali. Di tahun 2018, informasi yang saya dapat juga, ada 171 juta pengguna internet di Indonesia, 171 juta internet di Indonesia. Internet user 171 (juta), betul-betul sebuah pertumbuhan yang sangat pesat sekali, sangat cepat sekali,” tuturnya.
Untuk itu, menurut Presiden, potensi seperti ini harus kita manfaatkan. ”Tadi Pak Satya Nadella juga menyampaikan ingin mendorong agar dunia bisnis kita, dunia usaha kita bisa bekerja lebih efisien, bisa bekerja lebih cepat, bisa bekerja lebih efektif. Inilah yang ingin kita inginkan,” kata Kepala Negara.
Jumlah ini, lanjut Presiden, diprediksi akan terus meningkat sejalan dengan telah selesainya pembangunan infrastruktur telekomunikasi, yaitu Palapa Ring yang terhubung/menghubungkan lebih dari 500 kabupaten dan kota yang ada. ”Jaringan internet broadband yang berkecepatan tinggi, ini yang kita akan terus garap,” sambung Presiden.
Turut hadir mendampingi Presiden di antaranya Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Seskab Pramono Anung, Mendikbud Nadiem Makariem, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Menkominfo Jhonny G. Plate. (FID/EN)