Penyerahan Surat Keputusan Perhutanan Sosial, 21 Februari 2020, di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim, Kabupaten Siak, Provinsi Riau

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 21 Februari 2020
Kategori: Sambutan
Dibaca: 940 Kali

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju. Hadir di sini Bu Menteri Kehutanan, Pak Menteri PU. Ada yang belum kenal Pak Menteri PU? Pak Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal Moeldoko.
Yang saya hormati Gubernur Riau.
Yang saya hormati Bupati Siak beserta para Bupati dan Wali Kota yang hadir.
Yang saya hormati, yang saya banggakan para Kelompok Usaha Perhutanan Sosial yang hari ini telah menerima SK (surat keputusan).
Hadirin Bapak-Ibu sekalian dan tamu undangan yang berbahagia.

Ini benar ya sudah pegang SK semuanya? Coba diangkat, yang pegang diangkat, yang pegang. Sudah semuanya, sudah semuanya, sudah semuanya, sudah semuanya. Ya, terima kasih. Silakan.

Saya senang sekali, alhamdulillah SK-nya sudah diberikan. Tadi saya ada tengok, ada yang 4.500 hektare, ada yang 3.500 hektare, ada juga yang 200 hektare, ada yang 600 hektare. Saya hanya titip pesan, kita ini memiliki di seluruh Indonesia 12,7 juta hektare, yang sudah kita serahkan seperti ini 4 juta hektare lebih sedikit, 4 juta hektare lebih sedikit. Sisanya, saya sudah perintah ke Menteri Kehutanan, agar ini 5 tahun ke depan juga segera diserahkan kepada  rakyat, kepada masyarakat, kepada hutan adat, kepada kelompok-kelompok yang ada di sekitar hutan, di desa-desa.

Apa yang ingin saya sampaikan? Yang pertama, kalau sudah diberi segera itu dijadikan barang yang produktif secara ekonomi. Jangan dibiarkan, hati-hati, ini saya cek lo, saya ikuti lo, begitu barang yang sudah diberikan, 4.500 hektare, 250 hektare, 600 hektare didiamkan, saya pastikan saya tahu. Harus menjadi barang yang produktif secara ekonomi sehingga memiliki manfaat kepada anggota kelompok atau anggota di hutan adat, memiliki manfaat ekonomi. Entah itu mau ditanami tanaman-tanaman hortikultura atau ditanami tanaman-tanaman yang pohon untuk dimanfaatkan dalam jangka panjang, tetapi harus dimanfaatkan.

Ada yang ingin ditanami jagung, ada? Enggak ada? Enggak ada? Ada yang ingin ditanami sengon, albasia, ada? Ada yang ingin ditanami buah-buahan, ada? Tunjuk jari! Mana yang ingin ditanami buah-buahan? Buah-buahan? Ada lagi? Apa? Buah-buahan? Buah-buahan? Buah-buahan sama singkong. Ada lagi? Kalau yang hutan adat, ditanami? Ndak, tidak ditanami? Buah-buahan? Oh, untuk ekowisata, artinya secara ekonomi juga baik. Ya, coba yang ekowisata maju satu (orang). Silakan Pak. Yang ditanami buah, maju juga, tadi siapa? Ya, boleh maju. Satu saja, satu, ya. Ada yang ditanami pohon? Aren? Boleh aren, maju Ibu. Ibu, ya. Maju, Ibu. Apa? Ditanami apa? Aren ya? Ya, maju sini. Saya pastikan yang maju saya beri sepeda. Yang lain enggak tunjuk jari.

Silakan dikenalkan Pak.

Nurhamid
Nama saya Nurhamid, Pak Presiden.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya, Pak Nurhamid.

Nurhamid
(Rekaman tidak terdengar).. dapat 157 hektare.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ini berapa? Seratus lima puluh?

Nurhamid
Seratus lima puluh tujuh hektare.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Seratus lima puluh tujuh hektare, iya. Ini dalam.., lapangannya dalam bentuk apa ini? Hutan lindung. Terus mau dipakai untuk apa ini Pak?

Nurhamid
Untuk riset penelitian boleh.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Untuk?

Nurhamid
Riset, penelitian, dan pengembangan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Untuk riset. Bisa, untuk riset.

Nurhamid

Kemudian untuk wisata.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Untuk?

Nurhamid
Wisata.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Wisata, tapi sudah? Belum?

Nurhamid
Sekarang mau dirancang.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mau dirancang untuk wisata, bagus sekali.

Nurhamid
Nanti budaya juga ada di sana.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, digabungkan antara budaya dan ekowisata, bagus sekali, terus.

Nurhamid
Sumber air bersih juga ada.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ada juga?

Nurhamid
Ada.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sumber airnya ada juga? Oke. Mau dikelola untuk apa sumber airnya?

Nurhamid
Untuk dikelola nanti dimanfaatkan, atau bagaimana untuk anak kemenakan kami, anak kemenakan itu keturunan kita yang ada di sini.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh anak kemenakan, oke. Terus hitung-hitungannya ada ndak? Kira-kira per bulan akan mendatangkan secara ekonomi mendatangkan.

Nurhamid
Analisisnya nanti kita buat bersama.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Belum ini belum?

Nurhamid
Iya, direncanakan ada rapat.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oke, ya oke sudah.

Nurhamid
Sebab lama sekali kami perjuangkan ini.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya, oke. Berarti ini sudah, baru nanti dihitung, direncanakan, kemudian dieksekusi agar mendatangkan manfaat ekonomi. Oke, terima kasih Pak Nur.

Bu silakan.

Peserta
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Wa’alaikumsalam.

Peserta
Hidup Pak Jokowi. Hidup PDI Perjuangan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Lo, lo, lo.

Peserta
Saya dari Pelalawan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ini bukan masa kampanye.

Peserta
Saya minta tolong sama Pak Jokowi, lahan kami dieksekusi oleh DLHK (Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan), mohon bantuannya Pak Jokowi.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Apa itu? Cerita, cerita, cerita, cerita. Lha ini, ini, ini apa ini? Ini sudah ya kan, diberi hak mengelola hutan desa kepada Lembaga Pengelola Hutan Desa Pangkalan Gondai, betul?

Peserta
Iya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Seluas 9.210 hektare, benar?

Peserta
Benar.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Lha ya udah. Terus?

Peserta
Tapi kami sekarang lagi dieksekusi, alatnya ada di situ Pak, sekitar 1.300  (hektare) lagi yang akan diincar oleh DLHK.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
DLHK itu, apa itu?

Peserta
Terancam masyarakat di sana sekitar ribuan jiwa Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Apa, apa itu apa? Sebentar, apa itu, sebentar? Belum nangkep saya, sebentar. Jadi, ini di mana, di mana, di mana?

Peserta
Di Desa Pangkalan Gondai.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pangkalan Gondai, ya ini kan sudah, terus?

Peserta
Terus kalau sudah kenapa alatnya enggak keluar dari lahan kami.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Alatnya itu apa itu?

Peserta
Backhoe loader.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Milik siapa itu?

Peserta
Ekskavator.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Milik siapa itu?

Peserta
Milik PT. Nusa Wana Raya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, oke nangkep, udah nangkep, milik PT.

Peserta
Jadi, tolonglah Pak, lihat kami di bawah, kami enggak punya, kami enggak sekolah. Cuma itulah lahan kami.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya, iya, iya, iya, iya, sebentar, sebentar. Pak Gub, nanti Pak Kapolda juga tolong dicek. Tolong dicek di lapangan, seperti itu, kalau anu, saya akan turunkan dari Jakarta kalau enggak selesai. Sudah, pegang dulu.

Ya Bapak, Ibu, Saudara-saudara sekalian,
Di seluruh Tanah Air, sengketa-sengketa seperti ini banyak sekali. Bukan hanya puluhan, bukan hanya ratusan, ribuan. Oleh sebab itu, kenapa SK-SK seperti ini diberikan, pertama. Yang kedua juga, sertifikat itu juga diberikan. Ini sudah sekarang, sejak 2017 itu 5 juta, tambah 7 juta sertifikat, tambah 9 juta, berarti sudah berapa itu? Dua puluh satu juta sertifikat hak milik yang sudah kita berikan kepada rakyat. Untuk apa? Agar tidak terjadi sengketa-sengketa seperti ini. Ada sengketa antarkampung ada, ada sengketa antartetangga ada, individu dengan individu ada, sengketa hutan ada, dengan swasta ada, sengketa tadi dengan PT ada. Karena sudah berpuluh-puluh tahun tidak pernah hal-hal seperti ini diurus. Ini kita urus tetapi memang banyak sekali yang namanya sengketa seperti tadi.

Jadi saya minta waktu untuk menyelesaikan satu per satu karena masalahnya sering sudah masuk ke wilayah hukum. Sudah kita putuskan ada, sudah kita putuskan, “ya, sudah dibawa ke pengadilan,” kalah. Yang kalah saya. Coba, sudah bantu rakyat, kalah. Ya kalah karena secara hukum memang, ya memang kalah.

Ini fakta-fakta yang ingin saya sampaikan. Saya ingin bantu, kemarin misalnya di Kampar ada yang di desa apa ya? Senama Nenek, ya, Senama Nenek sudah… katanya sudah 20 tahun lebih problem. Nemuin saya di hotel. Pak Bupatinya dengan warga, nemuin saya, “Pak, ini ada masalah ini.” Saya baca, oh desa dengan BUMN, mudah ini. Sudah, mana saya selesaikan. Barangnya saya minta, saya selesaikan. Karena BUMN masih milik negara, lebih mudah. Tapi kalau swasta, “enggak mau Pak, ini saya punya pegangan hukum, enggak mau. Kalau Bapak ambil, saya akan masukkan masalah ke pengadilan.” Nah, seperti itu. Kadang juga saya ancam, “hei, hati-hati, kamu minta izin enggak saya beri kamu.” Ada yang takut tapi ada yang enggak takut juga.

Banyak yang sudah kita selesaikan. Seperti Kampar, ini kita selesaikan 4 bulan. Wah ramainya juga. Waduh, tadi malam nemuin saya lagi, oh tadi pagi nemuin saya lagi di hotel. Nyerahin buku segini, 3 orang dari desa mana. Sini mana, saya baca, sengketa lahan lagi.

Oleh sebab itu, kita harapkan sekali lagi, yang sudah terima SK tolong segera dikerjakan agar tidak di-hak-i oleh yang lain. Mengenai tadi yang Ibu sampaikan, nanti saya cek ke lapangan. Sudah, tenang.

Peserta
Terima kasih ya, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya, tenang. Saya enggak janji bisa menyelesaikan tetapi begitu saya lihat di lapangan kelihatan barangnya, saya panggil PT-nya, enggak rampung saya sampaikan harus rampung.

Peserta
Saya menagih janji Pak Jokowi yang dia bilang, “ada kuburan di situ, ada rumah di situ kalau pas punya masyarakat dilepaskan.”

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Janji apa? Ya sudah, ya sudah, nanti tak selesaiin.

Silakan kenalkan. Ya, ya.

Al Ahri
Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Al Ahri
Nama saya Al Ahri dari Tandun, Rokan Hulu, Provinsi Riau. Alhamdulillah kami, terima kasih kepada Kementerian…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dapat berapa hektare?

Al Ahri
1.705 haktare Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mau dipakai untuk apa?

Al Ahri
Yang pertama, insyaallah kami akan melaksanakan kegiatan penanaman aren, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Penanaman aren.

Al Ahri
Aren.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Aren. Kenapa aren ditanam?

Al Ahri
Karena komoditi yang sangat menjanjikan Pak, nilainya harian Pak. Kalau ditanam…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nilainya harian itu yang seperti apa?

Al Ahri
Contoh, sekali beres itu bisa Rp100 ribu per hari, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rp100 ribu per hari.

Al Ahri
Per hari. Itu dalam jumlah yang sangat.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nanemnya dari bibit sampai gede berapa tahun?

Al Ahri
Sekitar 6 tahun, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Enam tahun. Berarti nunggu 6 tahun?

Al Ahri
Iya. Artinya dengan…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kuat, nunggu 6 tahun kuat?

Al Ahri
Artinya begini Pak, menjelang kami menunggu 6 tahun kami juga akan sela dengan pinang betara Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oke, artinya…

Al Ahri
Jadi ada hasil yang…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ini tumpang sari dengan yang lain, oke.

Al Ahri
Iya. Ada juga tanaman buah-buahan seperti durian, kemudian matoa, dan lain-lain sebagainya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Modalnya untuk nanem itu dari mana?

Al Ahri
Nah, itu dia Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nah, itu dia gimana?

Al Ahri
Sekarang modalnya kami tidak ada Pak. Artinya, kami berencana cuma modalnya terkendala, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Terus?

Al Ahri
Jadi kalau bisa, baik pihak BUMN ataupun pihak-pihak terkait bisa membantu kami, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Membantu itu gimana? Minjemin atau gimana?

Al Ahri
Minjemin bisa, hibah bisa Pak, kalau bisa.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kalau hibah enak banget, sudah dikasih tanah gede segini, minta hibah lagi.

Al Ahri
Mana tahu Pak, ada jalannya gitu.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nanti saya catat, ya. Jadi aren itu gimana hitung-hitungannya itu?

Al Ahri
Contohnya begini Pak, 1 batang aren itu bisa menghasilkan 5 atau 10 liter per hari. Per hari itu, pagi dengan sore, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oke, itu berapa duit itu?

Al Ahri
Itu kalau di Tandon itu, dapatlah sekitar Rp100 ribu sebatang, Pak. Artinya dengan, dengan jualnya kotor itu ukuran 600 mililiter itu Rp10 ribu Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh gede banget.

Al Ahri
Kali, kalau kita dapat 10 botol, terkumpullah Rp100 ribu per hari.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Per hari ya, ya, ya.

Al Ahri
Jadi kebutuhan di masyarakat itu sangat banyak. Jadi kekurangannya di situ Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Coba, berarti banyak tadi yang ingin nanem aren ya?

Al Ahri
Iya, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Karena hitung-hitungannya sudah tahu semua?

Al Ahri
Iya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kalau mau nanem sesuatu itu direncanakan lo ya. Direncanakan, dihitung kalkulasinya, mendatangkan income berapa, mendapatkan pendapatan berapa? Dipelihara. Jangan sampai sudah ditanam enggak dipelihara, mati di tengah jalan nanti rugi. Hati-hati, hati-hati! Tapi Bapak-Ibu sekalian saya kira lebih pintar, lebih tahu daripada saya. Tapi betul, direncanakan, butuh uang berapa, uangnya dicari dari mana. Seperti tadi disampaikan, semuanya dihitung. Tapi hati-hati, barang ini adalah barang yang memiliki nilai, SK itu. Jadi jangan sampai tidak produktif. Ya, silakan kembali ke tempat. Terima kasih.

Oh, sepeda. Sepedanya dikeluarkan, sudah. Silakan diambil satu-satu, ya oke.

Jadi saya titip sekali lagi agar lahan yang sudah diberikan ini betul-betul produktif tapi juga ramah lingkungan. Jangan sampai tidak ramah lingkungan. Karena ada yang di Jawa, sudah diberi hanya ditanami sayur semuanya, akhirnya apa? Longsor. Hati-hati, harus ramah lingkungan. Artinya apa? Di situ juga ada, tanami 1, 2, 3 pohon-pohon yang memiliki akar yang kuat agar tanah yang ada tidak longsor ke bawah. Juga jangan sampai izinnya dipindahkan ke orang lain. Ini saya ikuti terus lo ini, saya ikuti semuanya. Jangan sampai ada yang pindah ke orang lain. Juga (jangan sampai) ditelantarkan, sudah diberi SK ditelantarkan. Manfaatkan menanam tanaman yang produktif yang memiliki nilai-nilai ekonomi.

Saya lihat di sini, saya kira mungkin karet, kopi. Tapi hati-hati kalau yang karet, harganya sekarang, harga globalnya, harga internasionalnya baru jatuh. Dihitung betul kalau mau nanem yang namanya karet. Kopi, kalau kopi harganya terus naik, tapi enggak tahu cocok atau tidak di Siak ini. Atau dikombinasikan, tadi saya sampaikan menanam pohon yang berkayu sama menanam  tanaman pangan. Ini yang paling bisa, ngambil ini sambil nunggu yang ini.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Saya juga minta kelompok-kelompok usaha yang ada diberikan pendampingan oleh Kementerian Kehutanan, sehingga nanti betul-betul semuanya produktif. Semuanya produktif, tidak ada yang tidak produktif.

Ada apa tadi? Masalah singkong, ada apa singkong? 1.900 hektare singkong. Terus kenapa singkongnya?

Peserta
Kami tengok perkembangan di Riau Pak, kami tengok perkembangan di Riau, ubi tapioka, kemarin Bapak Gubernur juga menyebutkan kepada masyarakat Riau, nilai ekonomi sangat tinggi, Pak. Dalam keadaan sekarang memang harga turun, anjlok karena mungkin barang banyak Pak, gitu. Jadi kami dari Kelompok Tani Hutan Maju Bersama dalam ini kami telah menengok lahan ada yang sesuai dengan hortikultura dan agroforestri.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya.

Peserta
Jadi kami berharap minta dipertimbangkan Pak, dan sekaligus minta arahan tentang penanaman singkong. Sekaligus mungkin minta arahan untuk permodalan Pak, begitu Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oke, permodalan, urusan permodalan, tadi saya lupa, tolong ke BRI. Di situ ada yang namanya KUR (kredit usaha rakyat). KUR itu bunganya hanya 6 persen, 6 persen per tahun lo, hanya 6 persen. Dulunya 22 persen, sekarang kita subsidi hanya 6 persen, manfaatkan itu. Kalau hibah enggak ada, saya ngomong apa adanya, saya blak-blakan. Dan saya pengin semuanya masuk ke sistem perbankan agar terbiasa sehingga mampu mempertanggungjawabkan apa yang sudah dipinjam. Dihitung saja seperti tadi saya sampaikan, dihitung, direncanakan butuhnya berapa, per bulan bisa income berapa, mampu enggak nyicil, mampu enggak ngangsur. Kalau enggak jangan pinjam. Kalau dihitung masuk, pinjam, enggak usah takut-takut. Sehingga semuanya dikalkulasi, dihitung.

Hati-hati karena kita berhadapan dengan situasi yang tidak pasti. Saya berikan contoh, sawit. Dulu anjlok, ini sudah bisa naik lagi. Karet, anjlok sampai sekarang belum naik. Ini karena harganya harga internasional. Pemerintah tidak bisa intervensi ke sana. Paling kalau sawit kemarin kita ketemu jurusnya, kita pakai untuk industri dan kendaraan, yaitu dengan membuat Biodiesel-30, serap sendiri. Karet belum ketemu rumusnya, jurusnya. Sehingga kita harapkan semuanya dihitung.

Juga singkong, singkong pernah naik tinggi, tapi pernah jatuh sampai ke bawah. Nah, hati-hati! Hal-hal seperti itu semuanya harus dihitung. Tanya-tanya, singkong tahun depan seperti apa, dua tahun lagi seperti apa, tanya baru tanem. Jangan tergesa-gesa menentukan apa yang ditanam dalam jumlah yang banyak. Kalau jumlah sedikit enggak apa-apalah, satu hektare gitu enggak apa-apa, tapi kalau sudah dalam jumlah tadi 1.900 (hektare) hati-hati! 1.900 hektare itu gede banget. Tanemi singkong, pas panen harganya…, nah hati-hati! Saya enggak nakut-nakuti tapi tolong dihitung. Perkirakan bahwa pas panen itu harganya pas tinggi. Bapak-Ibu kan semuanya setiap hari ada di lapangan, lebih tahu dari saya. Pasti lebih tahu dari saya.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan terakhir ya, SK itu bisa dicabut. Jadi kalau enggak produktif akan kita minta kembali untuk diberikan yang bisa menjadikan tanah itu produktif. Jadi saya ajak Bapak-Ibu semuanya untuk menjadikan tanah-tanah, lahan-lahan yang sudah diberikan itu untuk menjadi produktif, baik untuk nanem singkong, nanem aren, dijadikan ekowisata, dijadikan sumber mata air, silakan. Saya serahkan sepenuhnya kepada Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara untuk mengelola lahan-lahan yang sudah ada.

Dan, setelah ini kita juga terus akan kita bagikan SK-SK seperti ini karena memang yang saya urus adalah yang kecil-kecil. Saya enggak pernah memberikan ke yang gede-gede, enggak pernah, selama 5 tahun kemarin. Supaya Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara tahu, yang kecil-kecil ini yang perlu kita urus.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan.
Terima kasih.
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru