Dialog dengan Pengemudi Truk Kontainer, 10 Juni 2021, di Terminal Tanjung Priok, Provinsi DKI Jakarta

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 15 Juni 2021
Kategori: Dialog
Dibaca: 854 Kali

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Baiklah.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pagi hari ini, saya senang bisa bertemu dengan Bapak-bapak semuanya. Saya mendapatkan keluhan yang saya lihat dari media sosial terutama driver banyak yang mengeluh karena urusan bongkar muat. Benar, enggak? Tolong nanti diceritakan problemnya apa, sehingga kita bisa memberikan jalan keluar. Tidak usah takut dengan Pak Menteri, Pak Menteri atau pimpinan-pimpinan di pelabuhan di sini, disampaikan apa adanya. Kalau bisa dicarikan jalan keluar, akan saya carikan secepat-cepatnya. Saya rasa, saya mampir ke sini hanya untuk itu. Silakan.

Karena saya tidak mau…, tadi sudah dijelaskan mengenai dwelling time sudah turun, kemudian yang kita inginkan juga kecepatan bongkar dan muat. Antreannya jelas, tidak ada pungutan, sehingga driver mestinya merasa nyaman semuanya. Jangan sampai ada yang mengeluh karena banyaknya pungutan. Itu yang mau saya kejar, kalau ada ya. Silakan, silakan.

Agung (Pengemudi Truk Kontainer)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat siang, Pak Presiden dan seluruh, saya enggak bisa sebutkan untuk mempersingkat waktu.

Perkenalkan saya Agung, saya sopir kontainer memang dan sudah satu tahun ini memang sudah tidak nyopir karena situasi pandemi kemarin saya jadi korban. Jadi begitu kebijakan lockdown yang pertama itu, transportasi tidak dijalankan gitu ya untuk bus, terus kemudian kereta, pesawat itu tidak ada. Waktu itu saya pulang kampung, begitu tidak ada transportasi saya tidak bisa balik ke Jakarta. Akhirnya sampai tertahan dua bulan. Begitu saya balik lagi, kendaraan yang saya bawa sudah dibawa oleh supir lain gitu, dan sampai sekarang saya belum bekerja.

Saat ini saya lagi mencari pekerjaan juga, tetapi posisi di kami, di kawan-kawan sopir, saya sedikit mau cerita dulu tentang aktivitas nanti berhubungan dengan persoalan yang ada di pelabuhan itu. Jadi kalau bicara tentang masalah di pengemudi, itu sekitar sebelum ada pelabuhan yang baru ya, kira-kira sekitar empat tahunan mungkin ya, NPCT1 yang baru. Kalau Pak Jokowi tadi menyinggung tentang adanya yang viral-viral itu kan memang ada di NPCT1.

Dulu pada saat pembangunan tol Priok, tol layang dari Priok ke Cakung yang akses ke Cikampek gitu, itu berbarengan dengan pembangunan terminal yang baru yaitu NPCT1.

Dulu situasinya sangat luar biasa untuk kemacetannya, karena di jalan itu aksesnya tol pada saat pembangunan itu ada jalur kecil yang menjadi menyempit begitu dan itu hampir tiap hari itu dalam proses pembangunan tol dan proses pembangunan operasionalnya NPCT1 yang baru, yang mungkin ya perusahaan baru berjalan dan pekerjanya juga baru gitu kan, jadi menambah deretan kemacetan. Pelayanannya mungkin masih belum seperti perusahaan yang sebelumnya berjalan begitu.

Nah, ketika terjadi kemacetan itu yang akibat dari proses bongkar muat di pelabuhan, kami juga mengalami tentang tindakan kriminalitas itu ketika macet. Banyak sekali kawan-kawan itu hampir tiap hari sampai hari inipun juga mengalami tentang tindakan kriminalitas. Pada saat macet gitu, kawan-kawan ini diambillah barangnya. Kalau di Tanjung Priok ini disebutnya Asmoro, Pak. Dia ketika macet itu mengambil barang dari kendaraan itu secara diam-diam, kemudian ada juga yang kalau dia terorganisir itu preman-premannya di setiap daerah-daerah rawan gitu. Dia naik ke atas mobil, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ini kan kontainer kan? Kan enggak bisa dibuka? Barangnya diambilnya dari mana?

Agung (Pengemudi Truk Kontainer)
Barang kendaraan, maksud saya. Kan dia ada ban setip, kadang aki, kadang juga handphone, kalau dia berani naik ke mobil ditodong kita, Pak. Kemudian diminta barang-barang kita, handphone, dompet, segala macam uang jalan habis. Yang sering terjadi itu kawan-kawan dari luar kota itu. Tetapi yang dari ekspor impor, yang teman-teman yang bawa kontainer, itu sebelum kami, sekarang kami sudah ada wadah untuk menyambung silaturahminya, Pak. Kalau dulu itu kan sebelum kita ada wadahnya, teman-teman sopir itu membangun kayak komunitas begitu. Nah, itu dulu sesama sopir kontainer saja itu saling musuhan, tidak ada rasa kebersamaan itu. Begitu keadaan macet, ada di depannya itu ada yang dinaikin mobilnya naik ke atas mobil bawa celurit atau nodong gitu, itu enggak ada yang berani nolong, Pak. Padahal itu depan, belakang, samping kanan, itu kan kendaraan semua dan itu orang semua. Itu sangat memprihatinkan dulu, karena dia takut kalau posisinya nanti dia membantu, preman-preman itu akan menyerang balik ke dirinya makanya dia lebih memilih tutup kaca. Itu memprihatinkan sekali, gitu kan? Waktu itu, kalau keadaan kayak gitu kita diamkan, ini  kapan bisa kita selesaikan bareng-bareng.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sekarang masih ada enggak itu? Tadi kan ngomongnya dulu, dulu. Masih?

Agung (Pengemudi Truk Kontainer)
Masih, Pak. Tapi tidak seperti dulu, sekarang sudah terminimalisir, Pak.

Kalau sekarang kan kawan-kawan ini sudah saling kenal nih. Kalau saya misalkan sama Bang Hakim, ini kan beda-beda daerah. Biasanya kan kawan-kawan sopir yang di sini itu kan merantaunya satu kampung nih, misalkan dari Jawa ikut ngernet begitu, nanti sudah bisa menyopir, bekerja diangkat oleh bosnya begitu kan. Nah, itu ngumpul dalam satu perusahaan dan dia tidak akan kenal dengan perusahaan yang lain. Misalkan Bang Hakim ini dari Medan, itu satu perusahaan misalkan dia kernetnya dari Medan. Itu kayak musuh-musuhan gitu, kayak ada ininya. Maka kita membangun suatu perkumpulan gitu sesama pengemudi, ketika kami sudah saling kenal, saya kenal dengan Bang Hakim begitu, ketika ada yang di-premanisme gitu, ya ayo kita tolong bareng-bareng.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kalau ini, saya tanya masalah yang berkaitan dengan tadi yang saya sampaikan, pungutan. Ini ada yang menyampaikan pungutan di Fortune, di NPCT1, di Depo Dwipa benar enggak?

Agung (Pengemudi Truk Kontainer)
Benar, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pungutan apa itu?

Agung (Pengemudi Truk Kontainer)
Makanya ini kan saya urai rangkaikan semua gitu. Tapi kalau ada kawan-kawan yang mau menyampaikan, Bang Hakim, monggo.

Hakim (Pengemudi Truk Kontainer)
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
.

Perkenalkan nama saya, nama saya adalah Abdul Hakim, panggilan sehari-hari Hakim. Mengenai tadi kata Bapak masalah di depo, masalah pungli itu benar sekali, Pak. Itu pungli itu begini ceritanya, meminta imbalanlah. Kalau enggak dikasih, kadang diperlambat. Itu benar tadi kayak Fortune, Dwipa, NBP, hampir semua depo rata-rata. Sekarang itu yang saya perhatikan yang agak bersih, cuma yang namanya Depo Seacon sama Depo Puninar, agak bersih dikit. Lainnya hampir rata-rata ada pungli.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Punglinya itu, siapa yang mungli?

Pengemudi Truk Kontainer (Hakim)
Dari karyawannya, Pak. Jadi contoh, kita kan bawa kontainer nih kosongan ataupun mengambil kosongan. Nah, kita laporan kan, diambillah. Itu harus ada uang tip, ya dibilang punglilah ya atau Rp5.000 paling apanya, kadang ada Rp15.000 atau Rp20.000. Itu kalau enggak dikasih, memang sih dikerjakan cuma diperlambat. Alasannya yang sana dulu, yang ada duitnya. Kata kasarnya begitulah, cuma mereka itu enggak mau ngomong, Pak. Jadi begitu punglinya di dalam depo.

Nah, kembali saya jelaskan lagi masalah premanisme. Itu premanisme itu begini, macam kemarin depo macet, itulah terjadi namanya premanisme itu. Kalau mungkin lancar, ini tidak ada, Pak. Jadi kendala kita ini di kemacetan aslinya, Pak. Seperti contoh kemarin mungkin Bapak dengar di NPCT1, kemacetan sudah viral. Itu yang namanya premanisme itu, auzubillah minzalik. Sampai itu kalau enggak salah, hari itu ada yang kena todong pada saat mengantre macet itu di jalan raya mulai dari Pos 8, Pos 9 macet sampai ke sana. Mulai dari arah utara mulai dari Cakung, macet lagi. Di situlah kejadian itu yang namanya premanisme, Pak.

Jadi, kami mohon kepada Bapak Presiden Bagaimana solusi ke depannya kami? Karena kami sakit hati sebenarnya, sakit hati begitu, Tidak ada kenyamanan untuk sopir-sopir kami, khususnya pengemudi di Tanjung Priok. Ini dalam Priok saja ataupun dalam Jakarta, belum lagi luar kota. Luar kota hampir sama semua, pungli itu banyak. premanisme banyak. Mungkin Bapak sudah tahu kali di medsos, mungkin Bapak lebih tahulah karena kami kan mungkin sama media agak ini karena kami sibuk.

Kurang lebihnya mungkin dari teman-teman atau dari kawan-kawan kita ada yang mau ngomong lagi nih.

Nuratmo (Pengemudi Truk Kontainer)
Izin, Pak Presiden.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat siang, Pak Presiden yang saya hormati. Perkenalkan saya Nuratmo, sekarang bekerja di perusahaan kaki lima kontainer. Kaki lima itu perusahaan yang punya mobil cuma 1-2. Hari ini saya lumayan bergembira, semalam jam 10 malam saya ditelepon sama teman habis narik dari Karawang, “Mo, kamu di mana?” “Ini habis pulang narik, bawa ISO Tank kimia”, ini katanya mau bertemu Bapak Presiden.

Jadi, ini kedua kalinya saya bertemu Pak Presiden. Yang pertama, tahun 2019. Waktu itu, saya dipanggil ke Istana. Waktu itu saya jadi sopir awak mobil tangki Pertamina, Pak. Mungkin Pak Presiden masih ingat.

Teman saya bilang, “Kasus kamu yang di Pertamina sudah selesai belum?” “Belum selesai” “Ya sudah mumpung, sekalian nanti bisa sampaikan ke Pak Presiden bahwa persoalan belum selesai. Jadi, persoalan saya yang dulu di Pertamina itu belum selesai, belum dikasih apa-apa pesangon atau apapun sama sekali belum, yang kurang lebih 1.000 orang itu. Saya berharap ini, berharap banget ini bisa ditindaklanjuti secepatnya. Terkait saya ngomongin masalah kemacetan, karena saya dari tahun 1997 memang di konatainer. Saya masuk Pertamina itu tahun 2010, berharap masuk Pertamina ada kebaikanlah, ada jenjang yang lebih baik tapi ternyata juga sama-sama saja, di-PHK juga enggak dapat pesangon.

Jadi terkait kemacetan memang benar tadi Depo Fortune. Ini Depo Fortune kalau di kelompok sopir ini kategorinya depo laknat. Jadi dicap depo laknat karena memang dampak dari kemacetan Depo Fortune ini memang sangat luar biasa. Jadi bisa mengimbas ke arah Cakung, mengimbas ke arah…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sebentar

(Presiden RI berbicara dengan Kapolri via telepon)

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pak Kapolri, selamat pagi.

Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo)
Siap, selamat pagi, Bapak Presiden.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ini saya di Tanjung Priok ada keluhan, banyak keluhan dari para driver kontainer yang berkaitan dengan pungutan liar pungli di Fortune, di NPCT1, kemudian di Depo Dwipa,  pertama itu. Yang kedua juga, kalau pas macet itu banyak driver-driver yang dipalak sama preman-preman. Ini keluhan ini tolong bisa diselesaikan. Itu saja, Kapolri.

Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo)
Siap. Sekarang, Bapak. Ini kami masih di Jawa Barat.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya, iya oke, enggak apa-apa. Itu saja, terima kasih.

Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo)
Siap, Bapak.

Nuratmo (Pengemudi Truk Kontainer)
Lanjut ya, Pak.

Iya jadi dampak dari satu kemacetan satu tempat itu berdampak memang kemana-mana, ada di Depo Fortune itu bisa berdampak ke Cakung, bisa ke tempat ke Cilincing. Itu orang bongkar bisa sampai seharian baru selesai. Benar dikatakan dampak dari kemacetan itu timbulnya premanisme begitu. Kita sudah beberapa kali memang bikin semacam apa ya, semacam klarifikasi ke depo tersebut karena ini berdampak luar biasa, tapi memang sampai saat ini belum ada perubahan yang konkret.

Terus terkait pelayanan yang di pelabuhan, kebetulan memang ini kan situasinya enggak tentu. Makanya kemarin ada satu aparat kepolisian yang mengontrol situasi di NPCT1, mengontrolnya pagi ya pasti lancar. Karena kalau pagi, kita itu adanya di pabrik. Kalau jam segini kita adanya di pabrik lagi muat atau lagi bongkar. Macet-macet itu biasanya mulai habis Magrib atau habis Isya sampai malam, itu biasanya. Itu di hari-hari tertentu, memang enggak semua hari, biasanya malam Rabu, malam Kamis, Jumat, Sabtu itulah. Memang itu dampaknya bisa kemana-mana.

Makanya, harapan saya dan temen-temen ya terkait kemacetan yang berdampak premanisme ini bisa secepatnya dibenahi. Itu dari saya, terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Saya kira saya sudah tangkap semuanya apa yang diinginkan oleh Bapak-bapak semuanya, tadi saya juga sudah langsung ke Kapolri untuk dicek di lapangan diselesaikan. Nanti pasti akan melapor ke saya. Di sini saya kira juga didengar langsung oleh Pak Kapolda Metro, tapi saya enggak perintah langsung, perintahnya ke Kapolri biar semuanya jelas dan bisa diselesaikan di lapangan. Nanti akan saya ikuti ini proses ini.

Nah, kalau keluhan-keluhan seperti itu tidak selesaikan, sudah pendapatannya sedikit masih kena preman, masih kena pungli. Itu yang saya baca di status-status media sosial, yang saya lihat keluhan seperti itu memang harus kita selesaikan dan diperhatikan.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi saya terima kasih atas pertemuan pagi hari ini. Nanti coba saya, prosesnya ini akan saya ikuti. Nanti saya akan cek ke Bapak-Bapak tadi yang menyampaikan, apakah sudah terjadi perbaikan atau belum. Kalau enggak, nanti saya akan undang lagi di lain waktu.

Terima kasih, karena saya masih ada yang lain saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dialog Terbaru