Dialog dengan Para Pengusaha Ikan dan Penyedia Jasa Pelayaran, 25 Maret 2021, di Pelabuhan Yos Sudarso, Kota Ambon, Provinsi Maluku

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 25 Maret 2021
Kategori: Dialog
Dibaca: 1.276 Kali

Gubernur Provinsi Maluku (Murad Ismail)
Bismillahirahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Selamat pagi Bapak Presiden, Pak Menteri.

Saat ini telah ada bersama kita adalah pengusaha-pengusaha perikanan yang melakukan kegiatan usaha pengelolaan ikan di Provinsi Maluku. Produksi perikanan yang dihasilkan yaitu tuna loin yang tadi kami bicara dengan Bapak Presiden bahwa kami telah mengirim tuna loin itu dalam bentuk pengepakan sebesar 83 ton ke Los Angeles melalui Pelabuhan Yos Sudarso. Ada tuna gelondongan beku, tuna gelondongan fresh, ikan cakalang beku, ikan pelagis –ikan pelagis ini ikan kecil-kecil seperti (ikan) kawalinya, kalau di Jakarta bilang ikan tude/ikan kembung di sini bilang ikan tatare, itu ikan yang kecil-kecil pelagis—dan ikan demersal. Produksi ini selain dipasarkan di dalam negeri juga telah diekspor ke Amerika Serikat, Jepang, Vietnam.

Perusahaan-perusahaan yang ada di sini antara lain PT Perikanan Nusantara yang punya Pak Erick (Erick Thohir, Menteri BUMN) BUMN, PT Samudera Indo Sejahtera, PT Harta Samudra, PT Aneka Sumber Tata Bahari, PT Maluku Prima Makmur, dan PT Peduli Laut Maluku. Ini orang-orang ini semua yang sekarang ini telah membantu Maluku untuk ekspor ikan, baik itu fresh maupun loin, ke luar negeri (yaitu) Narita-Jepang sama Los Angeles.

Di hadapan Bapak ini, untuk itu kami serahkan kepada Bapak untuk dialog dengan mereka, Pak Presiden.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ada yang mau bicara? Terbuka saja, pokoknya kalau ada gubernur yang macam-macam, aku kasih tahu sama Presiden.

Kuntoro Alfred Kusno (Pengusaha Ikan PT Aneka Sumber Tata Bahari)
Siap. Terima kasih.

Selamat pagi, Bapak Presiden yang saya hormati, Pak Jokowi;
Bapak Menteri, Pak Erick kebetulan dulu manajer saya Pak, main basket di Amerika;
Bapak Gubernur yang saya hormati.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Izinkanlah saya memperkenalkan diri dulu. Nama saya Kuntoro Alfred Kusno, kami telah berkecimpung di dunia perikanan sejak tahun 1993, Pak. Lokasinya di Desa Tulehu yang rencana pembangunan (Ambon) New Port, nah di situ Pak, kira-kira dua kilometer dari situ, Pak.

Jadi sudah 28 tahun Pak di sektor perikanan. Saya singkat saja, saya ada tiga poin Pak, yang saya pengin share ke Bapak. Pertama, itu kami masalah laboratorium uji mutu, Pak. Selama ini kami harus kirim ke Bali, waktu dan biaya yang cukup mahal. Di Ambon sendiri belum ada seperti pengujian logam berat, histamin, dan juga terakhir ini kita mesti uji COVID-19, Pak. Jadi butuh waktu dan butuh biaya.

Yang kedua, itu masalah logistik. Mungkin Bapak bisa lihat, di Maluku ini khususnya di Pulau Ambon, tidak terlalu banyak investor di sektor perikanan karena kita mengalami itu biaya logistik yang cukup tinggi. Contohnya seperti saya ekspor ke Jepang, ke daerah selatan, Fukuoka Pak, itu khusus ikan cakalang dibuat katsuobushi Pak, jadi sebagai pengganti MSG (monosodium glutamate) itu. Nah, saya minimum harus mengorder 40 feet container dari Surabaya at least dua minggu, Pak baru dikirim kosong ke Ambon. Sampai di Ambon, saya mesti tracking lagi dari pabrik ke sini pakai mobil Thermo King. Jadi betul-betul yang tadi itu betul Pak, double handling, Pak. Karena 40 feet ini, maaf infrastruktur di Kota Ambon kan terlalu kecil, Pak jadi tidak bisa ditarik. Kecuali kalau 20 feet bisa, Pak. Lalu yang kedua…jadi saya rasa sudah betul Pak, kalau kita di Ambon ini mesti ada New Port jadi terintegrasi semua dan memudahkan segala-galanya.

Lalu berikutnya untuk masalah dokumen-dokumen ekspor. Jadi saya juga kaget Pak, sekarang ini pengurusan dokumen itu memakan waktu bukan hari Pak, per jam, jadi luar biasa cepat sekarang, Pak. Jadi mau ekspor itu hanya hitungan hari, bea cukai, karena di sini atas bentukan Bapak Gubernur, terima kasih, Pak, itu ada namanya Tim Peningkatan Ekspor Maluku, 24 jam Pak, kita ada kesulitan apa saja dan selalu di-follow up, kita. Ada yang Kepala Bea Cukai tanya, “Pak, ikannya sudah tiba di Jepang, belum?” Saya bilang belum, karena butuh waktu sekitar 35 hari, Pak. Ambon mesti tunggu lagi di Surabaya atau di Jakarta, Pak.

Nah, lalu yang terakhir ini Pak, produksi kita menurun sekali, Pak. Jadi kita punya alat tangkap itu ada dua, satu pole and line yang huhate, yang satu hand line, Pak. Semua alat tangkap ini berwawasan lingkungan (sustainable), Pak, dan orang Maluku sudah terbiasa dengan alat tangkap ini.

Jadi saya cerita sejarah sedikit, 28 tahun kita produksi Pak, sebelum tahun 2000 itu rata-rata sekitar 6.000 sampai 8.000 ton per tahun. Tahun kemarin saya catat hanya 213 ton, 213,7 metrik ton. Jadi memang drop sekali. Drop ini pasti pertanyaannya kenapa? Kapal-kapal penangkap ikan yang khusus pole and line ini menurun jauh sekali, Pak. Dulu sekitar ada 450 unit, sekarang tidak lebih dari 50 (unit). Kenapa bisa begitu? Dulu kita tangkap itu one day fishing trip sekarang at least five to seven days, dan itu pun jauh sekali. Jadi biaya operasionalnya meningkat. Oleh karena itu, banyak pemilik-pemilik kapal yang tidak sanggup. Dan pemilik ini adalah masyarakat desa-desa yang ada di sekitar Pulau Ambon, Pak.

Nah, untuk itu, saya mengharapkan Bapak kalau bisa tolonglah bantu masyarakat kita. Tidak usah banyak, kembalikanlah sekitar 450 unit kapal-kapal pole and line ini. Jadi kapal pole and line ini Pak, satu kapal itu padat karya sekitar 25 kru kalau dikalikan 400 sudah 10 ribu lapangan pekerjaan, dan orang Ambon sudah terbiasa dengan alat pancing ini, Pak. Itu hanya dari kru laut Pak, belum bagan-bagan, belum pabrik. Jadi saya rasa dampaknya itu luar biasa kalau kita bisa itu…

Nah, tadi kan saya lupa, Pak kenapa ikan semakin menurun? Itu banyak sekali kapal-kapal jaring Pak, yang beroperasi di selatan dan di utara. Kapal jaring ini kan dia memakai rumpon Pak, memakai rumpon. Jadi ikan-ikan pelagis besar (cakalang, tuna) ini kan biasa bermigrasi dari selatan ke utara atau dari utara turun ke selatan. Nah, di selatan Maluku ini sudah banyak rumpon. Demikian juga di utara (Pulau) Seram, Pak. Jadi ikan-ikan ini sudah tidak akan masuk ke dalam, ke wilayah pesisir. Jadi, masyarakat pesisir ini ya itu Pak, lama-kelamaan akan mati.

Rumpon-rumpon itu, Pak, itu kebanyakan pengusaha-pengusaha perikanan dari luar Maluku, Pak. Kalau di Seram utara, itu kebanyakan dari Bitung, Pak, dari Bitung, wilayahnya itu di utara Seram, Pak. Kalau dari selatan, ada dari Bali, ada dari Jakarta, Pak dan kebanyakan kan tidak masuk ke Maluku, ke Ambon Port, Pak. Nah, jadi kebanyakan tidak masuk ke Ambon Port, mereka langsung kirim ke luar, Pak. Jadi ya, kasihan Pak, kita orang Maluku tidak dapat apa-apa.

Demikian dari saya, terima kasih Bapak Presiden, Pak Gubernur.
Terima kasih.

Daniel Rusli (Pengusaha Ikan PT Samudera Indo Sejahtera)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera,
Salam kebajikan.

Selamat pagi, Pak.

Yang kami banggakan Bapak Presiden Republik Indonesia, Bapak H. Joko Widodo;
Yang kami hormati, Bapak Menteri Kabinet Indonesia Maju;
Yang saya cintai, Bapak Gubernur Maluku; dan
Para hadirin yang hadir pada kesempatan ini.

Terima kasih sebesar-besarnya atas kesempatan yang diberikan kepada saya, Daniel Rusli Pak, dari PT Samudera Indo Sejahtera yang berlokasi di Tual Pak, Maluku Tenggara, untuk bisa menyampaikan pandangan saya terhadap kondisi perikanan Maluku pada saat ini.

Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Maluku itu adalah pusat ikan dan potensi perikanan yang sangat melimpah, Pak. Di dalam itu terdapat tiga wilayah pengelolaan perikanan yaitu: Laut Banda, Laut Seram, dan Laut Arafura. Namun, mirisnya dari hasil perikanan yang melimpah ini, sebagian besar masih dibawa ke industri di (Pulau) Jawa. Sebagian ikan tersebut dijual lokal tapi sebagian besar ikan itu juga diekspor dan negara tujuan itu bisa melalui Singapura atau Malaysia, Pak. Inilah keadaan supply chains yang terjadi saat ini dan kita rasa, sama-sama kita ketahui, bahwa yang mengambil keuntungan adalah di industri di Pulau Jawa dan middleman-nya, Pak.

Pada kesempatan kali ini, Pak, saya ingin sekali mengapresiasi program yang dicanangkan oleh Bapak Gubernur Provinsi Maluku, Bapak Murad Ismail, yang secara konsisten ingin menjadikan Maluku sebagai pusat industri perikanan Indonesia. Seperti kita ketahui, Pak, bahwa kami sebelumnya di tahun 2010 sampai 2014, kami juga pernah menjalankan industri perikanan di Tual, pada waktu itu karyawan darat kami yang kami pekerjakan kira-kira 400 orang dan untuk ABK (anak buah kapal) kira-kira 1.000 sampai 1.500 orang, Pak, yang di kapal. Karena ini padat karya juga, Pak. Pada saat itu, Tual juga sangat hidup karenanya ada perikanan sebagai trigger untuk pertumbuhan daerahnya, Pak.

Maka, Bapak, pada kesempatan ini juga, saya ingin memohon dukungan dari Bapak Presiden dan para menteri kabinet untuk bisa mendukung program ini supaya Maluku bisa tumbuh di perikanan, Pak. Seperti yang terjadi pada halnya di Sulawesi, bisa tumbuh cepat karena adanya nikel. Dan saya percaya, dengan adanya perikanan ini akan menjadi trigger pertumbuhan ekonomi Maluku yang nanti juga akan bisa menciptakan banyak tenaga kerja dan multiplier effect, Pak, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah Maluku.

Selain itu Pak, setelah adanya industrialisasi ini, juga kami harapkan semoga bisa dilakukan ekspor langsung, Pak, dari Provinsi Maluku. Hal ini akan mereduksi cost logistik yang terjadi, dan cost logistik dari efisiensi tersebut bisa kita tingkatkan dari harga jual nelayan. Jadi harga nelayan kita bisa lebihkan pembeliannya, Pak. Jadi nelayan akan lebih sejahtera sesuai dengan program Bapak dan juga program Indonesia untuk dilakukan ekspor dari Maluku.

Terima kasih, Pak. Akhir kata, seperti perumpamaan telur mata sapi, Pak, “ayam yang bertelur, sapi yang dapat nama”, Pak. Mari baku kele basudara Pak, katong biking Maluku maju, par Indonesia maju.

Terima kasih, Pak.

Ketua Ekspedisi (Jasa Pengurusan Transportasi/JPT) Maluku
Bapak Presiden yang kami hormati;
Bapak Gubernur.

Kebetulan yang hadir di sini bukan hanya dari perikanan, Pak Presiden. Ada dari pelayaran yang punya kapal, ada dari perusahaan JPT (jasa pengurusan transportasi), ekspedisi. Saya kebetulan ketua ekspedisi atau JPT di Maluku.

Syukur alhamdulillah Pak Presiden bahwa dalam kondisi pandemi COVID-19 ini, para pengusaha yang ada di sini, tidak ada yang mem-PHK-kan (pemutusan hubungan kerja) karyawan satu pun, jadi tetap eksis. Kerja sama kami antara JPT dengan pelayaran bongkar-muat cukup terbantu oleh kebijakan Pelindo. Pelindo itu kerja sama dengan Bank Mandiri. Jadi kalau anggota JPT yang kurang-kurang ini, itu dana operasionalnya bisa dari Bank Mandiri. Nanti setelah…karena uangnya pasti dapat karena bongkaran barang-barang itu. Saya kira ini bisa juga, Bapak Menteri, mungkin bisa diterapkan terutama untuk pengusaha-pengusaha pribumi, itu yang mungkin salah satu membantu kebijakan dari Pemda ini.

Dan kami kerja sama dengan BUMN Pelindo dengan KSOP (Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan) cukup manis. Jadi sehingga tidak terlalu banyak hambatan walaupun ada COVID-19 seperti ini. Saya kira itu yang perlu kami laporkan.

Di samping itu, Bapak Presiden, tadi kami kemukakan beberapa tahun yang lalu, Bapak Presiden pernah tanya kepada kami bahwa kondisi Pulau Seram, “Pulau Seram itu besar ndak, Pak?” saya bilang, “Sama dengan Pulau Jawa”. Nah, waktu itu Bapak canangkan bagaimana daerah Pulau Seram itu jadi pusat pertanian sayur-mayur, buah-buahan, untuk suplai ke Blok Masela masa depan. Karena sayur-mayur, buah-buahan masih didatangkan dari Sulawesi, dari Jawa, ke Ambon. Waktu itu kami sudah turun menyusun strategi dan membutuhkan traktor mini. Nah, Bapak Presiden mohon izin, Bapak janji waktu itu akan menyerahkan 25 untuk petani kelompok di Seram, tapi mungkin Bapak lupa, hanya sekadar mengingatkan saja ini, Pak Presiden.

Sekian, terima kasih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Baiklah.

Selamat pagi,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jadi hari ini, pagi hari ini, saya khusus datang ke Ambon itu hanya punya satu keperluan bahwa kita akan membangun Ambon New Port yang kurang lebih ini di dalam perencanaan nanti ada 700 hektare yang itu terintegrasi antara pelabuhan logistik dan pelabuhan perikanan serta industri perikanan, ada di satu lokasi, yang tadi disampaikan, untuk mengefisienkan semuanya. Dan, ke depan, yang kita harapkan dari situlah nanti kita bisa ekspor langsung ke mana pun. Tahun ini akan dimulai pembangunannya, dan kita harapkan dalam dua tahun akan selesai.

Karena itu, saya minta nanti pelaku-pelaku fisheries industry bisa segera mendaftar dan ikut masuk ke dalam lokasi ini, sehingga kita memiliki keyakinan bahwa ini jalan. Tapi kalau tadi disampaikan oleh Dirut Pelindo mengenai potensi-potensi ikan ada berapa tadi? 800 ribu ton sebelah sini, kemudian sebelah utara ada 1,2 juta ton, kemudian agak di selatannya ada 2,6 juta ton, saya kira Ambon New Port ini memang harus. Tetapi sekali lagi, ini harus menjadi sebuah contoh pelabuhan modern dan industri perikanannya juga supermodern. Ini nanti yang baru kita matangkan itu.

Tetapi pagi hari ini saya minta, pertama, masukan mengenai itu. Kemudian yang kedua, mengenai tadi permintaan, semuanya saya catat, nanti saya akan…ini urusannya dengan Menteri KP yang baru, akan saya sampaikan. Dan kita harapkan apa yang masih menjadi keluhan itu segera ada solusinya. Tetapi memang kita ingin semua ini tercatat/teregister semuanya, jadi negara juga mendapatkan sesuatu dari industri perikanan ini. Karena kalau ndak, enggak tercatat itu, ya enggak dapat apa-apa dari sumber daya alam laut kita, negara. Itu yang kita harapkan hanya itu saja, dengan adanya Ambon New Port semuanya menjadi tercatat.

Mungkin ada masukan? Saya persilakan. Nanti yang tadi Pak Ketua JPT tadi sudah saya catat, mengenai apa tadi? Traktor kecil 25 unit, masak saya janji itu? Janji? Ya, oke. Enggak, kalau saya janji itu biasanya 1.000 traktor, kalau 25 itu harusnya bisa segera dikirim. Oke, nggih.

Silakan, yang tadi saya sampaikan, tolong saya diberi masukan. Jadi bagaimana industri perikanan di Ambon  ini bisa menjadi sentra pusatnya dari sekitar Indonesia bagian timur, dan hidup betul. Jangan sampai kita sudah membangun Ambon New Port, kemudian enggak ada isinya, enggak ada yang masuk, enggak ada tambahan aktivitas yang berarti, itu yang kita enggak mau, karena investasi besar.

Dan ini kalau bisa memang kita mau menggandeng dari luar, sehingga betul-betul nanti market-nya ada, pasarnya ada, lewat laut maupun udara, semuanya bisa jalan. Dan yang kita harapkan sangat efisien, sehingga competitiveness dari industri perikanan kita ini betul-betul mampu bersaing dengan negara lain.

Silakan kalau ada tambahan mengenai ini tadi, Ambon New Port, sebelum nanti sudah jadi, nanti masih ada (tambahan) usulan-usulan, nanti repot kita. Silakan. Tadi termasuk mungkin di dalamnya tadi ya, mengenai lab uji mutu tadi, mungkin juga perlu dimasukkan ke dalamnya, saya setuju. Nggih, silakan.

Regina (Pelaku Usaha dari Perusahaan Pelayaran)
Selamat pagi Pak Presiden. Menyikapi yang tadi Bapak sampaikan tentang Ambon New Port.

Saya Regina dari perusahaan pelayaran, saya ingin menyampaikan beberapa hal terkait dengan mengondisikan Maluku sebagai lumbung ikan nasional sebagai sebuah industri yang terintegrasi. Mohon izin Pak menyampaikan, bahwa kami adalah pelaku usaha perikanan yang sudah bergelut di bidang perikanan kurang lebih 20 tahun, dan kami meminta bahwa arah dari pembangunan ini adalah pembangunan yang menyejahterakan masyarakat.

Jadi penangkapan ikan ini semestinya dikelola secara industri, karena selama ini yang kami lakoni, bahwa kapal-kapal dengan GT (gross ton) di bawah 30 itu mungkin tidak terlalu efisien untuk laut di Maluku seperti di WPP (Wilayah Pengelolaan Perikanan) 718 dan 717, wilayah pengelolaan perikanan itu adalah laut dalam dan dia membutuhkan kapal dengan spesifikasi yang lebih besar.

Kemudian yang ingin kami sampaikan pada pertemuan pagi ini adalah satu hal tentang regulasi, Pak. kami menginginkan ada regulasi yang jelas dan regulasi yang tidak berubah-ubah, sehingga orang berinvestasi itu punya sebuah kepastian. Kalau kita sendiri mengelola perikanan ini, kita perlu pasar. Dan seperti yang tadi Bapak sampaikan, kita perlu bermitra dengan dunia internasional untuk memasarkan hasil produksi perikanan kita.

Selama ini sebagai perusahaan pelayaran, kami terbantu dengan kebijakan-kebijakan di Kementerian Perhubungan untuk perizinan yang cepat, pelayanan secara online yang dari hari ke hari semakin diperbaiki. Tetapi kami ingin juga memintakan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk bisa bersinergi, Pak, karena kapal ini ada di dua wilayah, Kementerian Perhubungan dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Agak mandek perizinan-perizinan di KKP, mungkin ada masalah-masalah internal yang terjadi, tetapi kami berharap bahwa dengan kunjungan Bapak Presiden ke Maluku ada sebuah kemajuan untuk kita bisa bersinergi. Kalau untuk (Kementerian) Perhubungan sudah cepat, seharusnya di KKP mengimbangi, sehingga kapal-kapal ini bisa jalan.

Satu hal yang ingin saya mintakan, Pak. Apakah boleh Maluku dijadikan pelabuhan ekspor langsung? Sebelum (Ambon) New Port ini… (Ambon) New Port ini akan dibangun mungkin membutuhkan waktu dua sampai tiga tahun, tetapi di dalam memprakondisikan Maluku sebagai lumbung ikan nasional, kita perlu membuat langkah-langkah awal. Dan apakah diperbolehkan, kalau secara ketentuan, boleh kapal berbendera asing masuk ke wilayah Indonesia untuk mengangkut ikan sebagai komoditi yang perlu perlakuan khusus, komoditi yang perlu dikelola secara cepat, dan dibawa ke pelabuhan-pelabuhan tujuan secara cepat pula?

Kami terkendala, seperti yang tadi dikatakan teman-teman, terkendala dengan biaya logistik yang tinggi, rantai distribusi yang terlalu panjang, Pak, sehingga mungkin dengan pertemuan ini kita bisa mendapatkan sebuah kepastian untuk ada regulasi yang memperpendek rantai distribusi.

Terima kasih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya, nanti akan kita matangkan Ambon New Port ini. Tetapi untuk menuju ke sana memang betul, Ibu (katakan) tadi, perkiraan kita dua tahun baru selesai, sehingga masa transisi yang diminta tadi oleh Ibu akan kita juga matangkan dan segera putuskan.

Yang paling penting itu, semuanya tercatat, itu saja yang kita minta, sehingga jelas negara ini dapat apa, jelas. Selama ini yang dikeluhkan oleh kita itu tidak tercatat, padahal potensinya sekian kok tercatat sekian? Nah, ini tercatat. Kita hanya minta itu saja kok, enggak minta yang lain-lain.

Mengenai kapal asing untuk anu (untuk mengangkut ikan sebagai komoditi yang perlu perlakuan khusus), juga nanti segera kita putuskan, nggih.

Dan tadi yang di KKP yang masih lambat apanya? Perizinan? Perizinan untuk yang berapa GT? Itu semuanya di KKP Jakarta, bukan di daerah? (Kapal) 30 GT ke bawah di daerah, berarti di provinsi. Tapi yang 30 GT ke atas semuanya di Jakarta, oke, nggih. Segera nanti saya selesaikan, saya sampaikan pada Menteri KP.

Bapak-Ibu ini yakin enggak sih dengan Ambon New Port nanti akan…potensi itu akan semuanya tergali? Yakin? Yakin? Enggak, ini kita mau investasi gede gitu lho. Kita keluar duit gede negara nanti, ternyata enggak ada yang mengisi, untuk apa? Yakin? Ibu yakin? Pak Kuntoro yakin? Pak Daniel yakin? Yakin kok lemas gitu, “Yakin, Pak!” gitu lho, nggih.

Saya rasa saya sudah dapat masukan banyak, nanti segera saya tidak lanjuti. Dan, tadi yang terakhir untuk Pulau Seram tadi, ya dijalani saja yang itu, yang untuk pertanian tadi. Saya kira di Seram nanti saya kira kalau (Blok) Masela siap, jangan sampai nanti sayurnya masih dari luar Maluku. Saya kira baik itu, anunya (rencana menjadikan Pulau Seram sebagai pusat sayur-mayur untuk suplai ke Blok Masela). Tapi perkara tadi, traktornya, saya urus. Nggih.

Saya rasa itu pertemuan pagi hari ini, terima kasih atas seluruh masukannya.
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dialog Terbaru