Sambutan Presiden Joko Widodo pada Silaturahmi Bersama Mahasiswa, 30 Juli 2018, di Universitas Teknologi Sumbawa ,  Moyo Hulu, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 30 Juli 2018
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 7.548 Kali

Logo-Pidato2Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirrabbilalamin,
wassalatu was salamu ‘ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin,
wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma’in amma ba’du.

Yang saya hormati pembina Yayasan Dea Mas dan sekaligus gubernur terpilih Nusa Tenggara Barat Dr. Zulkieflimansyah M.Sc. beserta ibu,
Yang saya hormati Rektor UTS, Dr. Andi Tirta M.Sc., beserta seluruh jajaran civitas akademika keluaga besar UTS,
Yang saya hormati Pak Menteri PU, Pak Menteri ATR/Kepala BPN, Pak Kepala Staf Kepresidenan, Bapak Gubernur Nusa Tenggara Barat, Bapak Bupati, Pak Wabup,
Bapak-Ibu sekalian seluruh anggota dan pimpinan DPR/DPRD yang hadir,
Dan yang saya banggakan, yang saya cintai seluruh mahasiswa-mahasiswi UTS.

Bapak-Ibu tamu undangan yang berbahagia,
Saya betul-betul merasa sangat berbahagia sekali, senang sekali alhamdulillah tadi Pak Zul menyampaikan bahwa kampus ini mahasiswanya bukan hanya berasal dari Sumbawa tetapi dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.

Dari belakang tadi saya cek.
“Dari mana?”
“Dari Blitar, Pak.”
“Dari mana?
“Dari Pulau Sebatik, Pak, Kaltara”
“Dari mana?”
“Dari Medan, Pak.”
“Ini dari mana?”
“Dari Aceh, Pak.”
“Dari mana?”
“Dari Depok, Pak.”
“Dari Bogor, Pak.”
“Dari Jakarta, Pak.”
“Dari Jatim, Pak.”

Tapi memang yang paling banyak dari Sumbawa. Pak Rektor tadi menyampaikan, “Pak, memang 60 persen dari Sumbawa tapi 40 persen dari seluruh tanah air kita, Indonesia.”

Apa yang perlu saya ingatkan pada sore ini, sekali lagi di mana-mana selalu saya ingatkan, bahwa negara kita ini memang negara yang sangat besar, bukan besar lagi, sangat besar. Saya pernah terbang dari Banda Aceh langsung ke Wamena, bukan Jayapura, tapi di Wamena. Berapa jam waktu yang diperlukan? 9 jam 15 menit, 9 jam 15 menit dari Banda Aceh ke Wamena, dari barat sampai ke timur. Itu kalau kita naik pesawat dari London di Inggris melewati 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 negara, mungkin 8 negara sampai di Istanbul, di Turki. Artinya apa? Negara ini bentangannya besar, besar sekali. Bayangkan naik pesawat 9 jam 15 menit, kalau jalan kaki? Silakan jalan kaki dari Banda Aceh sampai ke Wamena, saya bayari. Maju ke depan yang mau jalan kaki dari Banda Aceh sampai ke Wamena.

Inilah negara kita Indonesia beragam, berbeda-beda, majemuk. Itu bisa kita rasakan kalau kita seperti Pak Zul tadi, pergi dari barat ke timur, dari utara ke selatan di seluruh tanah air. Baru kerasa betapa anugerah Allah yang diberikan kepada bangsa Indonesia ini memang berbeda-beda: berbeda-beda suku, berbeda-beda agama, berbeda-beda ras, berbeda-beda bahasa lokal. Bayangkan, kita memiliki 714 suku, 714 suku yang berbeda-beda. Singapura itu hanya punya 4, Singapura 4, Indonesia 714. Saya bertemu Dr. Ashraf Ghani, Presiden Afghanistan, saya tanya berapa suku di Afghanistan? Tujuh, 7, Indonesia 714.

Inilah yang harus kita sadari betapa memang perbedaan ini merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada bangsa kita Indonesia, warna-warni, berbeda-beda, bermacam-macam. Bahasa daerah, 1.100 lebih bahasa daerah.

Ada tadi yang dari Sumut?
Ada?
Ada yang dari Medan?
Coba, saya hampir keliru berapa kali di Sumut. Di Medan, setelah “assalamu’alaikum” saya sampaikan “horas”. Begitu masuk ke tengah, saya, “horas,” “Bapak keliru Pak, di sini mejuah-juah.” Begitu masuk ke timur lagi, beda lagi, “Pak, di sini bukan horas, bukan mejuah-juah, di sini juah-juah.” Begitu ke selatan, ke Nias, beda lagi, “Pak, di sini hati-hati, bukan horas, bukan mejuah-juah, bukan juah-juah, tapi ya’ahowu.” Ini baru 1 provinsi.

Bayangkan kita memiliki 514 kabupaten dan kota, 34 provinsi. Bayangkan, Saudara-saudara, betapa negara ini memang negara yang kaya raya akan keragaman, akan perbedaan, akan macam-macam. Beda-beda agama, suku, tradisi, adat, bahasa lokal, semuanya berbeda. Tunjukkan negara mana yang seberagam seperti negara kita Indonesia!

Jadi kalau di sini berkumpul dari Aceh, dari Sebatik tadi, dari Kalbar, dari Blitar, dari Depok, dari Bogor, dari Jakarta, dari Sumbawa, dari timur semuanya berkumpul di sini, sekali lagi, interaksi itu akan saling memperkaya khasanah batin kita. Betapa kita harus bersyukur kepada Allah bahwa perbedaan-perbedaan ini akan menjadi sebuah kekuatan apabila kita bisa memelihara, apabila kita bisa menjaganya, apabila kita bisa merawatnya. Saya selalu titip, marilah kita jaga ukhuwah islamiyah kita dan marilah kita jaga, kita rawat ukhuwah wathaniyah kita.

Ingat, bahwa memang kita sangat berbeda-beda dan aset terbesar bangsa kita adalah persatuan, adalah kerukunan, adalah persaudaraan yang sampai sekarang alhamdulillah dan kita harapkan sampai kiamat nanti bangsa ini tetap akan berdiri tegak meskipun berbeda-beda, meskipun beragam, meskipun bermacam-macam.

Pak Zul, saya betul-betul sangat bangga sekali akan keberadaan Universitas Teknologi Sumbawa ini. Ke depan, tantangan terberat kita adalah perubahan zaman yang begitu sangat cepatnya. Perubahan sekarang itu begitu sangat cepatnya, bergerak sangat dinamis. Dan McKinsey Global Institute menyampaikan revolusi Industri 4.0 kecepatan perubahannya 3.000 kali dari revolusi industri yang pertama, 3.000 kali kecepatan perubahannya. Artinya, kita ini akan menghadapi sebuah perubahan yang sangat cepat sekali. Yang ini hanya bisa diantisipasi dan disiapkan oleh universitas, oleh perguruan tinggi dengan sebaik-baiknya yaitu menyiapkan saudara-saudara mahasiswa agar nantinya bisa menghadapi perubahan-perubahan itu. Kalau yang tua-tua sudah sulit tapi yang muda-muda kita harapkan ini bisa semuanya menyiapkan dan mengantisipasi perubahan yang tadi McKinsey Global Institute menyampaikan, 3.000 kali dari revolusi industri yang pertama.

Coba kita lihat kecepatan-kecepatan perubahan itu: artificial intelligence, advanced robotic, 3D printing. Cepat sekali perubahan-perubahan. Sekarang bayangkan, bayangkan, membuat rumah hanya memakan waktu 24 jam, 1 hari membuat rumah dengan 3D printing dan sudah kejadian. Menyapu, membersihkan airport sekarang tidak pakai manusia. Di dekat kita di Changi Airport, pakai robot, sudah ada. Industri-industri besar, di Indonesia saya sudah masuk ke automotive industry, ke pharmaceutical industry, saya masuk semuanya sudah pakai robot semua. Tek, tek, tek, tek, jadi. Artinya apa? Dibutuhkan persiapan-persiapan untuk menghadapi perubahan-perubahan yang tadi saya sampaikan.

Coba kita lihat urusan pembayaran, sekarang suka berubah. Saya saja sampai sekarang masih bayarnya cash, cash, cash. Saya tidak pernah punya kartu kredit, saya termasuk ndeso sekali, enggak pernah pegang kartu kredit. Kartu kredit saya belum pernah nyoba sekarang sudah ganti lagi. Iya kan? Saya kira tahu semuanya paypal, alipay, muncul lagi cryptocurrency, bitcoin.

Perubahan-perubahan seperti itu yang kita harus mengerti dan ini harus disiapkan. Saya melihat kalau rektornya kayak rektor di Universitas Teknologi Sumbawa  yang masih muda banget, antisipasi itu insyaallah pasti bisa disiapkan dari sini.

Coba kita lihat masalah yang berkaitan dengan teknologi. Elon Musk misalnya sudah memikirkan hyperloop, memindahkan orang dari satu tempat ke tempat lain dengan begitu sangat cepatnya. SpaceX, berpikir mengenai ruang angkasa mau dijadikan apa. Tesla, mobil masa depan.

Saya 3 tahun yang lalu masuk ke Silicon Valley, masuk ke markasnya Twitter, masuk ke markasnya Facebook, masuk ke markasnya Google, masuk ke markasnya Plug and Play. Apa yang saya lihat? Saya merasa kita ini tertinggal jauh sekali.

Saya masuk ke markasnya Facebook, saya diajak sama Mark. Tahu Mark Zuckerberg? Ya. Saya diberi kacamata, dia pakai kacamata, diajak main pingpong dengan itu, pakai oculus. Tuk sana, tuk, kayak pingpong saja, tak tuk tak tuk tak tuk, padahal hanya pakai kacamata. Gini-gini, enggak ada mejanya, enggak ada apa-apanya. Saya tanya kepada Mark, “Mark apakah ini bisa juga dipakai nanti untuk tenis, untuk sepak bola?” “Oh bisa Presiden Jokowi, bisa, bukan hanya tenis meja, nanti sepak bola, tenis lapangan, semuanya bisa.” Bayangkan kita di ruangan nanti bisa main bola tanpa ada bolanya, tanpa ada lapangannya. Dan ini kejadian sudah, ini sudah kejadian. Ini sudah ada, sudah ada.

Inilah, sekali lagi, teknologi. Kadang-kadang peraturannya belum ada, teknologinya sudah muncul. Kedodoran, hampir semua negara sekarang ini kedodoran dengan kecepatan perubahan revolusi Industri 4.0.

Oleh sebab itu, saya titip betul-betul, ini kampus yang sangat baik, Pak Rektor didik seluruh mahasiswa-mahasiswa yang ada ini untuk menghadapi perubahan-perubahan itu. Saya yakin kalau tadi lihat mahasiswanya di sini dinamis, matanya itu ceria gitu loh, pintar gitu, cerdas gitu. Beda kalau yang enggak cerdas, enggak pintar, beda, diajak bicara gini diam, enggak ada reaksi apa-apa kadang. Saya meyakini dari sini nanti akan muncul pemimpin-pemimpin visioner untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.

Terakhir, saya tadi menyampaikan masalah perbedaan-perbedaan kita, mengenai 714 suku yang kita miliki. Coba silakan mahasiswa maju ke depan yang hafal, yang hafal, dari 714 yang hafal 100 suku yang kita miliki. Enggak ada?

Silakan tunjuk jari. Saya tadi menyampaikan negara kita ini memiliki 17.000 pulau, memiliki 17.000 pulau Indonesia ini. Ada yang hafal silakan tunjuk jari, maju.

(Kuis dari Presiden RI mengenai keberagaman Indonesia)

Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,
Suatu hari nanti kita berharap, kita berdoa, bukan kita yang sibuk mengejar ketertinggalan teknologi dari negara-negara lain, kita berharap itu, tapi justru negara lain yang sibuk mengejar kemajuan Indonesia di bidang teknologi. Kita berharap semua itu akan terjadi kalau anak-anak muda kita digembleng, digodok dalam sebuah ruang-ruang inovasi seperti yang ada di Universitas Teknologi Sumbawa ini.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.

Terima kasih.
Saya tutup.
Wassamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Transkrip Pidato Terbaru