Presiden Jokowi: Dialog Harus Menjadi Budaya Anggota KTT Asia Timur

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 14 November 2017
Kategori: Berita
Dibaca: 17.670 Kali
Presiden Jokowi saat menghadiri KTT Asia Timur-ASEAN di Manila, Filipina, Selasa (14/11).

Presiden Jokowi saat menghadiri KTT Asia Timur di Manila, Filipina, Selasa (14/11).

Bank Dunia dan IMF menyampaikan laporan bahwa prospek ekonomi akan terus membaik di tahun 2018, namun demikian masih terdapat sejumlah hal yang dapat menganggu pertumbuhan ekonomi dunia, seperti proteksionisme dan instabilitas politik dunia. Lebih dari itu, gejala proteksionisme baik berupa hambatan tarif maupun non-tarif diperkirakan akan semakin meningkat.

Dengan argumentasi itulah, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak para pemimpin negara-negara Asia Timur untuk bekerja sama agar keterbukaan ekonomi dapat dijaga dan inklusivitas tetap diperhatikan serta membawa manfaat bagi semua negara.

“Penerapan semangat ini akan mempersempit jurang pembangunan antar negara,” kata Presiden Jokowi saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-12 Asia Timur yang digelar di Philippines International Convention Center (PICC), Manila, Filipina, Selasa (14/11) siang.

Kepala Negara juga mengingatkan bahwa instabilitas politik juga akan menghambat pertumbuhan ekonomi dunia. Konflik dan perang kejahatan lintas batas, dinilai Kepala Negara, dapat mendorong instabilitas politik dunia.

Dalam konteks inilah, menurut Presiden Jokowi, peran penting ASEAN dan Asia Timur diperlukan.

“Kita harus terus menjaga agar budaya dialog terus menjadi budaya negara anggota KTT Asia Timur, utamanya collective leadership kita dalam penyelesaian secara damai yang diperlukan dunia,” ujarnya.

Ancaman Terorisme
Menyangkut ancaman terorisme, Presiden Jokowi mengingatkan walaupun Kota Marawi sudah dibebaskan dari kependudukan teroris, namun ancaman terorisme masih belum akan menurun.

Untuk itu, Presiden menegaskan, kerja sama regional dan internasional harus terus ditingkatkan dengan menggunakan pendekatan hardpower dan juga softpower, termasuk dalam mengatasi pendanaan terhadap terorisme.

Presiden Jokowi menegaskan agar counter narasi yang mengedepankan nilai toleransi juga harus diperkuat. (SM/ES/EN)

Berita Terbaru