Peninjauan Lokasi Pengungsian Warga Terdampak Gempa, 29 Oktober 2019, di Universitas Darussalam, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 29 Oktober 2019
Kategori: Dialog
Dibaca: 664 Kali

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Shalom.

Yang saya hormati Bapak Gubernur, Bapak Bupati Maluku Tengah, Bapak Wali Kota, Bapak Menteri yang hadir, Bapak Kepala BNPB,
Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati.

Alhamdulillah hari ini saya bisa hadir di sini, di Maluku Tengah. Saya hanya ingin menyampaikan beberapa hal supaya kita semuanya tahu bahwa negara kita Indonesia ini adalah negara yang berada di kawasan cincin api. Artinya apa? Kalau sudah berada di kawasan cincin api, yang namanya tsunami, yang namanya gempa itu berada di lingkungan kita. Tidak hanya di Maluku Tengah, tidak hanya di Maluku, tetapi dari sejarah yang ada, kita tahu di Aceh pernah, benar? Ingat, ya? Di Padang, pernah. Di Bengkulu, pernah. Di Lampung, pernah. Di Banten, pernah. Di Yogya, pernah. Yang paling… setahun dua tahun ini di Nusa Tenggara, ya. Kemudian setahun yang lalu di Palu, Donggala.

Kita memang tidak ingin dan selalu memohon kepada Allah SWT agar kita selalu dihindarkan dari yang namanya gempa dan tsunami. Tetapi kalau memang Allah sudah berkehendak, ya kita harus menerima dan siap. Hanya untuk ke depannya, karena laporan tadi malam yang saya terima dari  Pak Gubernur, dari Pak Kepala BNPB ada kurang lebih 12.000 lebih rumah yang rusak berat, rumah yang rusak ringan, rumah yang rusaknya sedang. 2.000, 3.000, 6.000: 2.000 yang berat, 3000-an yang sedang, 6000-an yang ringan.

Sebetulnya dari sisi keuangan anggaran nanti di Pak Menteri PU, Pak Kepala BNPB anggarannya itu sudah ada, uangnya sudah ada, tapi perlu prosedur, yang pertama. Yang kedua, kita juga sedikit menunggu agar gempanya itu reda. Ya.

Ini kalau malam saya dengar masih ada yang kecil-kecil gitu ya? Gempa kecil-kecil? Moga-moga itu cepat hilang sehingga pembangunan rumah itu bisa dikerjakan oleh masyarakat yang nanti dikoordinasi oleh pemerintah daerah, anggarannya dari pusat. Saya minta nanti Pak Camat, Pak Lurah untuk ikut memantau dan mengawasi. Karena nanti anggaran itu akan langsung diberikan kepada masyarakat yang terkena dampak gempa. Setuju?

Ini seperti yang kita lakukan di NTB. Di NTB itu juga baru kita berikan sudah mungkin lebih dari enam bulan. Karena apa? Ya gempanya masih ada terus. Jadi kalau dibangun pun nanti bisa rusak lagi.

Tetapi yang kedua, kita juga minta bahwa supaya diinformasikan ke masyarakat, pembangunan rumah-rumah yang ada adalah rumah-rumah yang tahan gempa. Konstruksinya nanti akan diarahkan oleh Kementerian PU, Pak Menteri PU, Pak Basuki. Berdiri Pak. Nah ini Pak Menteri PU, yang pengin kenalan silakan.

Jadi itu yang ingin kita kerjakan. Jadi fasilitas-fasilitas yang rusak pun tadi malam juga sudah disampaikan oleh Bapak Gubernur, nanti akan kita lihat di lapangan tapi data itu sudah semuanya sudah masuk ke kita. Ya.

Saya rasa itu mungkin yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Kita semuanya harus optimis bahwa kita insyaallah bisa menyelesaikan masalah-masalah yang ada di sini. Setuju, Bu? Bapak, setuju ya? Dan kita berdoa bersama semoga sudah tidak ada gempa lagi, apalagi tsunami, dan kita bisa memulai membangun rumah-rumah yang rusak, kemudian bangunan fasilitas umum yang rusak sesegera mungkin.

Ini Pak Menteri Perhubungan juga akan cek apakah ada, ini Pak Budi Karya, ini juga akan cek fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan transportasi dan perhubungan yang rusak, ya. Juga kalau ada, juga akan dikerjakan.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Terima kasih.

Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabaraktuh.
Semoga Tuhan memberkati kita.

Ada yang ingin ditanyakan? Ya, dua saja. Pertanyaannya juga jangan sulit-sulit. Ya silakan. Ibu-ibu enggak ada? Ya, Bapak satu, Ibu satu.

Warga
Bismillahirrahmanirrahmin.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bapak Presiden yang saya hormati, saya cintai, saya muliakan. Alhamdulillah saya bisa hadir di sini Pak. Untuk mendapatkan ini Pak butuh perjuangan doa dan air mata Pak. Akhirnya saya bisa ada di sini.

Saya singkat saja Pak. Saya kebetulan di sini sebagai dosen di perguruan tinggi tempat orang-orang mengungsi ini tetapi saya mengungsi tidak jauh Pak, rumah saya juga retak tapi saya mengungsi di seputaran rumah Pak. Saya berusaha hadir di sini untuk menyampaikan satu hal saja Pak yang penting, masjid kami Pak ini tidak bisa lagi digunakan Pak. Karena kami salat di lantai dua, di bawah lab komputer, kami di atas itu goyang Pak. Tapi pendataan oleh PUPR kemarin justru masjid kami ini tidak masuk dalam pendataan itu Pak. Mohon bantuan Bapak sehingga masjid kami juga bisa diperbaiki.

Dan mungkin ada satu hal lagi, mungkin agak keluar dari konteks hari ini. Mohon bantuan Bapak universitas kami bisa dinegerikan Pak, karena Pak Gubernur sudah menjanjikan itu Pak.

Terima kasih Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Yang pertama, yang urusan masjid biar ini Pak Menteri PU. Pak Menteri PU sudah langsung dicatat di tangan itu, sudah. Berarti nanti langsung dicek di lapangan.

Yang kedua, yang tadi yang dinegerikan tadi, tolong nanti berkas-berkasnya kalau ada disampaikan ke saya. Ini belum tentu dikabulkan, baru saya minta berkas-berkasnya. Insyaallah nanti segera ditindak lanjuti.

Silakan Bu. Ya.

Warga
Terima kasih kepada Bapak yang telah memberikan kesempatan kepada saya Pak. Atas nama masyarakat Tulehu kami sangat bangga dengan kehadiran Bapak, yang mana Bapak telah langsung ke tenda-tenda kami.

Di sini Pak, bukan pertanyaan tetapi usul Pak. Kendala yang kami dapat di lapangan sudah satu bulan tiga hari selama kami di sini, jadi tenda kami ini, terpal kami sudah mulai sobek. Saya mohon bantuan terpal karena satu bulan itu sudah tidak usang lagi, tidak untuk pakai Pak. Yang kedua, air bersih dan dapur umum Pak. Itu saja pertanyaan saya.

Terima kasih.
Wabillahi taufiq wal hidayah, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bu tadi saya ini dibisiki sama Pak Doni, Kepala BNPB yang mengurusi ini, beliau yang mengurusi semuanya, stok tendanya masih banyak, terpalnya juga masih banyak. Nanti langsung ke Pak Doni, ya. Ya.

Tadi saya lupa. Jadi untuk yang rusak berat ini sama seperti di daerah lain ya. Di NTB, di NTB itu hampir dua tahun, ini juga masih kurang sedikit. Di yang di Palu, Donggala, ini juga masih, mungkin berapa persen, Pak? Baru tiga puluh-an persen yang berjalan. Memang tidak… Karena menyangkut jumlah yang sangat banyak sekali. Tidak mudah melihat lapangannya. Di Palu belum selesai, di NTB belum selesai, sudah ada yang di Maluku. Jadi memang mohon juga Bapak-Ibu semuanya mengerti keadaan dalam kita mengelola bencana ini. Tetapi percayalah bahwa pemerintah ingin menyelesaikan semuanya secepat-cepatnya.

Kembali, jadi nanti yang rusak berat akan dibantu Rp50 juta, yang rusak sedang Rp25 juta, yang rusak ringan hanya retak dikit-dikit Rp10 juta. Ini sama seperti di daerah lain. Kalau ditanya cukup atau tidak cukup, ini terserah Bapak-Ibu semuanya. Yang penting yang kita lihat seperti di NTB, di Palu dengan anggaran yang ada, ini rumah saya lihat di NTB itu sudah hampir selesai. Itu juga bisa diselesaikan. Dan saat saya ke sana ada gempa empat koma, lima koma rumahnya juga tidak rusak dan tidak berubah sama sekali.

Ini saya kira memang karena kita, sekali lagi, berada di wilayah cincin api, daerah gempa, agar membangun rumah itu memang harus yang konstruksinya tahan gempa. Ada macam-macam, ada yang pakai beton, ada. Ada yang sistem RISHA ada, jadi kalau konstruksinya kalau ada gempa itu hanya yang goyang konstruksinya tetapi dinding dan lain-lainnya tetap utuh. Saya kira memang kita harus mengikuti itu.

Karena di Maluku sendiri dari sejarah yang kita pelajari tahun 1629 penah di sini terjadi gempa dan tsunami. Kemudian 1674 juga pernah terjadi. Kemudian tahun 1752 juga pernah terjadi. Sama, dulu di NTB setelah kita lihat sejarahnya juga ada seperti itu. Jadi ya kita semuanya berdoa agar kita dijauhkan dari bencana.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Saya sangat berterima kasih atas pertemuan pagi hari ini.

Dan sudah ya, enggak ada pertanyaan ya? Satu? Ya sudah, satu lagi. Sudah.

Warga
Terima kasih Bapak Presiden.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bapak Presiden beserta Ibu Negara, Ibu Iriana yang kami hormati,
Bapak Menteri PUPR, Menteri Perhubungan, Bapak Gubernur, Bapak Kepala BNPB yang kami hormati.

Suatu kehormatan ketika Bapak Presiden baru terpilih dan kemudian dilantik tanggal 20 Oktober. Kunjungan pertama yang dijalankan yaitu di Maluku dan Papua.  Oleh karena itu momentum ini kami ingin menyampaikan beberapa hal yang sangat diinginkan oleh masyarakat Maluku. Antara lain, rekonstruksi pembangunan Maluku yang kurang lebih setelah Indonesia merdeka sampai hari ini Maluku tetap berada dalam batas kemiskinan yang toleransi berada pada urutan keempat. Dan definitifnya adalah soal tidak hanya perencanaan wilayah tapi kontribusi pemerintah pusat juga signifikan. Bapak Gubernur Jenderal Maluku Ismail dengan angka belanja daerah yang kurang lebih Rp3,3 triliun itu tidak mungkin mampu menggenjot proses pembangunan Maluku yang hari ini tertinggal dengan wilayah lain.

Oleh karena itu, atas nama masyarakat Maluku, kebetulan saya Pak Presiden aggota DPR 2004-2009 dari Fraksi Partai Golkar, kami mengusulkan suatu kebijakan nasional yaitu special treatment (perlakuan khusus) terhadap keberpihakan fiskal dalam rangka menstimulasi pertumbuhan ekonomi, percepatan pembangunan karena infrastruktur itu adalah pelayanan publik. Harapan ini sangat penting bagi kami.

Dan kunjungan ini sangat terhormat, mudah-mudahan Bapak hadir di Bumi Raja-raja ini akan meletakkan satu oleh-oleh. Karena regulasi nasional melalui pendekatan fiskal melalui belanja daerah tidak memenuhi syarat untuk kami maju, bisa bersaing dengan provinsi lain di Indonesia. Harapan ini mudah-mudahan, atas nama masyarakat Maluku pada Bapak Presiden, ketika masyarakat wilayah di NKRI ini mengalami keterlambatan maka hadirlah negara. Konsep ini yang telah dicanangkan oleh kabinet Indonesia Kabinet Kerja pada periode pertama Bapak, konsep Nawa Cita hadir di tengah-tengah masyarakat. Kehadiran hari ini juga bagian dari proses itu. Mudah-mudahan ini bisa dikabulkan. Angka Rp3,3 triliun itu tidak cukup untuk kami, kami butuh special treatment (perlakuan khusus).

Terima kasih Bapak Presiden. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya tadi malam saya dengan Pak Gubernur, Pak Wakil Gubernur, seluruh bupati dan wali kota sudah Rapat Terbatas. Tadi malam jam sembilan malam sampai hampir jam sepuluh-an. Yang disampaikan juga sama seperti yang tadi Bapak sampaikan. Intinya bahwa APBD Provinsi ini memang sangat kurang.

Saya tadi malam sudah menyampaikan kepada Gubernur, besok siang saya akan telepon langsung ke Menteri Keuangan. Karena yang megang uang itu bukan Presiden tapi Menteri Keuangan. Tapi kebijakan fiskal, kebijakan anggaran itu memang yang memutuskan Presiden. Jadi keuangannya, uangnya yang megang Menteri Keuangan tapi kebijakannya yang memutuskan Presiden. Berarti siapa yang harus menyampaikan nanti ke Menteri Keuangan, siapa?

Warga
Presiden.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mintanya apa?
Seperti tadi yang disampaikan oleh Pak Hamzah dari Fraksi Golkar tadi.

Tapi Pak Gubernur tadi malam juga sudah menyampaikan, “Pak hitung-hitungannya ini, ini, ini.” Ya saya tahu, saya tahu, tapi kita juga harus ingat, kita harus ingat bahwa negara ini memiliki 514 kabupaten dan kota.  514 kabupaten dan kota, 34 provinsi. Setiap saya bertemu dengan gubernur, bupati, dan wali kota yang disampaikan juga mirip-mirip karena memang APBN kita memang juga ada keterbatasan.

Tetapi, usulan yang tadi disampaikan nanti siang akan saya telepon langsung kepada Menteri Keuangan untuk bisa memberikan perhatian yang lebih kepada Provinsi Maluku. Saya tahu kondisi infrastruktur, tadi malam juga banyak disampaikan oleh para bupati dan wali kota, jalan, ada jembatan sudah runtuh belum di bangun kembali di Waitala, Jembatan Waitala. Ini tadi malam sudah dijawab oleh Pak Menteri PU akan segera, secepat-cepatnya diselesaikan dan dikerjakan. Dan juga yang berkaitan dengan jalan yang belum ada, yang menghubungkan antara kecamatan dengan kecamatan.

Keluhan-keluhan seperti ini terutama memang di Indonesia bagian timur. Di NTT, di Maluku Utara, di Maluku, di Papua, Papua Barat memang masih kita ketimpangan infrastruktur. Jalan, jembatan, airport itu antara barat, tengah, dan timur memang ada sebuah kesenjangan yang harus kita kejar. Tapi sekali lagi, dengan keterbatasan APBN yang ada, nanti akan saya otak-atik sesuai yang tadi diusulkan. Insyaallah akan segera kita tindaklanjuti.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan. Sekali lagi terima kasih atas pertemuan yang sangat baik ini.

Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dialog Terbaru