Dialog dengan Perwakilan Petani dan Pengurus Pondok Presiden pada Kunjungan ke Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Al-Ittifaq di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, 6 Maret 2023

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 7 Maret 2023
Kategori: Dialog
Dibaca: 1.034 Kali

Dialog Presiden Joko Widodo dengan Perwakilan Petani dan Pengurus Pondok Presiden pada Kunjungan ke Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Al-Ittifaq, 6 Maret 2023

Perwakilan Petani (Hasan Kanji)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi, Pak. Saya Hasan Kanji, alumni dari Pondok Pesantren Al-Ittifaq juga mengembangkan sektor pertanian dan peternakan yang langsung disuplai dan dibantu oleh Koperasi Al-Ittifaq. Luas lahan yang kami garap, yaitu empat hektare dengan menggunakan pola tanam yang telah diajarkan oleh Al-Ittifaq, yaitu yang kami kirim suplai ke Al-Ittifaq cabai merah besar. Walaupun kami menanam kapasitasnya dibilang sedikit, tapi dari segi hasil tanamnya sangat luar biasa. Dari jumlah totalitas kita tanam periode pertama, yaitu cabai besar sejumlah 715 populasi menghasilkan 2,5 ton dari satu tahun. Dan kemarin, kita coba lagi untuk periode kedua, kita alhamdulillah sampai ke 60 kali panen. Kirim ke Al-Ittifaq dengan target, alhamdulillah dibayar oleh Al-Ittifaq satu kilogram Rp75.000, satu kilo[gram].

Menteri Koperasi dan UKM (Teten Masduki)
Itu bagus, ya?

Perwakilan Petani (Hasan Kanji)
Yang kedua…

Menteri Koperasi dan UKM (Teten Masduki)
Itu harga bagus?

Perwakilan Petani (Hasan Kanji)
Kurang bagus, Pak.

Menteri Koperasi dan UKM (Teten Masduki)
Kenapa?

Perwakilan Petani (Hasan Kanji)
Kalau kurang mungkin ada peningkatan, gitu. Maksudnya karena dari segi obatnya juga kan kemarin naik, gitu Pak. Yang kedua, dari segi peternakan. Kami diberikan arahan untuk belajar apa disebutnya integrated farming system. Mohon maaf kalau salah ngomong, Pak.

Menteri Koperasi dan UKM (Teten Masduki)
Betul, betul itu.

Perwakilan Petani (Hasan Kanji)
Jadi perputaran dari rantai makanan petani, bawa ke Al-Ittifaq, nah sisa yang tidak dikirim ke Ittifaq kita masukkan ke ternak, seperti wortel. Yang enggak masuk ke Al-Ittifaq  kita bawa itu BS, maksudnya bukan buat santri, Pak, tapi buat sapi, buat ternak. Yang itu kita dimakan oleh hewan yang domba, alhamdulillah kami untuk periode pertama, kami baru, baru, ya Pak, baru dikasih 50 ekor, Pak. Alhamdulillah bulan Ramadan, kami, bulan Zulhijjah, kami di masyarakat dijual oleh Al-Ittifaq tapi disembelih di pesantren kami, Pak. Alhamdulillah, jumlahnya 30, 30 ekor. Sampai sekarang jumlah domba yang kami rawat sama dede-dedenya, maksudnya sudah melahirkan lagi, Pak. Itu, Pak. Mohon maaf, Pak. Bayinya alhamdulillah sudah beberapa. Dan mudah-mudahan ada, maksudnya dari Bapak gitu masukan lagi dari domba. Tapi kan enggak bilang Bapak Jokowi, bapak siapa aja yang ngisi, gitu. Alhamdulillah.

Jadi kotoran dari domba itu, kami kemarin alhamdulillah nyampai dua truk kita simpan timbun di dekat GH untuk untuk persiapan pola tanam tahun depan. Alhamdulillah sudah kita kumpulkan dengan menggerakkan peternak domba dan petani. Jadi dari petani kita bawa ke Al-Ittifaq, yang kurang masuk ke Al-Ittifaq bawa ke santri, yang kurang di santri bawa ke peternakan, sisa dari peternakan kotornya bawa ke pertanian.

Menteri Koperasi dan UKM (Teten Masduki)
Jadi enggak beli pupuk?

Perwakilan Petani (Hasan Kanji)
Alhamdulillah Pak, enggak. Mudah-mudahan dikasih. Hatur nuhun, Pak. Saya Hasan Kanji, terima kasih. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Menteri Koperasi dan UKM (Teten Masduki)
Baik. Mungkin tiga dulu ya, Pak, ya. Satu lagi. Ibu, yang perempuan. Ya oke, Bu, sebutin namanya.

Perwakilan Petani (Yanti)
Assalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuh. Mohon maaf, Bapak. Saya Yanti salah satu anggota dari koperasi Pondok Pesantren Al-Ittifaq dan saya juga alumni dari Al-Ittifaq. Nah karena saya dinikahkan di sini, Bapak, dikasih jodoh di sini tapi saya ditempatkan di Soreang, Pak. Jadi enggak di sini, ya, di Soreang, agak dekat… Nah, di Soreang, alhamdulillah saya bekerja sama dengan Al-Ittifaq itu dari tahun 2010, Bapak. Dan alhamdulillah juga sekarang di tempat kami sudah ada koperasinya juga, koperasi pondok pesantren dan ada beberapa anggota juga Poktan yang sudah terdaftar di Simluhtan juga. Nah Bapak, alhamdulillah, tanah yang kita kelola itu ada konvensional dan green house juga, alhamdulillah.

Dari beberapa yang tadinya awalnya kita ngirim hanya dua sayur, Bapak, kangkung sama kacang panjang, alhamdulillah berkat ada pinjaman dari LPDB jadi saya kebantu, Pak. Saya beli-beli beli-beli tanah untuk dikelola petani-petani lain, nah sekarang yang tadinya hanya dua produk, alhamdulillah selain kacang panjang, ada timun, ada tomat ada sayur-sayuran. Saya bergetar Bapak, maaf. Ada sayuran-sayuran kayak kunyit, lengkuas, dan lain sebagainya, Bapak. Jadi di kita itu karena lahannya panas jadi ada tiga. Ada yang sebulan setiap hari, itu sayur-sayur daunnya setiap hari. Ada yang tiga bulan, tiga bulan itu kami karena ada melon, jadi setiap tiga bulan kita panen melon. Setiap tujuh bulan dan satu tahun kita panen jahe, kunyit, dan kencur, Bapak. Iya, jadi setiap tahunnya kita berproduksi, Pak. Ada yang per hari, ada yang tiga bulan, dan ada yang per tahun. Seperti itu.

Kita skema tanamnya itu ngikut dari Al-Ittifaq karena kita kan fokus di budidaya, nah yang memasarkan Al-Ittifaq, seperti itu. Kalau tadi, Bapak, yang Pak Ustad tadi tidak ada [pupuk], kita pupuknya beli karena belum ada peternakan. Nah, apabila gitu ya ada peternakan mungkin bisa. Kan kita ada kelompok tani, mungkin bisa ada kelompok ternaknya, gitu Bapak. Alhamdulillah. Jadi bisa mereplikasi apa yang ada di Al-Ittifaq. Jadi pupuknya dikelola sendiri, kan kita sekarang pupuk belum dikelola sendiri, Bapak. Jadi masih beli dari yang tadi peternak-peternak yang tadi. Jadi ada kolaborasi dari petani lain gitu ya, Pak.

Terus sama ini, Bapak. Karena kita sudah ada green house dan kita sudah packing sendiri, Bapak. Kan kalau green house itu harus ada penyemaiannya, Bapak. Bapak apa, bapak siapa saja di sini, Bapak. Di sana itu saya ada empat hektare, nah bisa tidak 500 meternya saya bikin buat rumah semai gitu? Kan kalau sekarang green house-nya ada satu, kalau setelah terealisasi kita tunggu dulu tuh, tunggu dulu nanam karena harusnya di green house-nya, kalau di green house melon. Nah barangkali gitu kan, tadi infrastruktur Bapak bilang dari BI. Dari BI juga mungkin buat rumah semainya.

Menteri Koperasi dan UKM (Teten Masduki)
Iya, dari BI nanti.

Perwakilan Petani (Yanti)
Buat rumah semainya. Jadi biar yang bagus di buahnya itu yang melon, enggak tiga bulan sekali, Bapak, seperti itu. Jadi dua bulan sekali bisa. Seperti itu, Bapak. Hatur nuhun. Eh sama satu lagi, boleh?

Menteri Koperasi dan UKM (Teten Masduki)
Boleh.

Perwakilan Petani (Yanti)
Kan ada beberapa kelompok tani, Bapak, dan mungkin bisa tidak kami itu belajar karena saya sering lihat di YouTube-YouTube, dengan lahan yang sama tetapi bisa menghasilkan produk berlimpah, gitu. Nah bisa tidak kami dari Kopontren Baitunnajah itu, kami anggota bisa belajar gitu bagaimana sih caranya supaya biar lahan kita itu maksimal, gitu? Karena kalau lihat di YouTub, kan Bapak, tahu-tahu sudah banyak, gitu. Kita tuh pengen tahu gitu, step by step-nya seperti apa. Kan kalau lihat di YouTube sama lihat sendiri itu kan berbeda, ya Bapak. Seperti itu, Bapak. Terima kasih, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Menteri Koperasi dan UKM (Teten Masduki)
Baik, terima kasih Ibu Yanti. Satu lagi ya. Ya, Bapak. Silakan.

Perwakilan Petani (Ajat Kurnia)
Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Perkenalkan nama saya Ajat Kurnia. Sama, saya alumni dari Pondok Pesantren Al-Ittifaq sekaligus petani mitra binaan Pondok Pesantren AlIttifaq. Saya santri, sekarang sudah menjadi alumni tahun 2000 pas, tahun 2000 pas saya mondok di sini, di Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Alhamdulillah dari sekian banyak santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq, sekian ribu santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq, saya salah satunya santri yang paling nurut, alhamdulillah. Alhamdulillah selama 10-12 tahun lah kurang lebih saya mondok di Pesantren Al-Ittifaq, salah satunya yang terpilih santri yang paling nurut; nurut makan ya Pak Kiai, nurut tidur, nurut nikah, alhamdulillah di bulan Mulud karena ada program Pak Kiai ada nikah massal, salah satunya saya alhamdulillah terpilih.

Menteri Koperasi dan UKM (Teten Masduki)
Jangan terlalu panjang bagian nikahnya, langsung ke pertaniannya.

Perwakilan Petani (Ajat Kurnia)
Bermitra dengan Pondok Pesantren Al-Ittifaq sampai sekarang. Alhamdulillah, setiap hari sepanjang tahun saya mengirim produk-produk sayuran yang dihasilkan dari kami, dari pesantren kami, alhamdulillah. Berkat doa Pak Kiai, saya juga sudah punya Pesantren Al Maksum dan alhamdulillah tahun 2020 pesantren kami juga sudah mendapatkan green house berkat Al-Ittifaq, berkat BI, juga berkat LPDB, alhamdulillah, pesantren kami juga sudah punya green house.

Dan alhamdulillah berkat bimbingan Pesantren Al-Ittifaq yang dibina dari kecil sampai sekarang alhamdulillah di sana juga saya sudah menjadi ketua kelompok tani yang anggotanya kurang lebih 121 orang, yang alhamdulillah yang 121 itu semua diarahkan untuk bertani dan hasil pertaniannya semua dibawa ke Al-Ittifaq. Dengan berkat Al-Ittifaq yang tadinya para petani-petani susah menjual produk-produknya, alhamdulillah dengan adanya Al-Ittifaq, dengan kesiapannya Al-Ittifaq, jadi para petani-petani kami di sana tidak sulit untuk menjual produk-produknya karena Al-Ittifaq membutuhkan ada kurang lebih 121 jenis sayuran yang dikirim setiap hari ke supermarket, yang kurang lebih setiap harinya enam ton ya. Jadi itu memerlukan, melibatkan para petani-petani yang di koperasi kami yang hasilnya setiap hari dikirim ke Al-Ittifaq.

Untuk kami sendiri, untuk pupuk ya karena belajar dari Mang Haji ya yang atau Pak Kiai, jangan ada sehelai sampah yang nganggur, jangan ada sejengkal tanah yang tidur. Untuk pupuknya juga dihasilkan dari kebun juga. Walaupun sekarang mungkin agak sulit ya dari pupuk, alhamdulillah bisa mengolah tadi dari pupuk kandang dari peternakan, juga sisa-sisa sayuran yang tidak terjual kami bikin pupuk. Cuma yang ada juga masalah yang pertanyaan dari anggota-anggota kami yang kurang lebih 121, bagaimana sekarang untuk pupuk agak kurang. Barangkali ada solusinya dari Bapak-Bapak yang punya kewenangan. Terima kasih, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Menteri Koperasi dan UKM (Teten Masduki)
Pak Presiden, mungkin kalau diizinkan mungkin dari salah satu pesantren yang ingin ini, dari pak Kiai, salah satu, ya dua lah boleh. Pak Kiai, [silakan], mohon ringkas-ringkas saja.

Perwakilan Pondok Pesantren Solo Raya (Miftahul Huda)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Perkenalkan saya Miftahul Huda, Ketua Himpunan Ekonomi Bisnis Pondok Pesantren Solo Raya, dari Solo dekat dengan Bapak [dan] Ibunda. Yang saya haturkan bahwa Pondok Pesantren Solo Raya sudah memiliki 12 green house dan tiga manual yang belum secara modern, yang menjadi kendalanya adalah belum terbentuknya ekosistem yang bagus.

Dan, juga saya menginginkan, Pak, karena Bapak Jokowi juga asli dari Solo, saya minta juga ikut dan sangat memperhatikan perjalanan perekonomian Solo. Terutama saya itu iri dengan Ittifaq, karena Ittifaq itu bisa mengelola pertanian yang begitu luar biasa, sedangkan Solo itu ada potensi yang luar biasa; Karanganyar dan Boyolali, tapi belum terbentuk ekosistem yang mandiri, yang bersatu. Maka dari itu, nanti mohon dengan kebijakan Pak Presiden, bagaimana Solo Raya terutama yang mempunyai basis persayuran, produk-produk itu bisa dibentuk ekosistem sehingga terbentuk ekonomi yang sangat luar biasa. Kalau sekarang, ngetrennya adalah ekonomi berjamaah. Alhamdulillah Solo Raya, Pak, sekarang sudah adem ayem, tidak ada namanya neko-neko karena sudah terbentuk adanya, yaitu Himpunan Ekonomi Bisnis Solo Raya Pesantren. Jadi sekarang sudah berduyun-duyun, pak. Ini yang perlu, apa yang harus diperhatikan dan pemerintah, uluran dan perhatian. Bapak Bupati sudah mendukung, dari Kemenag sudah mendukung. Dan, sekarang itu baru mencari solusi bagaimana ini bisa berjalan dengan baik.

Solo Raya sudah berguyub rukun untuk membangun ekonomi dengan baik. Dengan jalan. Alhamdulillah, Pak, saya berterima kasih sekali ada yang membuka keran, Pak, yaitu dari Ittifaq. Jadi kami belajar dengan Ittifaq, yang pertama itu mendapatkan green house lima, Pak. Alhamdulillah kita kelola yang pertama, itu lima pondok pesantren Solo Raya. Dan yang paling menggiurkan dan juga harus mendapatkan perhatian bahwa ada salah satu green house itu di tengah kota, Pak. Mungkin Bapak Jokowi tidak asing lagi, di Ta’mirul Islam. Itu ada green house satu di tengah kota, lainnya di Solo Raya, Boyolali ada tiga, Sukoharjo ada tiga, Karanganyar satu, dan Wonogiri ada tiga, Sragen ada satu. Karena saya menjadi ketuanya harus bijak, Pak saya tunggu, Pak.

Lah ini nanti siapa tahu nanti beliau Bapak Presiden berkenan berkunjung dan memberikan support yang kuat. Karena Solo Raya, terutama Solo, sebagai ikon dan sebagai perutnya Indonesia. Kalau Indonesia, Solo, itu sudah tentram, insyaallah jaya. Dan kalau bisa nanti bagaimana Ittifaq itu bisa ditarik ke Solo. Dengan sistem apa? Karena Gus Wali Sepuluh itu menginginkan seperti itu, Pak. Gus Wali Sepuluh itu siapa? Gus Gibran. Kita ini sudah familiar, Pak. Bagaimana kita membuat skema yang lebih bagus untuk Solo Raya supaya maju perekonomian. Saya kira ini yang bisa saya  sampaikan. Terima kasih, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Menteri Koperasi dan UKM (Teten Masduki)
Terima kasih Pak Kiai. Sebelum saya ditugaskan Pak Presiden, ya nanti saya beresin. Monggo, Pak Kiai. Nanti kita replikasi model ini, ya.

Perwakilan Pesantren Al Amin (Zainal Abidin)
Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah, rasa syukur kepada Allah Swt., bisa sama-sama hadir di majelis yang mulia ini bersama Pak Presiden dan Pak Menteri, beserta seluruh rombongan. Perkenalkan saya W. Zainal Abidin, Pak Presiden. Saya pimpinan Pesantren Al Amin Kota Dumai Riau, nggih. Tetapi saya berasal dari Pondok Pesantren Tremas Pacitan, tetangga panjenengan.  Juga alhamdulillah ditakdirkan Allah diamanati menjadi Ketua Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren Provinsi Riau. Alhamdulillah, kami bersyukur bahwa sejarah kami ditakdirkan mengenal Al-Ittifaq ini sejak 2011. Kemudian semangat Almaghfurlah Kiai Haji Fuad Affandi, 2014 beliau hadir untuk memberi support kami di Al Amin di Riau, 2017 juga, dan 2020 terakhir. Jarak dari jalur laut 2014, lewat Batam 7 jam ke Dumai. Kemudian 2017 itu melalui jalur udara, langsung Bandung-Pekanbaru-Dumai.  Bandara Dumai waktu itu belum, masih dibuka. 2020 tol. Nanti beliau ditakdirkan Allah ke Al-Amin melewati semua jalur, alhamdulillah. Tinggal Pak Jokowi yang belum ke Dumai ini, terutama ke Al-Amin ya.

Alhamdulillah Pak Jokowi, Pak Presiden, kami merintis di Provinsi Riau untuk ekosistem sejak 2017 dan alhamdulillah diperkuat dengan semangat dari Bank Indonesia lewat DEKS, adanya Hebitren. Alhamdulillah, sekarang anggota di Provinsi Riau yang sudah bergabung punya komitmen itu ada 150 pesantren. Tapi baru lisan, Pak, yang tertulis baru 50. Kemudian yang betul-betul bisa dalam satu ikatan itu baru ada 12 pesantren yang kemarin mendapatkan green house dari Bank Indonesia. Dan kami juga perlu menginformasikan, alhamdulillah kemarin kami baru diizinkan Allah untuk mereplikasi. Kami melihat luar biasa sosok Almaghfurlah Kiai Fuad Affandi ini bagaimana success story beliau dalam membangun ekosistem.

Dan mudah-mudahan dan alhamdulillah, kami Al-Amin Dumai di tahun 2022 kemarin, alhamdulillah didukung juga oleh Gus Menteri lewat program inkubasi bisnis pesantrennya, ini kami sudah mempunyai pasar retail tapi Farmers, Pak. Jadi beda dengan di Al-Ittifaq ini banyak, ada Superindo, ada Jogja ya. nah kalau kami baru Farmers. Dan kami juga menggandeng petani, ada 10 kelompok tani yang ada di sekitaran kami yang ada di Kota Dumai kita gandeng, kalau pesantren yang sudah mengirimkan produknya ke kami itu baru tujuh pesantren dari 12 green house.

Dan harapan kami, Pak Presiden, Provinsi Riau merupakan provinsi yang terbesar di produk kebun sawitnya. Ini harapan kami untuk bisa menggandeng bersama-sama bagaimana sektor pangan dan kami juga semangat luar biasa dalam rangka pengembangan koperasi terkait dengan pembiayaan. Ini kalau Koperasi Al-Amin, Pak Menteri, ini terbaik 2018 Kota Dumai, terbaik provinsi zaman pandemi. Jadi akhirnya kami, Pak itu di pandemi enggak dapat hadiah dari Pak Gubernur, gara-gara pandemi. Tapi, dapat sertifikatnya saja untuk koperasi. Dan mudah-mudahan tahun ini, bulan 7 atau bulan 6, kami akan mengajukan untuk pembiayaan pengembangan seperti yang ada di pesantren A-Ittifaq.

Satu lagi, Pak, ya. Izin, Pak Presiden. Kami mungkin mohon dihubungkan bagaimana perusahaan ada di Provinsi Riau ini bisa menggandeng pesantren, Pak, untuk pemberdayaan ekonomi, terutama di sektor pertanian. Ini harapan kami mungkin dengan BKPM, Pak ya. Terima kasih, Pak Presiden, Pak Menteri, demikian.

Izin Pak, para Kiai sekalian yang hadir juga para hadirin mari sama-sama kita membaca Al  Fatihah kepada almaghfurlah Kyai Haji Fuad Affandi, mudah-mudahan ini membawa keberkahan untuk kita semuanya dan rahmat untuk beliau. [doa]

Menteri Koperasi dan UKM (Teten Masduki)
Baik. Mohon maaf, karena saya sudah diingatkan oleh protokol mengingat waktu, kami persilakan Pak Presiden.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang saya hormati Pak Kiai;
Bapak-ibu sekalian yang tidak bisa saya sebut satu per satu, para petani.

Tadi pagi, masuk ke Al-Ittifaq saya betul-betul merasa sangat kagum, kaget bahwa ada pondok pesantren yang memiliki manajemen yang baik dalam bisnis pertaniannya. Yang berangkatnya tidak dari produksi, tapi berangkatnya dari permintaan pasar, dari permintaan market, kemudian diproduksi di sekitar Pondok Pesantren. Dan manajemennya, cara mengatur betul-betul sangat terencana, sehingga permintaan pasar itu selalu ada.

Karena kita ini selalu, kalau pas–tadi Pak Menteri menyampaikan, kalau pas panen raya, barang melimpah kemudian harganya jatuh. Tapi pada suatu titik juga, masyarakat menjerit karena harganya melambung, karena barangnya tidak ada. Selalu berulang-ulang.

Sekali lagi, perencanaan yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-Ittifaq  ini betul-betul sangat baik dan bisa dijadikan contoh, bisa dijadikan role model, bisa dijadikan model bisnis yang tinggal difotokopi saja. Ini udah barang jadi dan benar, hanya pasarnya saja mungkin yang berbeda-beda. Bisa saja sekarang pasarnya hypermarket, supermarket, di pasar becek, Superindo. Kemudian apalagi? Oh, Jogja, AEON. Banyak sekali sebetulnya yang bisa kita masuk, tetapi kemampuan produksi justru yang belum ada.

Kalau Bapak-Ibu bisa masuk ke yang namanya Lulu Hypermarket, itu di Timur Tengah, di seluruh dunia juga sudah ada semuanya, mungkin lebih. Saya dulu ke sana, dia punya 180 lokasi, sekarang mungkin sudah lebih dari 200 lokasi. Pernah dulu dari Solo kami mengirim melon, mangga, tapi enggak bisa continue, rutin enggak bisa. Hanya pada suatu saat bisa, saat yang lain enggak bisa. Ya, ini enggak bisa dalam dalam bisnis seperti itu.

Sehingga kembali lagi, tadi yang saya lihat itu betul-betul. Entah yang tadi cabai hijaunya, jeruknya, stroberi, melon, buah tin, wortel, semuanya ada dan betul-betul dikelola dengan perencanaan yang baik. Itu yang kita dalam sekian puluh tahun, itu kehilangan sebuah model yang benar itu seperti apa, yang betul itu seperti apa mengelola sebuah bisnis. Dan sekarang ada contohnya. Sudah ditiru saja, difotokopi saja 100 persen. Dari Solo Raya fotokopi, dari Riau fotokopi, dari Jawa Timur fotokopi, dari Lampung fotokopi. Induknya, holding-nya sementara Al-Ittifaq. Nanti kalau bisa lepas, sudah dewasa dan bisa lepas, bisa supply sendiri ke Lulu, bisa supply sendiri ke hypermarket yang lain, supermarket yang lain ya silakan.

Tapi yang namanya menginduk dulu itu penting dan saya mengalami. Hampir tujuh tahun saya dulu menginduk, belum bisa ekspor, menginduk dulu sebuah industri di Jakarta. Tujuh tahun saya belajar, “Oh gini, oh gini.” Pelajari terus. Pasarnya ke mana? Oh, ke Eropa. Oh, ke Amerika. Tahun kedelapan, saya sudah bisa ke sana. Karena kualitasnya sudah latihan tujuh tahun, kita ngerti cara memproduksinya, bisa ekspor sendiri ke Eropa maupun ke Amerika. Ini juga sama. Karena Pak Kiai tadi saya disampaikan oleh beliau, terbuka, sangat terbuka. Itupun yang di sini juga belum cukup produksinya untuk memasok dari permintaan pasar yang ada.

Ya, untuk pengaturan tadi ada yang green house, ada yang tadi domba, ada yang tadi pupuk, itu kesulitan-kesulitan teknis lapangan ya seperti itu dalam bisnis apapun. Tapi saya minta tadi kesulitan-kesulitan yang ada ini BI mohon bisa bantu. Medco, Pak Helmi juga mohon bisa bantu. Pak Menteri UMKM juga, pembiayaan bisa dibantu. Sehingga semakin semuanya berkembang dan model bisnisnya sama seperti yang saya lihat tadi.

Ini bukan masalah, sering kadang-kadang bukan masalah modal, bukan masalah uang, tetapi masalah manajemen. Diberi uang berapapun, bisa dipinjami dari bank manapun, tapi kalau manajemennya tidak benar ya dalam setahun-dua tahun sudah tutup. Tapi ini modelnya ini sudah benar. Cara seleksi sayurnya, cara seleksi buahnya di QC, di quality control-nya dengan baik. Kemudian packaging-nya diberikan brand yang baik, kemasan baik, brand baik. Tinggal pondok-pondok yang lain sekali lagi, meniru ini. Fotokopi sudah 100 persen sudah.

Nanti sampaikan ke Pak Kiai, “Pak, saya menginduk dulu ke Al-Ittifaq.” Kalau sampai tujuh tahun belum bisa, 10 tahun belum bisa, enggak apa-apa menginduk terus enggak apa-apa. Orang kan punya rezeki sendiri-sendiri, dari Allah sudah diberikan rezeki sendiri-sendiri. Jadi kalau belum bisa, enggak apa-apa terus, 20 tahun belum bisa lepas, ya terus enggak apa-apa, 30 tahun belum bisa, ya terus. Tapi nanti ada satu, dua, tiga, empat, lima itu yang mungkin baru setahun, dua tahun, tiga tahun itu langsung atau lima tahun sudah bisa langsung lepas mandiri dan memiliki bisnis seperti yang ada di Pondok ini.

Mengenai pupuk, supaya juga para petani tahu bahwa kesulitan pupuk itu terjadi di semua negara karena suplai bahan bakunya dari Rusia, dari Ukraina itu mereka baru perang, sehingga dunia sekarang ini kesulitan pupuk. Kalau suplainya kurang, kemudian yang terjadi pasti harganya naik. Kemarin baru saja kita resmikan di Aceh untuk produksi urea dan NPK dari Pupuk Iskandar Muda, tambah kira-kira 500 ribu ton, tetapi itu juga kurang, sangat jauh dari cukup.

Sehingga ini perlu lagi mungkin tahun ini kita akan buka lagi industri pupuk di Papua Barat, karena gasnya ada di sana, karena bahan bakunya ada di sana. Tetapi itupun nanti sudah kita hitung masih juga belum cukup, masih impor. Banyak bahan baku yang kita harus impor. Sehingga kesulitan-kesulitan yang tadi disampaikan, selalu saya kalau ke desa, ke petani, mesti keluhannya yang pertama pasti selalu pupuk dan memang benar itu bukan barang yang gampang sekarang ini bahan bakunya dicari.

Saya rasa itu dari saya. Dan, pada pertemuan berikut saya ingin ada sebuah perkembangan/progres. Nanti mungkin tolong diacarakan lagi Pak Teten di Istana, saya undang ke Istana nanti enam bulan lagi. Tapi sudah ada perkembangan dari pertemuan kita pada hari ini, insyaallah.

Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dialog Terbaru